RUN

38 14 26
                                    

Written By Fia. 
Swiftie15_Alfiyah

Run

Misi ini menyebalkan. Aku harus memasuki neraka di kedalaman terdalam untuk mencari keberadaan raja iblis. Seth, teman satu misiku, berkata bahwa raja ingin menembakkan bom molotov ke wajah raja iblis. Namun dia terlalu malas membuka google untuk mencari lokasi keberadaannya, jadi aku dan Seth-lah yang mencari.

Kami bergerak di pesisir hutan penuh semak beracun. Sudah kucoba untuk terbang di atas langit merah di atas sana, tapi kami selalu jatuh. Dan Seth, dengan sombongnya, berkata bahwa jalan satu-satunya yang paling brilian adalah tertusuk duri semak-semak.

"Miriam, nyalakan mesin detektornya." Kata Seth sambil memandang kompas di tangannya.

Aku mengarahkan mesin detektor ke segala arah. Awalnya tidak ada apa pun, tapi tak lama kemudian ada sepuluh hellhound di depan Seth. Pria pirang di depanku langsung terlonjak. Dia melompat menghindari terkaman hellhound dari depan. Seth mendarat di tanah dengan kedua sayapnya.

"Kita harus apa? Mereka terlalu banyak. Peluru terakhir kita habis untuk menembak kerangka mayat hidup, dan kita tidak membawa pedang." Kataku.

Seth menelan ludah. "Lari!"

Kami langsung lari terbirit-birit saat para hellhound menyerang. Aku tersandung sulur berduri tajam. Kakiku berdarah. Seth, tanpa pikir panjang, langsung menggendongku dan berlari memasuki semak beracun. Seth berlari lincah melompati semak dan menyeberangi sungai hitam.

Seth adalah anggota divisi keamanan dunia malaikat terbaik. Dia ahli bermain pedang dan melakukan ekspedisi, meskipun belum pernah berlibur ke neraka. Banyak teman sereguku yang suka padanya, tapi aku sama sekali tidak menyukainya. Dia bersayap hitam. Seorang malaikat bersayap hitam pernah membunuh orang tuaku.

Kami bergerak memasuki sebuah gua. Aku mendengar suara geraman hellhound. Seth menyuruhku tidak bernafas. Kami menghilangkan jejak bau. Tak lama kemudian, suara itu pergi.

"Untunglah. Tapi Miriam, harusnya kau membawa pedang, meskipun itu tidak terlalu berguna." Kata Seth. Dia bersandar di dinding. Menatapku tajam.

Aku membuang muka. "Nanti kau marah-marah kalau tas berisi peralatan tidak berguna."

"Aku tidak suka memarahi wanita."

"Bohong."

"Serius."

"Bo-ho-ng."

Seth mengangkat tangan. Menyerah. "Baiklah, Miriam. Aku memang suka menyalahkan orang. Sekarang kau senang?"

"Mungkin. Tapi kenapa kau bersikap seperti itu?" tanyaku.

"Mungkin karena aku selalu disalahkan di setiap waktu." Dia menatap langit-langit gua. "Orang bilang, malaikat bersayap hitam itu wujud dari kesialan. Orang tuaku mati kecelakaan gara-gara aku merengek minta turun dari mobil. Lalu sahabatku kehilangan sebelah sayapnya gara-gara aku mengajaknya terbang di hutan pinus."

Aku terdiam di tempat.

"Barang kali, aku tidak ditakdirkan untuk memberi keberuntungan pada orang lain."

Aku menunduk. "Maafkan aku. Kupikir semua malaikat bersayap hitam buruk, karena orang tuaku mati di tangan mereka. Tapi, setelah mendengar ceritamu, aku mengerti perasaanmu."

"Kau gadis yang baik. Terima kasih sudah memahamiku." Katanya sambil tersenyum. Tak pernah kulihat senyum setulus itu seumur hidupku.

"Terserah kau saja."

Seth mulai tertawa.

Saat kami keluar dari gua, aku melihat sepuluh hellhound tadi berdiri di depan kami. Seth segera melindungiku dari depan. "Lari. Berjanjilah padaku untuk tetap bertahan hidup."

Aku mengangguk. Lalu berlari menjauhi gua. Memasuki semak-semak di sisi lain dan berlari sejauh mungkin. Setelah beberapa mil, aku menoleh ke belakang. Tapi aku tidak melihat sosok Seth di mana pun. []

Challenge DebutWhere stories live. Discover now