BAB 25

44.2K 2.3K 30
                                    

SELAMAT MEMBACA!!

"Apakah attara anakku?" Tanya varenno kepada arena. Arena yang mendengar pertanyaan varreno merasakan tubuhnya tegang seketka, dadanya bergemuruh hebat, mukanya pucat, tangan arena pun bergetar dan saling bertautan . varreno diam sambil menatap tajam arena dan menunggu jawaban yang akan di keluarkan oleh arena. Lama arena menjawab pertanyaan varreno sehingga membuat varren bertanya kembali.

"jawab pertanyaanku kallya apa attara anakku?" varreno masih menatap arena yang duduk dengan kepala menunduk. Ia bisa melihat kalau arena sedang tegang itu terlihat jelas dari postur tubuhnya. Arena mengangkat kepalanya kemudian menatap langsung mata varreno. Matanya pun berkaca-kaca berusaha menahan air mata yang mendesak keluar.

"bukan. Atttara bukan anakmu. dia anakku." Jawab arena dengan suara yang serak dan gugup.

varreno menahan nafasnya mendengar jawaban dari arena. Dia berusaha meredamkan kemarahannya.

"aku tau dia anakmu, yang aku tanyakan apakah aku ayahnya?"

"tidak. Ayahnya sudah meninggal ketika attara masih dalam kandungan."

"JANGAN BERBOHONG KEPADAKU KALLYA. JAWAB DENGAN JUJUR. AKU TIDAK PERCAYA DENGAN JAWABANMU ITU." Varreno berteriak kepada arena. Kali ini varreno tidak bisa menahan amarah yang sudah menggumpal dalam tubuhnya. Jelas arena berbohong kepadanya. Ia yakin kalu attara memang anaknya. Orang yang melihat sekilas saja bisa melihat kalau attara memang anaknya karena wajah mereka yang mirip tidak ada celanya. Bedanya hanya versi kecil dan dewasanya saja.

"aku tidak berbohong kepadamu." Jawab arena lirih dan menundukkan kepalanya. Varreno berdiri dari duduknya lalu ia mencengkram pipi arena. Arena merasakan perih di pipinya akibat cengkraman varreno yang keras.

"tatap mataku kallya katakan kalau kamu berbohong. Katakan kalau attara itu anakku. KATAKAN!" arena meringis karena cengkrama di pipinya terlalu erat. Ia masih tidak sanggup menatap varren. Karena ia tahu kalau varren bisa melihat kalau arena berbohong kepadanya.

"sa..kit varren lepas.." ucap arena sambil berusaha melepaskan tangan varreno.

"katakan kepadaku kalau kamu berbohong kallya. Katakan." Tekan varren sekali lagi.

"aku tidak berbohong . kamu menyakitiku varren lepas.." varreno melepaskan tangannya yang berada di pipi arena. Ia kemudian mengusap rambutnya dengan frustasi .kemarahan tercetak jelas di wajah tampannya. Ia menengadahkan kepalanya keatas dan meletakkan tangannya di pinggang sambil menghela nafas sepuasnya karena merasakan sesak di dadanya. Kemudian varreno berbalik kebelakang melihat arena yang menangis di tempat duduknya. Arena tidak mengeluarkan isakan tangisnya tapi bahunya bergetar karena menahan isak tangis yang akan keluar. Arena tidak mau kalau varreno melihat keadaannya yang seperti ini. ia cepat-cepat menghapus air matanya. Hal itu dilihat oleh varreno yang tidak di sadari oleh arena.

Varreno tersenyum tipis melihat arena ia yakin kalau arena berbohong. Ia mengenal betul bagaimana arena luar dan dalam.

"ya kamu berbohong kallya. Kalau tidak kenapa ada namaku dalam nama attara? Bukankah itu menunjukkan kalau ia memang anakku? bahkan kamu menyelipkan namaku padanya. Itu tidak bisa di pungkiri lagi kallya." Varreno tersenyum miring kepada arena yang membelalakkan matanya karena terkejut varreno bisa mengetahui nama lengkap attara.

"ba..bagaimana kamu me..mengetahuinya?" arena tidak dapat lagi memungkiri keterkejutannya. Ia baru menyadari apa yang tidak bisa di ketahui oleh varreno. Apapun bisa di dapatkannya kalau itu keinginannya. Tapi arena tidak menyerah di sini saja.

"tak perlu bagaimana aku mengetahuinya kalau aku memang benar ayang biologis dari attara bukan?"

"tidak itu hanya sekedar nama saja. Bukan hanya kamu saja yang mempunyai nama varreno. Bahkan di luar sanapun banyak yang bernama seperti namamu." Arena menatap mata varreno dengan lekat. Ia berusaha mengontrol kegugupannya di hadapan varreno.

"jangan bebohong lagi kallya. Attara saja langsung mengenaliku sebagai papanya. Itu artinya attara mengetahui kalau aku memang papanya. Kalau tidak bagaimana dia bisa mengenali kalau aku adalah papanya. Jawab aku kallya.bagaimana?" Tanya varreno berusaha meredam suaranya agar tidak terdengar ke kamar attara.

"see.., bahkan kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku ." kata varreno yang melihat arena diam saja di tempat duduknya tidak menjawab pertanyaannya.

"i...itu karena attara tidak sengaja melihat fotomu ada di laci meja nakasku. Dia beranggapan kalau kamu adalah papanya. Aku yang tidak bisa melihat kesedihan di mata atttara terpaksa mengatakan kalau kamu adalah papanya. Maafkan aku yang menggunakan namamu sebagai papanya. Aku tidak sanggup kalau mengatakan papanya sudah meninggal."

"fotoku..?"

"ya fotomu. Aku bahkan tidak menyadari kalu aku membawa fotomu waktu itu."

"itu berarti kalau kamu masih memikirkanku. Buktinya fotoku kamu bawa kemanapun kamu pergi." Jawab varreno dengan tenang. Secercah kebahagian timbul di hatinya karena arena masih memikirkannya sampai saat ini.

"sudah ku katakan aku tidak menyadari kalau ada fotomu."

"sudahlah kallya bagaimanapun kamu menyangkal semua ini. aku yakin kalau attara memang anakku. akan ku buktikan itu." Varreno menatap arena tajam

"sudahku katakan kalau attara bukan anakmu varreno dia anakku." arena berdiri lalu menatap marah kepada varreno.

"ya dia memang anakku. aku akan membawa attara kalau ternyata attara memang anakku." ancam varreno.

"tidak. Kamu tidak bisa membawa attara pergi. Kamu tidak punya hak. Attara anakku varreno anakku." arena cemas dengan perkataan varreno ia tidak bisa membayangkan kalu attara berpisah dengan dirinya. Attara adalah hidupnya saat ini. itu sama saja membunuh arena kalau attara di pisahkan dengannya. Arena tidak bisa lagi menahan laju air matanya.

"attara tidak akan pergi kemana-mana. Ia akan selalu bersamaku. Aku tidak akan membiarkan itu sampai terjadi. Sekarang kamu pergi dari sini. Aku tidak ingin lagi melihatmu. Pergi." Arena mendorong varreno keluar rumah. Varreno menahan tangan arena. Ia menatap mata arena dengan tatapan luka dan rindu.

"aku juga tidak akan membiarkan itu terjadi sayang. yang aku inginkan aku akan membawamu dan attara bersamaku. Kalian akan hidup bersamaku. Aku tidak akan melepaskan kalian lagi." Batin varreno. Varreno mengusap air mata arena . arena diam saja merasakan sentuhan varreno. Dia merindukan sentuhan varreno. Ia ingin sekali memeluk tubuh varreno. Tapi itu hanya hayalannya saja. Itu tidak akn terjadi pikir arena.

"besok aku kesini lagi." Ujar varreno kepada arena dengan lembut. Varreno berjalan keluar dari rumah meninggalkan arena yang masih berdiri diam di tempatnya.

tbc

vote and comment!!!!

15/06/20

MY LOVELY SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang