Ombak

50 15 11
                                    

Judul : Ombak I ID WP :  jabajwo I Genre : Sad,romance I Length : Ficlet

Gemercik hujan mulai memasuki alat pendengaranku. Aku masih memandangi foto di atas nakas. Itu fotoku yang sedang memelukmu mesra. Kita tersenyum semringah. Di belakang kita,deburan ombak meyapu pasir pantai dengan lembut. Langit cerah. Seakan mewakili perasaan kita waktu itu.

Ini foto kita dua tahun lalu. Dua tahun lalu yang penuh kebahagiaan,tapi juga menyimpan luka.

Hari itu,laut sedang pasang. Aku yang tak bisa berenang langsung terbawa arus saat ombak besar menghantam. Saat itulah kau datang. Merengkuh tubuhku dengan kedua lengan kekarmu. Deru hangat napasmu membuatku terbangun. Saat itu atensiku hanya tertuju padamu. Aku terenyak. Iris gelapmu menawan. Cukup lama kita bertatapan,hingga kau mengakhirinya dengan bertanya apa aku baik-baik saja.

Senja itu kita habiskan dengan bercerita. Kau orang yang blakblakan. Aku tertawa bahagia.

Semakin hari,kita semakin dekat. Aku tahu makin banyak tentangmu. Kau pencinta musik pop dan anak-anak. Makin subur pula perasaanku padamu. Entah rasa kagum atau apa. Tapi,aku merasa nyaman di dekatmu. Aku ingin bersamamu selamanya.

Di hari ulang tahunku,kau memintaku jadi pacarmu. Dengan senang hati kujawab pertanyaanmu dengan memberi satu kecupan hangat di bibir tebalmu. Sejak hari itu,kita resmi menjadi sepasang kekasih.

Kau begitu romantis. Selalu memperlakukanku seperti seorang putri. Sering mengirimiku pesan singkat yang dapat membuatku tersipu.

Seperti :

"Senyummu lebih bercahaya dari matahari. Lebih indah dari bulan. Lebih terang dari bintang. Terima kasih sudah mencintaiku,sayang."

Satu bulan setelah pacaran,kau mengajakku ke pantai. Tempat di mana kita pertama kali bertemu. Aku tak merasa waswas akan tenggelam. Lagi pula jika itu terjadi kau pasti akan melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Membangunkanku dengan napas hangatmu.

Kita bermain pasir bersama. Saat senja datang,kau yang sedang mengelus rambutku penuh kasih sayang berkata, "Kau tahu,Sayang? Bagi sebagian orang,ombak ini keren. Mereka berani menantang ombak. Tapi,ada kalanya ombak berubah menjadi ganas. Menghantam apapun yang ada di bibir pantai. Menyeretnya, membuatnya ikut tenggelam bersama benda-benda lain di dasar laut. Ombak ini sama seperti kenyataan. Kadang,kenyataan bisa membuatmu bahagia. Tapi,ada kalanya kenyataan membawamu hanyut bersama kesedihan. Menenggelamkanmu bersama luka. Saat kenyataan pahit itu datang,kau harus tegar sayang. Kau mengerti?"

Aku tidak terlalu mendengar ucapanmu waktu itu. Jadi,aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Di pengujung tahun,kau bilang padaku ingin berlayar ke negeri seberang. Ada pekerjaan di sana. Aku berpesan agar kau hati-hati.

Aku menunggumu di rumah. Sambil memirsa tayangan di televisi yang menayangkan berita tentang pantai. Aku tersenyum. Mengingat hal-hal romantis yang biasa kita lakukan.

"Breaking news,sebuah kapal dengan nomor 12449 tenggelam di laut tiga jam lalu. Ombak besar menghantam kapal mereka.Tim SAR sedang mengevakuasi para korban."

Aku langsung menuju ke dermaga. Menangis histeris. Lalu,kau datang. Tapi,tubuhmu membiru. Tak bernapas. Kau pergi. Saat itulah aku mengerti tentang pesanmu di pantai . Untuk tegar.

Hujan makin deras. Seiring air mataku yang telanjur jatuh bebas. Aku tidak bisa mengikhlaskanmu. Bagaimana bisa aku tegar jika dirimulah alasanku agar tetap kuat? Bahkan untuk mengunjungi pusaramu saja aku tidak bisa. Aku meraba pisau dalam laci. Dan malam ini,lantai pualam tempatku berpijak akan menjadi saksi cintaku padamu. Tunggu aku,sayang.

j

Challenge DebutWhere stories live. Discover now