The Dark Side

79 19 28
                                    

The Dark Side

Genre: Fantasy, Drama

Length: ficlet (500 words pas xD)

Idwp:its2bad

Aku sesekali menolehkan kepalaku, menatap dedaunan yang perlahan jatuh ke tanah.

Kakiku terus melangkah maju tidak perduli kemanapun.

Aku hanya ingin pergi.

Pergi ketempat yang jauh.

Sejauh mungkin dari tempat itu.

Aku sampai di sebuah pemukiman. Banyak anak-anak berlarian di sepanjang jalan setapak, ada juga beberapa orang dewasa berjualan di pinggiran. Aku mengadarkan pandanganku, kalau-kalau 'dia' mengintaiku dari suatu tempat.

Merasa jika keadaan aman, aku melanjutkan langkahku menuju ke bukit kecil yang ada di pinggiran kota. Aku melompati pagar dan berbaring di rerumputan di bawah pohon. Memejamkan mataku, menikmati semilir angin menembus rambutku.

***

Kau tahu jika setiap manusia lahir itu memiliki dua malaikat penjaga disisinya? Yang satu malaikat baik hati dengan sayap putih besarnya, dan dia begitu cantik. Satu lagi malaikat bersayap hitam, dia juga punya paras yang tampan. Jahat? Sangat. Dan tidak semua orang dapat melihat malaikat penjaganya, berbeda denganku yang dapat melihatnya, menyentuhnya, bahkan hidup dengannya.

Malaikat penjagaku sangat berbeda. Dia hanya ada satu, bukan dua. Satu malaikat yang selalu mengajariku layaknya orang tua. Dia mengambil segala peran di kehidupanku; ayah, ibu, kakak, adik, paman, bibi, tetangga, sahabat, dan bahkan kekasih.

Aku ingat saat aku masih duduk di bangku SD. Dia hadir sebagai pamanku. Tidak ada yang menyadari jika dia memiliki sayap besar yang bahkan sampai menyentuh tanah, entah bagaimana.

Perasaanku? Sangat rumit. Aku ingin lepas. Menjauh darinya. Hidup tanpa dia.

Tapi memangnya bisa?

Aku bukan siapa-siapa tanpa dia. Hidupku monoton. Aku terkadang iri dengan anak-anak lain yang bisa bergaul dengan bebas, tanpa di ganggu oleh malaikat penjaganya.

Karena memang tugas malaikat penjaga adalah untuk melihat saja. Bukan sepertinya yang terkesan seperti mengikatku.

Jadi sebenarnya, aku ini dijaga atau justru ditawan?

**

Aku melenguh saat merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhku. Sebuah tangan besar mengangkat tubuhku dan menarikku masuk kedalam pelukannya.

"Kau kedinginan."

"Hmm ...."

"Kenapa kau senang sekali membuatku khawatir?"

Aku tidak menjawab pertanyaannya dan memilih untuk masih memejamkan mataku.

"Kau tidak boleh begitu," ucapnya lagi.

"Kau bukan gadis biasa seperti mereka, Yumi."

"Kau tidak bisa sembarangan bergaul dengan orang lain atau bersama mereka."

"Kau harus tinggal di rumah."

Aku menghela napas kasar, bangun lalu mendorongnya menjauh. Dia menatapku bingung seolah tidak mengerti kenapa aku mendorongnya.

"Kenapa? Kenapa aku tidak boleh bermain bersama mereka?! Aku juga ingin hidup seperti gadis lain! Berdandan, kencan, pergi ke pesta, dan hal lain yang gadis normal lakukan!!"

Aku berteriak padanya. Meluapkan segala emosiku. Aku tidak tahan lagi. Aku ingin dia mengerti.

Tapi nyatanya, dia menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, Yumi. Kau bukan gadis seperti itu."

"Apa maksudmu?! Kenapa aku tidak bisa?!" bentakku lagi. Tanpa sadar aku menangis.

Shiki mendongakkan kepalanya menatapku, "Apa kau tidak sadar?"

"Apa?" tanyaku tak mengerti.

Shiki lalu berdiri, dia menarik tanganku keujung bukit. Tangannya menunjuk kearah kota.

"A-apa yang-?!" mataku membulat tak percaya.

Kota yang tadi kulihat begitu hidup, kini terlihat seperti kota mati. Sisa api yang membakar hangus kota itu sekilas masih terlihat berkobar di beberapa rumah. Mayat hangus tergelak dimana-mana. Tidak hanya itu, hujan abu juga menyelimuti kota itu.

"Kau lihat itu?"

"Itu ulahmu, Yumi."

Challenge DebutWhere stories live. Discover now