12

9.4K 883 45
                                    

Brakk...

Yoongi membuka kasar pintu rumahnya. Matanya bergerak mengamati sekeliling ruang tengah rumah besar itu. Kosong. Dengan langkah cepat dia menuju kamar utama yang terdapat di Rumah itu.

"Eomma!" panggilnya seraya berusaha mengetuk pintu kayu bercat putih itu.

"Eomma, kau didalam? Eomma!"

Kesal karena tidak ada jawaban. Yoongi langsung membuka pintu itu. Lagi-lagi kosong.

Yoongi melangkahkan kakinya masuk. Dia harus menemukan ibunya tapi, dimana wanita itu sekarang? Bukankah kemarin ibunya masih berada di Rumah? Dan seharusnya, untuk seminggu kedepan ibunya akan tetap berada di Rumah untuk menikmati waktu liburannya sebelum kembali ke New York.

"Eomma!" panggilnya lagi.

Tetap tidak ada jawaban.

Yoongi tidak menyerah. Dia kembali melangkahkan kakinya keluar. Berlari kearah dapur dan tidak menemukan sosok ibunya disana. Taman belakang rumah dan tempat itu juga kosong.

Hampir setengah jam Yoongi menghabiskan waktunya untuk mengelilingi rumah besarnya. Disaat seperti ini, dia sedikit menyesal karena tidak mengizinkan pembantu berada dirumah mereka lebih dari jam 8 pagi.

"Eomma eodiso?" lirih Yoongi. Dia lelah. Pemuda itu bahkan sudah terduduk dilantai ruang tengah.

"Hyung!"

"Taehyung?" Yoongi yang semula menunduk, mengangkat wajahnya. Berusaha mencari asal suara yang tanpa sengaja ditangkap indera pendengarannya.

Hening.

"Hyung, kau marah?"

"Hyung, kenapa kau mendiamkanku?"

Yoongi memperjelas pendengarannya kembali. Hanya bisa terpaku sementara kedua matanya menatap nanar pemandangan didepannya. Dapat Yoongi lihat sosok dirinya yang masih mengenakan seragam Senior High School berjalan melewatinya begitu saja diikuti sosok Taehyung dibelakangnya.

"Hyung! Yoongi hyung!"

Dan, sosok dirinya tetap mengacuhkan sosok Taehyung. Yoongi terus mengikuti pergerakan kedua sosok itu hingga, kedua sosok itu menghilang dianak tangga teratas.

"Bagaimana bisa aku mengacuhkanmu seperti itu?" gumamnya. Yoongi bangkit dan menyeka airmatanya.

Yoongi kembali terpaku. Pemuda itu tidak beranjak dari tempatnya. Dia terdiam. Lagi-lagi ingatannya membuatnya kembali menyaksikan adegan-adegan kisah masa lalu.

"Hyung!"

Yoongi bergeming. Dirinya masih terpaku pada sebuah piano dihadapannya. Jari-jarinya bergerak pelan menyelusuri tuts-tuts piano itu. Untuk kesekian kalinya, Taehyung diacuhkan. Pemuda itu tidak menyerah. Dia menghampiri Yoongi dan memberikan tepukan pelan dipundak kanan kakaknya itu.

"Hyung, kau akan bisa memainkannya kembali. Percayalah!"

"Apa kau mengasihaniku sekarang?" tanya Yoongi dingin. Saat dia menoleh, dia dapat melihat tatapan iba Taehyung yang terarah padanya. Dia membenci tatapan itu.

"A-aku..." Taehyung gugup. Untuk pertama kalinya setelah keluar dari Rumah sakit akhirnya Yoongi membuka suaranya tapi, nada dingin yang digunakannya mampu membuat Taehyung tidak bisa berkata-kata. Yoongi memang telihat selalu acuh dan dingin pada orang lain tapi, dia selalu bersikap hangat pada Taehyung selama ini.

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang