•3 8• Kill Me

320 19 8
                                    

"Ro tunggu! Lo ngga usah munafik daseolah cuma gue yang salah disini!"
Damn, Ratu berteriak lagi, Nana menunduk malu.

"Rat, berantentem dirumah aja yuk"

"Yaudah si Ro! Biasa aja bisa kali, ngga usah lo bentak-bentak juga gue udah ngerti!"

"Sensi banget sih lo! Gue dari tadi ngomong juga udah biasa aja!"

"Lo nyadar ngga sih? Barusan aja lo ngebentak gue!"

"Sorry" ucap Alvaro lirih

"Basi!"
Ratu berdiri meninggalkan ruang tamu, menyisakan Nana dan Alvaro. Nana yang lega teriakan-teriakan tadi telah berakhir, Nana sungguh benci mendengar orang bertengkar
Dan Alvaro yang bingung kenapa malah jadi Ratu yang marah dan ngambek?

"Ro, kalo kamu masih mau berdiskusi sama--"

"Ngga, ayo kita pulang"

.

Nana hanya duduk terdiam selama perjalanan pulang, ia teringat perkataan Ratu saat di restauran, apa maksudnya mengatakan kalu Alvaro munafik? Dia juga masih sangat ingat betapa tajam tatapan Ratu padanya saat mengatakan hal itu. Apakah Ratu tau kalau ia menyimpan rasa untuk Alvaro?

"Na, nggausah mikirin masalah gue. Itu masalah gue, bukan masalah lo"

Nana tersenyum getir, apakah maksud Alvaro itu semua sama bukan urusan Nana? Nana tetap terdiam

Beberapa saat kemudian Alvaro melihat wajah Nana, Alvaro ngga salah lihat kan? Mata Nana berkaca-kaca?

"Na.. "

Hening

"Na, please say something"
Suara Alvaro sungguh lembut, Nana semakin menunduk tak ingin Alvaro menangkap air mata yang menggenang itu.

Alvaro menepikan mobilnya

"Na, ada yang salah? Sama perkataan ku? Perbuatan ku? Atau semua apapun itu yang diluar kendaliku, aku minta maaf"

Barusan Alvaro berkata "aku"? Bukan "gue"? Kenapa Alvaro berubah jadi selembut ini?

Nana tak kuasa, air matanya semakin mendesak untuk keluar. Perasaanya campur aduk.

"Kenapa kamu melakukan semua ini?"
Bersamaan dengan perkataannya yg terucap, air matanya juga semakin mengalir

"I am sorry"
Tangan Alvaro terulur untuk mengusap air mata Nana

"Ngga.. Ini bukan salah kamu, ini semua salahku"

"Salahku kenapa dulu aku mencintai laki-laki yang sudah jelas punya pacar, salahku karena terlalu berharap sama kamu, salahku kenapa setelah bertahun-tahun aku masih juga mencintai mu"

Mengatakan itu semua membuat dada Nana lega sekaligus sesak, sesak karena tangisnya yg semakin menjadi

Alvaro merengkuh gadis itu, gadis yang mencintainya dengan tulus dan sabar selama bertahun-tahun tanpa kepastian. Nana membenamkan wajahnya di dada Alvaro, menangis tersedu disana.

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri Na, kamu mencintaiku itu bukan hal yang salah"

"Sekarang aku sudah seperti wanita penggoda calon suami orang, dan kamu masih berkata itu tidak salah?"

"Iya, kesalahan sama sekali tidak padamu, yang bajingan aku"

Nana hanya membalas perkataan itu dengan suara sesengguk nya

"Kamu ngga bisa milih kepada siapa kamu jatuh cinta"
Lanjut Alvaro, suaranya lembut menenangkan

Nana masih tersedu, mengapa tuhan menciptakan rasa tapi tidak untuk bersama?

"Menikahlah Ro, mungkin dengan itu aku bisa melupakanmu"

"Siapa yang ngizinin kamu ngelupain aku?"

Alvaro melepas pelukanya, Nana sudah sedikit tenang

"Maksud kamu?!"

"Aku ngga bisa kalau sampai kamu ngelupain aku"

Nana geram, sebenarnya apa mau Alvaro?

"Aku ngga paham sama jalan fikirmu Ro, aku sudah lelah kamu tarik ulur terus"

"Kita menikah"

"Are you fu**ing crazy?"

"Aku serius Na"

"Kamu bener-bener udah gila, dua minggu lagi kalian nikah!"

"So? Kalaupun nanti aku nikah sama dia, aku ngga nge jamin bakal bertahan"

"Antar aku pulang, kepalaku sakit"

.

Ternyata perkataan Nana yang bilang kalau kepalanya sakit ngga main-main, sudah dua hari ia terbaring di rumah sakit, sendirian. Alvaro? Jangankan Alvaro kakaknya sendiri nggak dikabarin soal ini.

Sepulangnya Alvaro setelah mengantarnya waktu itu, ia memaksa nyetir sendiri ke rumah sakit dan kehilangan kesadaran ditengah jalan, kecelakaan.

Keadaan Nana? Ia patah tulang tangan kiri. Tidak, bukan untung tangan kiri karena Nana kidal. Ia berfikir bagaimana kelanjutan karirnya, ia tak bisa menggambar lagi kalau sampai tanganya harus diamputasi.

Saking sedihnya, ia tak mampu lagi untuk menangis.

Pintu ruangannya terbuka tiba-tiba, menampilkan wanita yang berlari ke arahnya sambil menangis. Clara, sahabat karibnya sewaktu di Paris kalau kalian lupa.

Tak lama kemudian muncul laki-laki yang cukup membuat dadanya terasa nyeri, Alvaro.

Sesampainya disamping Nana setetes air mata keluar, dari mata Alvaro.

"Kenapa kamu nggak ngabarin aku?"
Clara yang kaget mendengarnya, jadi Alvaro tidak tahu Nana sakit?

Nana memalingkan wajahnya, menoleh ke arah Clara yg diseberang Alvaro, Nana menangis juga.

"Ngapain kamu kesini? aku hanya mengabarimu, tidak menyuruhmu kesini"
Nana bertanya kepada Clara, mengabaikan perkataan Alvaro.

"Mana bisa aku tenang disana, sedangkan keadaanmu begini"
Clara menggenggam tanang Nana

"Aku heran, kenapa aku ngga mati sekalian"

"Kamu ngomong apa Nana!"
Suara Alvaro terdengar tegas, sedih dan takut.

Nana memejamkan matanya, mungkin
"Mungkin kalau aku mati, aku ngga nyusahin orang lagi"

•.•

Masih ada yang mau baca ini? Kalo iya aku sungguh mencintai mu, dan maafin aku kalo aku selalu mengecewakan. Trimakasih, LYSM!♥

27 Agustus 2019 | 9:55 PM

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang