Challenge debut Fraya. miniwhitepink
Genre : Hurt, Incest.
Lenght : Ficlet (758 Words )
I'm So Sorry, My Sister
HIRAI::
Pagi ini, aku berangkat ke stasiun kereta api, dengan tujuan akan memenuhi janji Eunwoo. Dari awal, aku sudah sangat senang dan bahagia mengetahui Eunwoo akan mengajakku menghabiskan hari ini bersama. Ya, kami sepasang kekasih yang akan menikah 1 minggu lagi.
Aku berjalan di stasiun kereta yang tidak ramai dengan mencari keberadaan Eunwoo. Udara yang dingin ini, membuat aku semakin antusias untuk berjalan dengannya.
"Eunwoo? Maafkan aku karena terlambat," ucapku pada lelaki yang tengah duduk menunggu sendirian.
"Oh. Tidak apa-apa, Hirai." ucapnya menghampiriku.
"Jadi?" tanyaku antusias.
"Kita berangkat sekarang. Itu, keretanya datang,"
Aku dan Eunwoo naik di kereta dan mencari tempat duduk yang paling nyaman.
"Eunwoo. Aku ingin disitu, diatasnya ada gantungan. Kita bisa menggantung memo disitu," ucapku sembari duduk.
"Ya, disitu saja." jawabnya tersenyum padaku.
***
"Waah.. indahnya.." ucapku menikmati pemandangan.
Tak ada respon dari Eunwoo. Dia hanya menulis di buku notenya. Ini seperti mengganjal, tidak seperti biasanya.
"Apa yang kau tulis?" tanyaku. "Masalah kuliah?" lanjutku.
"Tidak, bukan apa-apa," jawabnya tersenyum melirikku.
Dia masih tidak mau mengatakannya padaku. Akupun mengambil ancang-ancang dengan niat ingin merebut buku notenya.
"Ya! Dapat!" ucapku sambil mengeluarkan lidah(meledek).
"Hirai.." ujarnya menghela nafas. Wajahnya sangat tampan saat seperti ini.
"Huh? Apa ini? Nomor sepatu.. golongan darah.. angka kesukaan.. apa ini Eunwoo?"
"Aku ingin mengetahui segalanya tentangmu sebelum kita menikah. Ini akan menjadi kenangan nanti."
"Benarkah? Ini.." ucapku menunjuk di halaman sebelah. "Apa ini daftar kegiatan kita hari ini?" tanyaku menatapnya. Dan dia hanya mengangguk.
***
EUNWOO::
Aku menatapmu tertawa bahagia karenaku saat ini. Namun percayalah, aku akan membuatmu menangis dan sakit hati, entah kapan itu akan terjadi, yang jelas, itu benar-benar akan terjadi.
Aku terlalu jahat jika harus mengatakan ini padamu. Kita akan menikah seminggu lagi. Sementara itu, ada sesuatu yang kau tidak ketahui jelas tentangnya, dan itu sangat penting.
"Eunwoo? Kau kenapa? Kau menangis? Sudah, jangan keluarkan lagi air matamu, aku tidak ingin melihatnya," ujar Hirai sambil mengusap air mataku. "Apapun yang kau rasakan, kau harus tegar. Karena semua itu, pasti ada hikmahnya. Sesuatu yang membuatmu sedih, mungkin akan menjadi yang terbaik, namun harus kau tau, jangan terlalu mudah larut dalam kesedihan. Aku ada disini, aku akan tetap disampingmu, jangan menagis." ucapnya tersenyum padaku.
Kata-katanya itu terlalu berharga bagiku, andai kau tau apa yang ingin aku katakan, apa yang aku ingin jelaskan padamu. Pasti, kau tidak akan mengatakan hal itu padaku.
"Iya. Terima kasih, Hirai. Aku sayang padamu," ujarku tersenyum.
***
Daftar kegiatan yang terakhir hari ini adalah.. oh ya, aku dan Hirai akan ke laut.
"Waah.. laut..!" ucap Hirai dengan berlari menuju tepi Laut.
Dia berlari mengejar arus ombak, dan kemudian menjauh dari arus ombak, jika dia tidak segera menghindar, dia akan basah. Itu sama seperti aku, awalnya aku mengejarnya, namun sekarang aku harus menjauhinya, dan itu akan membuatnya sakit hati.
"Hei! Apa yang kau lakukan, setidaknya kau harus merendam kakimu saat kau menghampiri laut," ujarnya memanggilku.
"Hirai Park..!" ucapku gugup setengah mati. "Aku ingin mengatakan sesuatu,"
"Tentang apa? katakanlah. Aku akan mendengarnya." jawabnya tanpa melihatku, melainkan membelakangiku.
"Aku ingin hubungan ini sampai disini saja,"
"Apa yang kau katakan? Kau habis minum soju?"
"Aku serius, aku ingin mengakhiri hubungan ini, sebelum melangkah ke arah yang lebih serius," ucapku.
"Kenapa?" tanyanya dengan lirih bergemetar.
"Kau pasti ingat saudara laki-lakimu yang bernama Hitaka Park yang menghilang saat kecil. Maaf, itu aku. Aku Hitaka Park, kakak laki-lakimu"
"Hitaka? Mana mungkin itu kau!? Itu tidak mungkin!"
"Ya, ini memang tidak mungkin, tapi ini benar adanya, aku benar-benar saudara kandungmu."
"Lalu kenapa kau melakukan semua ini padaku? Kenapa kau membuatku bahagia disampingmu jika memang kau harus meninggalkanku? Kenapa kau membuat sebuah hubungan diantara kita, sementara kau tau jelas jika aku adikmu? Kenapa baru sekarang kau mengatakan itu? Kau ingin membuatku sakit hati? Membuatku terluka sedalam ini?" tanyanya berderai air mata.
"Maafkan aku. Berhenti menangis, sama seperti yang kau katakan, 'mungkin itu yang terbaik'. Jadi berhenti menangis,"
"Kau menyuruhku berhenti menangis karen hal ini? Setelah menjalani hubungan saudara? Apa itu mungkin?" tanyanya. "Kau membuatku sakit setelah sehat! Kau tega, kau jahat!"
"Kumohon maafkan aku Hirai," ucapku. Tanpa kusadari, air mata juga ikut membasahi kedua samudra pipiku.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Kakakku"
"Hirai....."
"Sudahlah. Lebih baik kalau kau enyah dari situ. Aku muak melihat semua drama yang kau buat Hitaka. Enyahlah lebih dahulu."
Maafkan kakakmu ini Hirai. Aku memang munafik, terlalu kejam.
HIRAI::
Kau benar-benar menamakan ini hubungan percintaan antar saudara.
Kau tidak punya hati. Tidak punya perasaan. Menusukku setelah memperbaiki, pergi setelah aku nyaman. Aku membencimu, Saudaraku.
YOU ARE READING
Challenge Debut
RandomSemua kenangan indah, berawal dari satu cerita di awal pertemuan. Berikut ini adalah karya-karya dari member dan staff Fingers Writer untuk pertama kalinya di grup ini. Semoga dapat memuaskan pembaca setia Fingers Writer. Salam hangat, -Fingers Wri...