Pagi itu Jimin dan Taehyung saling berangkulan menuju kelas mereka. Tak jarang mereka tertawa karena cerita-cerita tak bermutu yang Jimin lontarkan. Tidak apa. Setidaknya Taehyung bahagia karena kelakuan sahabatnya itu. Hingga...
"Akh..." Taehyung memekik tertahan saat merasa kaki kanannya terasa kram. Langkah pemuda itu terhenti membuat Jimin juga ikut menghentikan langkahnya.
Jimin menatap Taehyung cemas, "Kau kenapa?"
Taehyung balas menatap Jimin ragu, "Kakiku kram,"
"Mwo? Bagaimana bisa?"
Taehyung hanya menggeleng sebagai jawaban.
Tanpa menunggu penjelasan lebih, Jimin melepaskan rangkulannya dibahu Taehyung. Pemuda itu kemudian berjongkok tepat dihadapan Taehyung begitu rangkulan sahabatnya itu juga terlepas karena pergerakan darinya.
"Naiklah!"
Taehyung bergeming untuk beberapa saat.
"Aku akan menggendongmu." Jimin kembali bersuara. Pemuda itu menoleh kebelakang, pada Taehyung yang hanya diam pada posisinya. "Kenapa?"
"Memangnya kau tidak apa-apa?" Lagi, Taehyung menatap Jimin ragu.
"Meskipun aku pendek tapi aku ini kuat. Jangan meremehkanku! Cepatlah naik!" Jimin menepuk-nepuk pundaknya, memberi isyarat agar Taehyung meletakan tangannya disana.
Taehyung tersenyum lebar. Dengan semangat pemuda itu menempatkan tangannya melingkari leher Jimin dan menempatkan tubuhnya diatas punggung sang sahabat. Berharap saja sahabatnya itu tidak tercekik karena ulahnya.
Jimin hanya menggeleng pelan menanggapi kelakuan Taehyung yang berubah kekanak-kanakan. "Apa kau mau membunuhku?"
"Gomawo Jimin-ah." ucap Taehyung tulus disertai senyumannya.
Keduanya pun melanjutkan perjalanan menuju kelas dengan Taehyung yang berada dalam gendongan Jimin. Bersyukurlah koridor kelas yang masih sepi sehingga tidak banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
Kau sahabat terbaikku, Jim.
-
Jimin terus mengekori Taehyung seharian ini. Bukan apa-apa. Pemuda itu hanya mencemaskan sahabatnya.
Bukan hanya karena kejadian tadi pagi saat sahabatnya itu mengaku jika kakinya kram. Saat jam pelajaran berlangsung pun, Jimin sempat tanpa sengaja menangkap Taehyung yang menjatuhkan balpoin yang digunakannya untuk mencatat. Setelahnya, sahabatnya itu hanya diam seraya menatap tangan kanannya.
"V gweanchanayo?" Jimin meletakan kembali balpoin milik Taehyung yang sempat dipungutnya didepan sahabatnya itu.
"Hm..." Dan, Taehyung hanya berdeham tanpa menatapnya.
Jimin tidak tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu karena Taehyung tidak mengatakan apapun. Pemuda itu hanya takut tengah terjadi sesuatu yang buruk yang tidak dia ketahui telah menimpa sahabatnya. Karena itu, sebisa mungkin dia ingin memastikan Taehyung selalu baik-baik saja. Dengan cara mengikuti kemanapun sahabatnya itu pergi.
"V, kau pulang dengan siapa?" Jimin menghampiri Taehyung yang tengah berdiri diluar gerbang sekolah seperti menunggu seseorang. "Ingin ikut bersamaku?" tawarnya.
"Aku menunggu Yoongi hyung. Kau duluan saja, tidak apa." Taehyung tersenyum. Pemuda itu sedikit menatap Jimin kemudian beralih pada jam tangan yang melingkar dilengan kirinya.
Sepertinya Yoongi terlambat menjemputnya. Bel terakhir sudah berbunyi 15 menit yang lalu tapi, kakaknya itu belum juga menunjukan batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
FanfictionAku takut tidak bisa kembali jika aku pergi.-Taehyung (COMPLETE)