Alvaro tersenyum dan mengacak-acak rambut Nana, Nana kaget dengan tingkah Alvaro, sesaat jantungnya berdegub lebih kencang, dan Alvaro sendiri tak sadar dengan apa yang ia lakukan.
Lalu Nana mengindar dengan memiringkan tubuhnya "ish, apaan sih lo Ro!" Tepat diakhir kalimatnya, Nana merasakan ada bintik yang sangat ia benci jatuh dan mengenai kaki nya yang menjuntai ke bawah.
Nana terpaku, wajahnya mulai memucat, dan tubuhnya kaku, sesaat kemudian ia menarik kaki nya keatas lalu menghambur ke pelukan Alvaro.
Ia mulai menangis sesenggukkan, "Ro, bawa gue pulang Ro"
"Oke, kita pulang. Tapi lo yakin lo bisa turun dari sini?"
"Ro... Bawa gue pulang!" Teriak Nana sambil mencekram kuat tubuh Alvaro, Alvaro yakin kalau ini hanya rancau Nana.
Lalu segera ia mengambil earphone dan memasangkan ke telinga Nana.
"Na dengerin gue, gue yakin lo lebih kuat dari pada hujan, lo juga harus yakin lo bisa"
Nana masih menangis tertahan, Alvaro menyentuh tangan Nana tapi Nana kekeuh tidak mau melepaskan pelukannya "Na lo ngga mau kan kaya gini terus?"
Alvaro membiarkannya dulu, lalu ia mengusap kepala Nana, dan tangannya kembali menyentuh tangan Nana.
"Lo udah pernah nyoba kan waktu itu, dan ngga terjadi apa-apa, percaya sama gue"
Tangan Nana sudah mulai tidak kaku dan mengikuti tangan Alvaro yang mulai terulur dan perlahan menyentuh hujan, tangan Nana mencengkram kuat tangan Alvaro. Hujan kali ini tidak terlalu lebat, tidak juga gerimis.
"Na, ini cuma hujan"
"Lo lebih kuat dari hujan, lo harus yakin itu" tambahnya lagi.
Perlahan Nana mengendurkan cengkramannya.
"Buka telapak tangan lo" Nana bergeming.
"Tenang, gue masih megangin lo, coba buka tangan lo dan bayangin hujan yang menetes, jangan bayangin yang engga-engga, ngga usah fikirin yang ngebuat lo takut"
Nana menuruti kata Alvaro, ia membuka telapak tangannya dan mengenyahkan masa lalunya.
Beberapa saat kemudian Nana merasakan tak ada lagi yang menetes ditangannya, lalu ia memberanikan diri untuk membuka matanya, dan mengintip keluar dari pelukan Alvaro. Benar hujan sudah berhenti, lalu ia melepas pelukannya dari Alvaro, tapi kenapa Alvaro dari tadi diam saja? Ternyata Alvaro ketiduran, tubuhnya bersandar pada dinding kayu rumah pohon. Bahkan ia tak sadar kalau tadi tangannya hanya sendiri menengadah hujan, tanpa tangan Alvaro yang menggenggamnya.
Nana memandangi wajah Alvaro yang tampak damai, dan jantungnya lagi-lagi tak terkontrol, ia bahkan tak bisa memalingkan wajah, ia seperti selalu ingin memandangi Alvaro yang seperti ini, hingga tiba-tiba mata Alvaro terbuka.
"Pulang yuk Ro" ucap Nana dengan suara parau khas orang habis menangis.
"Sorry, sorry, gue ketiduran"
"Iya lo ingkar janji!"
"Janji yang mana?"
"Katanya tangan lo mau genggam tangan gue terus, eh malah tidur pules banget lagi"
"Gue ngga sengaja Na, yaudah pulang yuk, lagian kenapa lo ngga bangunin gue?"
"Ya lo nya aja yang kebangetan, masa ada orang nangis bisa-bisanya tidur pules"
Lalu Nana beranjak untuk turun, namun tangan Alvaro mencegatnya "gue duluan, licin" ucap Alvaro lalu menuruni tangga dan diikuti Nana.
"Tunggu gue sampe bawah dulu" cegah Alvaro lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/80986871-288-k869727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama
Novela JuvenilKarena gadis itu manggil kamu Arka, dan kamu suka. Jadi aku manggil kamu Cakka biar kamu juga menyukaiku. - Nada Nadifa Nada Nadifa? Haha itu seperti dua nama orang, gimana kalo Nana? - Cakrawala