BAB 27

40.3K 2.2K 34
                                    

"Papa...pa..pa..attan au papa..hiks..papa..hiks..hiks" arena terbangun dari tidur lelapnya mendengar suara attara. Arena kemudian melihat attara yang gelisah dan mengigau memanggil papanya. Arena panik melihat keadaan attara, dia memegang dahi attara yang terasa panas.
"Ya allah badan kamu panas sayang." Arena kemudian mencoba membangunkan attara. Butiran keringat sudah membasahi pakaiannya.
"Sayang bangun nak." Arena menepuk- nepuk pipi attara supaya bangun. Bukannya bangun attara malah terus memanggil nama papanya. Bahkan pipinya sudah penuh dengan campuran keringat dan air mata.
"Attar bangun nak. Bangun sayang..attar." arena terus mencoba untuk membangunkan attara. Arena benar benar panik melihat anaknya seperti ini. Pasalnya ini pertama kalinya attara seperti ini. Sebelumnya attara tidak pernah seperti ini .apalagi memanggil papanya.
Arena tidak sadar bahwa dia ikut menangis merasakan kesedihan attara yang merindukan papanya.
"Papa..attan au papa..hiks..pa..papa....hhikks..hhuaa papa." Attara terbangun dari tidurnya dan langsung menangis keras memanggil papanya.
Arena kemudian menggendong attara dan berusaha menenangkan tangisnya.
" nda..hiks attan au papa nda..attan au papa."
" iya sayang papanya belum pulang nak.nanti papa pulang sayang attan sabar ya nak papa pasti pulang buat attar. Sekarang attar berhenti ya nangisnya nak." Arena tak mampu lagi menahan kepedihannya melihat keadaan anaknya yang sangat merindukan papanya.
Tapi apa yang harus arena lakukan dia ngak mungkin membawa attara kepada barreno .lagi pula arena tidak tau dimana keberadaan pria yang masih berstatus suaminya itu. Bahkan nonor handphonenya saja arena tak punya.
" ndak au nda. Attan aunya papa cekarang nda. Attan au temu papa ndan ..hiks.papa."
"Sssttt iya iya bunda tau sayang tapi kan ini udah malam sayang liat tu jam nya aja masih jam dua sayang. Ngak mungkin kan kita ketemu papanya sekarang .nanti ya nak..." arena terus menenangkan attara. Dia mengelus punggung attara agar tangis anaknya itu reda.dia ngak sanggup melihat attara yang sesegun gara- gara tangisnya.
Attara masih sesegun sesekali, dia memeluk leher arena dengat erat. Bahkan arena bisa merasakan tubuh attara yang panas. Nafas attara pun terasaa panas di lehernya. Arena kemudian mendengar dering handphonenya berbunyi.dia mengernyitkan keningnya pertanda bingung siapa yang berani menelponnya malam malam begini. Dia tidak mengubris handphonenya yang terus berbunyi. Arena lebih mementingkan attara yang masih memanggil papanya. Handphone nya terus berbunyi seakan penelponnya tidak menyerah untuk mendapatkan jawaban dari orang yang di telponnya. Arena pun kesal dering handphone nya terus berbunyi.
"Sayang udah dong nak. Attar ngak lelah nangisnya bunda sedih loh kalaw attan nangis terus." Ujar arena lirih sambil berjalan mengambil handphonenya.
Arena langsung mengangkat handphonenya tanpa melihat siapa yang menelponnya malam malam begini.
" ya hallo."
"Hallo kallya ini aku. Kamu kenapa lama ngangkat telponnya." Arena terdiam mendengar teriakan bercampur kepanikan dari orang yang menelponnya.
"Maaf aku...a .." arena berhenti menjawab pertanyaan varreno karena attara rewel lagi.
"hiks nda papa...."

" ssttt udah dong nak....jangan nangis lagi dong sayang...."

"Hallo ..hallo kallya..ada apa dengan attara? Kenapa attara nangis?" Arena terkejut mendengar suara di handphone nya yang masih menyala.

" attar dia lagi sakit." Ujar arena dengan pelan.

" apa sakit? Kenapa bisa? " tanya varreno.

"Dia..attar ngingau manggil papanya."

" apa ngigau. Sekarang kasih handphonenya sama attara. Aku mau ngomong sama anakku." Perintah varreno mutlak.
Arena yang tidak bisa menolak mengiyakan perintah varreno.
" sayang ini papa nak. Papa mau ngomong sama attar."
" papa nda?"
"Iya sayang." Arena kemudian meloud speakerkan telponnya.
" papa."
" iya nak ini papa sayang. Attar kenapa jagoan?" Suara varreno mengalun lembut berbeda dengan waktu arena yang mengangkatnya

"Attan tangen papa.. hiks attan au papa hiks.."

"Iya nak nanti papa bakal jenguk attar. Attar ngak boleh nangis sayang. Nanti kepalanya tambah sakit sayang. Kasian bunda lihat attar nangisnya nak." Arena tertegun mendengar perkataan varreno yang masih memikirkan dirinya.
" papa boong. Papa pelgi lagi..hhuuuhu..papa ndak cayang attan'"

" ngak sayang itu ngak benar papa sayaang banget sama attar. Jagoannya papa.papa perginya sebentar kok nak.ngak lama."

"Tapi temalen papa pelgi ndak bawa attan."

" kemaren kan attan bobok nak. Papa ngak tega bangunin attannya. Papa ngak ninggalin attan sama bunda lagi. Papa janji nak." Lirih varreno di seberang sana yang membuat hati arena menghangat seketika.

"Janji ya papa? Ndak ninggalin attan ma nda. Papa becok alus pulang temu attannya.tan attan tangen papa."

"Iya jagoan papa pulang. Sekarang papa langsung pulang nak.attan tunggu papa ya?" Arena terkejut mendengar perkataan varreno . Apa maksudnya varreno berkat seperti itu jangan bilang kalau dia langsung kesini bathin arena.

"Benel papa? Papa alus bawain pecawat ya buat attan .tata nda papa bwa pecawat buat attan ."

"Iya nak nanti papa beliin. Sekarang attan tidur lagi ya .udah malam . Nanti attan sakitnya ngak sembuh. Besok pas bangun attan harus sembuh kalau udah ketemu papa.ngerrti jagoan?"

Attara menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan papanya. Arena tersenyum melihat attara yang senang dan sudah berhenti menangis entah sejak kapan yang pasti waktu varreno menelpon.

"Iya papa"

" yaudah bobok ya nak. Mana ciumnya untuk papa dulu?"

"Cup..cup..,udah papa." Jawab attara yang mencium handphone arena yang dibalas juga dengan cara yang sama oleh varreno.

" yaudah sekarang kasih handphonenya sama bunda. Papa mau ngomong sama bunda."
" hallo."

"Kallya." Panggil varreno

"Ya." Jawab arena singkat.

"Ngak manggil aja. Lebih baik kamu tidur sekarang. Kasian attara tidurnya malaman."

"Iya"
" kamu juga jaga kesehatan jangan sampai sakit."

" iya."
" jangan jawab iya iya aja. Lakukan apa yang aku katakan"
Arena memutar bolanya keatas. " ya gimana aku mau tidur kalau kamu ngomong terus." Jawab arena kesal.

"Oh yaudah sekarang tidur, matikan telponnya."

"Iya." Arena tidak langsung mematikan telponnya.begitupun dengan varreno di seberang sana.

" kenapa.?" Tanya varreno yang bingung arena tidak mematikan handphonenya.

" selamat malam." Setelah itu arena langsung mematikan telponnya .tiba tiba jantungnya berdegub kencang. Dia tidak sadarr kalau mengatakan ucapan tersebut kepada varreno. Tiba tiba saja lidahnya mengucapkan kata tersebut setelah sekian lamanya tidak berkomunikasi.
Tidak ingin terlalu larut dengan pikirannya arena langsung merebahkan attara yang sudah tertidur di gendongannya selesai menelpon dengan papanya. Arena kemudian mengambil baju tidur attara yang baru untuk mengganti baju yang sudah basah karena keringat.
Arena juga mengambil baskom yang berisi air dan handuk untuk mengompres kening attara agar panasnya turun. Setelah selesai dengan attara arena langsung merebahkan dirinya di samping attara dan memeluk tubuh anaknya dan menyusul attara yang sudah terlelap dengan nyenyaknya.

Tbc

Vote and comment

16/06/20

MY LOVELY SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang