The Sweetest Sin

65 12 15
                                    

Genre : Romance, incest.

Lenght : ficlet

by kakyoongi

___

Maret 2011

"Kak Randi, Ari marah sama gue!!!"

Saat itu juga lelaki bernama Randi yang tengah duduk di atap sekolah itu langsung memutar matanya malas. Ia melihat gadis yang sudah dikenalnya seumur hidup itu tengah megerucutkan bibirnya, terlihat sangat manja.

"Gak usah cemberut gitu, mending kalau lu cantik!" kata Randi dengan sarkastiknya, sontak hal itu membuat Meira membuka mulutnya hendak protes lagi. Namun saat itu juga Randi langsung mengulurkan tangannya, dengan gemas membekap mulut gadis itu dengan telapak tangannya sambil mengunci leher gadis itu.

"Umm... Runduuuu!!!!"

"Ngomel-ngomel lagi gue cium lo!" Randi perlahan melepas telapak tangannya dari bibir Meira.

"Alah, Lu mah gue gak ngomel aja suka main—"

Meira seketika terdiam sambil membulatkan matanya saat tiba-tiba saja Randi mencondongkan tubuhnya jadi lebih dekat padanya.

"K-kak, ini masih disekolah loh."

__

September 2016

Meira menatap punggung lelaki yang sudah ia kenal seumur hidupnya itu, padahal lelaki berkulit putih pucat itu sedang duduk di depannya, tepat didepan dadanya dan kini tengah mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, menikmati angin pantai sore ini.

Lelaki itu berada dihadapannya tapi entah kenapa Meira merasa lelaki itu berada sangat jauh, sangat jauh seakan tidak benar-benar berada dihadapannya.

"Ran,"

Pemilik nama sebenarnya mendengar jelas gadis itu memanggil namanya, meskipun terdengar sangat lirih. Randi tentu tak menjawab, lelaki itu hanya terdiam sampai kemudian merasakan kehangatan di punggungnya dan tangan yang melingkar di pinggangnya.

Randi tetap mencoba fokus pada jalanan yang ada dihadapannya tanpa peduli gadis itu. Ia tak mau sampai berubah pikiran dan malah membawa gadis itu pergi bersamanya.

__

"Sayang, darimana aja? Kenapa hapenya kamu tinggal sih? Tadi Ari khawatir nyariin kamu loh, orang-orang lagi pada sibuk buat nyiapin acara besok kamunya malah hilang."

Baru saja sampai dari perjalanannya, Meira langsung disuguhi beberapa pertanyaan yang terdengar begitu mengkhawatirkan. Meira hanya tersenyum pada wanita parubaya yang biasa Ia panggil bunda itu.

"Maaf Bun, tadi aku jalan-jalan bentar sama Kak Randi." Katanya dengan nada santai dan dihiasi senyuman simpul itu.

Kemudian setelah mendengar penjelasan anak dari mendiang adiknya itu, wanita parubaya itu pun hanya bisa melirik anak semata wayangnya yang kini tengah terduduk malas diruang tamu.

"Ya sudah, sekarang kamu siap-siap dulu buat pertemuan sama keluarganya Ari nanti malem." Wanita itu bicara dengan sangat lirih sambil menatap Randi yang bertingkah seolah tidak peduli dengan pembicaraan itu.

"Iya Bun, Meira mau mandi dulu ya," katanya sambil tersenyum lalu beranjak. Saat itu juga wanita parubaya itu melirik kearah lain, menatap pada anak semata wayangnya yang kini sedang memandang punggung gadis mungil yang telah berlalu meninggalkan ruang tengah.

Entah kenapa, meskipun selama ini tak pernah jelas ada apa diantara mereka, tapi sebagai ibu, Rafisha—wanita parubaya itu—paham dengan keadaan yang sudah di lalui oleh anaknya dan kemenakannya itu.

"Randi, besok Meira sudah akan dipersunting oleh Ariandra." Randi mendengar suara lembut ibunya itu mendekat, saat itu juga Randi membuang muka. Ia benci kenyataan itu.

"Terus kenapa, Ma?" tanyanya tanpa menatap sang ibu sama sekali.

"Tolong berhenti, sayang. Cari kebahagiaan kamu sendiri."

Saat itu juga Randi hanya terdiam, menatap kosong entah kemana. Namun jelas ia dengar bahwa sang ibu mengetahui semuanya, semua yang ia dan Meira alami selama ini.

"Maaf Ma, tapi Randi gak bisa." Lelaki itu bicara sambil tersenyum pada sang ibu, kemudian bangkit dari duduknya untuk berlalu meninggalkan sang ibu begitu saja.

Rafisha hanya terdiam dan menatap punggung anaknya yang berlalu semakin jauh. Ia tak bisa melarang lelaki keras kepala itu lebih jauh.

Challenge DebutWhere stories live. Discover now