BAB 42

33K 1.8K 56
                                    

happy reading guys...

Jam dinding menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Biasanya Arena sudah bangun dan berada di dapur untuk membuat sarapan pagi buat suami dan anaknya. Tetapi hari ini entah kenapa dia tidur begitu lelapnya.

Mungkin karena tenaganya semalam habis karena menangis dan mengobrol bersama mertuanya membuat dia bangun kesiangan. Apalagi tertidur berpelukan dengan suami dan anaknya tercinta membuat Arena enggan untuk meningalkan tempat tidurnya.

Attara yang tidur di tengah antara kedua orang tuanya menggeliatkan badannya dengan pelan. Attara merasakan badannya ada beban dan membuanya dadanya sesak seketika. Attara membuka matanya dan melihat ke samping kanan yang ada papanya dan samping kiri ada bundanya.

Attara melihat dirinya terkurung dalam pelukan kedua orang tuanya. Attara merasa ruang geraknya sangat sempit dan terjepit karena papa dan bundanya saling memeluk satu sama lain melewati tubuhnya.

Tiba tiba Attara duduk dari berbaringnya dan mengguncang bahu kedua orang tuanya yang masih berpelukan.

"papa , unda, angun.." panggil Attara dan mengguncang kedua badan orang tuanya secara bersamaan.

"papa Angun.., unda.." melihat tak ada respon dari orang tuanya Attara kemudian merengek dan menambah kekuatan nembangunkan kedua orang tuanya.

Varreno menggeliatkan badannya merasa ada yang mengganggu tidurnya. Direnggangkannya tubuhnya untuk mengendurkan otot ototnya yang kaku. Kemudian tatapannya beralih kepada istrinya yang masih tertidur lelap. Varreno tersenyum melihat wajah damai istrinya. Teringat ada yang mengusik tidurnya tatapannya beralih kepada jagoannya yang menatapnya dengan tatapan polos menggemaskan sang anak.

Varreno bangkit dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dan membawa tubuh Attara ke pangkuannya.

Varreno menguap karena masih dalam pengaruh tidurnya.

"kenapa hm?" suara serak Varreno menyapa gendang telinga Attara.

"papa Attan lapal."

"oh anak papa lapar, mau makan apa hm?"

"naci oleng."

Varreno menyipitkan matanya kepada sang anak. Pasalnya dia tidak bisa memasak makanan yang menjadi kesukaan dirinya dan jagoannya tersebut.

Jawabannya hanya sang istri yang bias membuat makanan tersebut untuk mereka. Tetapi melihat keadaan sang istri yang masih tidur lelap tidak terusik sedikitpun walaupun ada suara yang mengisi kamar, Varreno jadi tidak tega untuk membangunkan sang istri tercinta.

"papa kan ngak bias buat nasi gorengnya."

"unda tan ada."

"bunda kan lagi tidur sayang. Kasihan kalau di bangunin. Coba tengok Attan ngak kasihan lihat bunda tidurnya nyenyak gitu?"

Attan menganggukkan kepalanya sambil memperhatikan wajah bundanya.

Attara mengalungkan tangannya pada leher Varreno dan merengek manja yang membuat Varreno terkekeh geli.

"tapi Attan lapal papa."

"minum susu sama roti nya aja dulu ya." Varreno berusaha membujuk sang anak.

"ndak au. Naci oleng papa."

"tapi bundanya kan lagi tidur nak." Varreno masih membujuk Attara dengan lembut.

Attara kemudian melepaskan tangannya dari leher Varreno dan mencondongkan badannya kea rah sang bunda. Di kecupnya bibir bunda agar bangun.

"unda angun." Bisik Attara di telinga Arena.

MY LOVELY SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang