23

6.7K 793 55
                                    

Dalam perjalanan malam itu lagi-lagi hanya keheningan yang mengisi mobil. Baekhyun fokus pada kemudi setirnya sedang, Taehyung lebih memilih menatap keluar jendela. Lampu-lampu dipinggir jalan lebih menarik perhatiannya.

Hampir setengah perjalanan Taehyung menikmati kegiataannya masih dalam diam sampai rasa pusing kembali menyerang kepalanya. Sejak tadi pagi tubuhnya memang sedikit berontak, dia terkena demam. Tapi dia berusaha mengabaikannya dan hanya meminum obat penurun panas agar demamnya mereda. Satu jam kemudian demamnya memang berangsur mereda dan dia bisa beraktifitas seperti biasa tanpa menimbulkan kecurigaan dari kedua kakaknya tapi, itu tidak berlangsung lama saat Baekhyun mulai menyadari keadaannya saat mereka akan pergi makan malam.

Dan sialnya, rasa pusing itu kini datang dengan tidak main-main membuatnya memilih memejamkan mata daripada harus melihat benda disekelilingnya yang terlihat berputar-putar.

Entah berapa lama berjalanan yang mereka lalui, rasanya itu terlalu panjang bagi Taehyung. Dia ingin segera berbaring dikasur empuknya.

Tepat setelah mobil itu berhenti sempurna didepan Rumah mereka, Taehyung membuka matanya. Kepalanya masih terasa pusing. Dia menegakan tubuhnya dan berusaha mengatur napasnya yang sedikit memburu. Tanpa dia sadari seseorang disampingnya tak henti-henti memperhatikannya.

"Gweanchana?" tanya Baekhyun.

Taehyung tak membalas apapun untuk pertanyaan yang dilontarkan Baekhyun dengan nada cemas itu. Dia lebih memilih menenggelamkan wajahnya bertumpu pada kedua tangan diatas dashboard mobil saat rasa pusing itu semakin menggila dikepalanya.

"Hey, kau kenapa?" Baekhyun cemas. Taehyung tak juga menjawab pertanyaannya.

"H-hyung... pu... si-ng..." suara Taehyung terdengar sangat lirih. Bahkan nyaris menghilang diakhir kalimatnya.

Mata Baekhyun terbelalak. Taehyung pusing? kembarannya itu sakit lagi? Seharusnya dia sudah bisa menduganya. Taehyung memang sudah pucat sedari tadi. Tapi karena Taehyung yang terus mengatakan tidak apa-apa akhirnya, dia lebih memilih diam saja.

Tanpa berkata apapun, Baekhyun turun dari mobil. Berjalan memutar dan membuka pintu mobil disisi Taehyung.

Baekhyun meringis saat hawa panas terasa dikulitnya saat tangan itu membawa sebelah tangan Taehyung untuk naik kebahunya.

"Astaga... kau demam,"

Taehyung tak berontak saat Baekhyun memapahnya untuk keluar mobil. Dia masih setia memejamkan matanya dan berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan kesadarannya.

"Sudah kubilang jika memang sakit kau harus mengatakannya, kenapa kau diam saja?" Baekhyun berujar kesal tapi sarat akan kekhawatiran.

Taehyung tak merespon karena sibuk dengan rasa pusingnya. Pusing itu semakin menjadi-jadi, kakinya terasa lemas, kesadarannya semakin lama semakin menipis.

Dan, tepat saat Baekhyun berusaha membuka pintu rumah mereka yang terkunci, Taehyung tak bisa lagi mempertahankan kesadarannya. Tubuhnya jatuh meluruh kelantai karena Baekhyun yang tak siap untuk menopang berat tubuhnya yang memang tidak seimbang.

-

-

Sinar matahari bersinar cerah pagi ini. Langit biru membentang luas dengan sapuan kapas-kapas putih dibawahnya. Semua orang yang semalam terlelap dan bertemu mimpi mereka kini terpaksa harus mengakhiri semuanya dan kembali kedunia nyata. Tak jauh berbeda dengan pemuda pemilik nama lengkap Kim Taehyung itu.

Taehyung yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya sekitar 30 menit yang lalu kini, telah rapi dengan seragam sekolah lengkapnya. Seperti biasa pemuda itu menuruni anak tangga dengan perlahan. Tidak terburu-buru karena, lagipula jam masih menunjukan pukul 6.15 menit. Masih terlalu pagi.

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang