Bride

38 10 27
                                    

Title: Bride

Author: Pitachynt coffeejin

Cast: Exo's Oh Se Hun

Genre: Angst

Lenght: Ficlet

*Written by Pitachynt,
January 6th 2017*

Dirimu yang berada dalam balutan gaun pengantin sangat terlihat bersinar bak permata. Di antara semua orang yang ada di dalam ruangan, dirimulah yang paling menakjubkan.

Bukan karena dirimu adalah mempelai wanita hari ini, tapi memang karena dirimu paling bersinar di antara yang lain. Bahkan jika dirimu tidak memakai gaun pengantin, tetap saja dirimulah yang paling indah bagiku.

Wajahmu tersenyum manis saat bertukar cincin, sangat manis. Aku bahkan terlena dengan senyum manismu. Raut bahagia tersirat di wajahmu, semakin terlihat saat momen mempelai pria mencium mempelai wanita.

Suara piano yang mengalun merdu di telinga semakin menambah kesan sempurna di hari bahagia bagi dirimu ini.

"Sekarang mempelai wanita akan bersiap-siap melempar bunganya. Silakan para tamu mendekat."

Semua mendekat seakan ingin sekali mendapatkan bunga itu. Para tamu yang berdiri di belakang kedua pengantin semakin banyak.

"Ayo para tamu bersiap, satu ...."

"Dua ... tiga!"

Happ.

Bunga itu jatuh di atas tanganku yang sama sekali tidak ada minat mendapatkan bunga itu. Semua tamu yang melihatku mendapatkan buket bunga itu bersorak.

"Kepada tamu yang mendapatkan lemparan bunga, silakan maju ke depan." Sang master ceremony kini berada di sampingku.

"Banyak yang bilang jika seseorang mendapatkan buket bunga yang dilempar tandanya ia akan segara menikah. Apa kau datang bersama kekasihmu?"

"Tidak, aku datang bersama adikku," jawabku pelan.

"Apa kau sudah memiliki kekasih?"

"Sudah."

"Namun ia memilih menikah dengan pria lain."

Sesaat para tamu langsung menyorakiku sehingga membuatku tersenyum kecil. Lebih tepatnya aku terpaksa untuk mengeluarkan senyumku.

Sang master ceremony meminta seseorang membawa hadiah karena aku berhasil mendapat bunga itu. Ia memberikan hadiah itu kepadamu dan memintamu untuk menyerahkannya padaku.

"Oppa harus segara menyusulku, ya." Aku tersenyum di depanmu, memberi selamat, dan berjalan cepat untuk kembali ke kursi tamu.

Adikku menatap diriku miris. Ya, ia tahu semuanya. Adikku sudah melarangku untuk datang, tapi aku tetap memaksakan diri.

"Oppa jangan bersedih terus. Oppa seharusnya bahagia karena berhasil melawan penyakit Oppa selama bertahun-tahun." Aku mencoba tersenyum menatap adikku yang setiap harinya tanpa henti menyemangati diriku.

"Ini saatnya Oppa mencari wanita lain yang mencintai Oppa apa adanya." Aku mengangguk sambil kembali tersenyum ke arahnya.

Ya, adikku benar. Seharusnya aku bahagia karena berhasil keluar dari jeratan penyakit sialan itu. Penyakit yang membuatku menyembunyikan perasaanku padamu. Aku bukan seorang pengecut yang tak berani menyatakan perasaanku, tapi aku tidak mau kau menjalin hubungan dengan seseorang yang bisa pergi kapan saja seperti diriku ini.

Banyak yang bilang jika seseorang mendapatkan buket bunga yang dilempar tandanya ia akan segara menikah.

Namun arti itu berbeda bagiku. Untuk diriku yang berpenyakitkan ini—walaupun para dokter berkata jika aku sudah sembuh—arti dari mendapat lemparan buket bunga itu adalah sebuah tamparan.

Tamparan agar aku tersadar dan merelakanmu seutuhnya karena telah dimiliki orang lain. Aku harus membuang semua rasaku padamu. Maafkan aku yang terlalu menutup diri karena tidak memberi tahumu tentang penyakitku. Maafka aku yang tidak sempat menyatakan rasa cinta padamu.

FIN
———

Ini ficlet gaje, sorry for typo too :") udh malah baru bikin lagi😂😂 tapi semoga pada suka ya^^

Challenge DebutWhere stories live. Discover now