Taehyung menenggelamkan wajah pucatnya diantara kedua tangannya yang terlipat diatas meja. Tersisa waktu lima menit lagi sebelum bel berbunyi tapi, keadaan kelas itu masih cukup sepi. Pemuda itu memejamkan matanya, mencoba tidur barang sejenak karena rasa kantuk yang masih menyerangnya. Wajar saja, semalaman rasa sakit itu terus menyerangnya membuatnya sulit untuk menutup mata walau sebentar saja.
Tanpa disadari Taehyung, seorang pemuda bermata sipit dengan name tag Park Jimin diseragamnya itu sudah memperhatikan setiap tingkahnya semenjak pemuda itu memasuki kelas. Jimin heran saat mendapati Taehyung yang tengah menelungkupkan wajahnya.
"V-ya, gweanchana?" Jimin menghampiri Taehyung, mendudukan tubuhnya disamping tempat pemuda itu.
Taehyung mengangkat kepalanya, membuat Jimin bisa melihat dengan jelas betapa pucat wajahnya.
Sadar akan tatapan cemas Jimin yang tertuju padanya, Taehyung cepat membalas. "Gweanchana."
"Tapi wajahmu pucat, V. Kau sungguh baik-baik saja? Jika kau sakit lebih baik kita ke UKS."
Taehyung tersenyum mendengar kekhawatiran sahabatnya itu. Dia senang karena ternyata masih ada orang yang perduli padanya.
"Aku baik-baik saja, Jimin-ah. Aku hanya mengantuk."
"Mengantuk?"
"Hm, semalaman aku tidak bisa tidur."
Jimin memperhatikan Taehyung, menatap lama wajah sahabatnya itu. Dia menghembuskan napas berat.
"Aku tidak apa-apa. Sungguh."
Jimin hanya mengangguk tapi, kedua mata sipitnya masih memperlihatkan kecemasan yang kentara. Tapi sedetik kemudian, dia seperti teringat sesuatu. "Ah, V aku ingin mengatakan sesuatu."
Taehyung membalas Jimin seolah bertanya 'tentang apa?' lewat tatapan matanya.
Jimin mengerti, dia segera melanjutkan ucapannya. "Soal siapa kira-kira orang yang mengirimimu pesan itu."
Taehyung terdiam sesaat. Dia nyaris melupakan tentang pesan teror itu. Dia bahkan tidak mengingat jika dirinya sudah menceritakan tentang pesan itu pada Jimin kemarin. Dan, sahabatnya itu berjanji akan mencari tahu siapa pelakunya. Taehyung tidak menyangka Jimin sungguh-sungguh akan ucapannya. Padahal awalnya dia berniat untuk melupakan pesan itu karena menurutnya itu mungkin hanya kelakuan orang yang tidak menyukainya dan dia tidak ingin perduli.
"Aku mencari tau siapa pemilik nomor itu dan ternyata itu milik... Namjoon sunbae."
"Namjoon sunbae? Maksudmu dia yang melakukannya?"
"Molla. Tapi apa menurutmu orang sepintar Namjoon sunbae akan melakukan itu? Lagipula untuk apa dia melakukannya? Bukankah kau tidak memiliki masalah dengannya?"
Taehyung berpikir. Semua yang dikatakan Jimin memang benar. Tidak mungkin orang sepintar Namjoon yang telah diakui kemampuannya oleh sekolah akan melakukan hal bodoh semacam itu. Meneror seseorang lewat nomornya sendiri. Itu sedikit tidak masuk akal menurutnya. Dan lebih dari itu, Taehyung pun merasa tidak memiliki masalah apapun dengan orang yang menyandang juara umum di Sekolah mereka itu.
"Itu benar. Jika bukan Namjoon sunbae, mungkin ada orang lain yang melakukannya menggunakan ponsel milik Namjoon sunbae. Siapa menurutmu?"
"Orang yang bisa mengakses ponsel Namjoon sunbae tentu hanya orang yang dekat dengannya."
"Orang terdekat?" Taehyung kembali berpikir. Pemuda itu kemudian menatap Jimin dan mendapat tatapan yang sama dari sahabatnya itu. "Mungkinkah..."
"Hoseok sunbae." Jimin melanjutkan.
Taehyung terdiam. Dia juga memiliki pemikiran yang sama.
-
-
Yoongi memarkirkan mobilnya dihalaman Seoul Universitas. Pemuda itu terlihat tampan dengan kaus berwarna merah yang dia balut dengan kemeja warna putih juga dipadu dengan celana jeans hitam miliknya. Pemuda itu berjalan santai menuju fakultas seni.
Seorang pemuda dengan rambut cokelatnya segera menghampiri Yoongi begitu pemuda itu mendudukan tubuhnya dikelas yang akan mereka ikuti pagi ini.
"Ya! Ada apa dengan wajahmu itu?" tanya pemuda itu saat menyadari wajah kusut Yoongi.
"Aku sedang malas berbicara. Jangan menggangguku, Jin-ah!"
Jin memutar bola matanya malas, "Lagipula sejak kapan seorang Min Yoongi tidak malas-malasan? Kau selalu malas melakukan apapun. Dan sekarang untuk bicarapun kau malas. Ckckck!" Jin berdecak tidak percaya dan segera bangkit dari tempatnya. Pemuda itu mengulurkan tangannya yang dibalas tatapan heran Yoongi.
"Bangunlah!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
FanfictionAku takut tidak bisa kembali jika aku pergi.-Taehyung (COMPLETE)