•25• Gak Kenal

1.7K 77 0
                                    

Silahkan...

6.01 AM Nana sudah duduk manis di bangkunya, akhir-akhir ini gadis itu tak perlu menggunakan alarm untuk membangunkannya tiap pagi, tidurnya tak nyenyak dan selalu terbangun setelah memimpikan tentang Alvaro, kematian Bunda Alvaro, dan masa kecilnya, akibatnya ia jadi sering melamun dan fikirannya sering blank. Ia juga berhasil menghindar dari Alvaro dan Ratu, ia belum pernah bertemu dengan Alvaro sama sekali, tapi kalau Ratu terkadang ia melihatnya sekilas dari kejauhan saat di kantin atau koridor.

"Alvaro tau nggak sih kalau gue itu Na..." Spontan Nana menutup mulutnya kaget, karena baru menyadari kalau selama ini Alvaro kekeuh memanggilnya Nana

"Jangan-jangan emang bener selama ini dia tau kalau gue..."

"Nada?!" Teriak Lina membuyarkan semuanya

"Lina! Apa-apaan sih! Kaget tau!"

"Hehe, lagian jam segini lo udah berangkat aja"

"Nah lo juga, ngga biasanya jam segini uda brangkat?"

"Iya, gara-gara abang gue nih"

Mendengar Lina mengucapkan 'abang gue' saja sudah membuat jantung Nana berdetak kencang

"Eh, tumben ngga bareng Lita" ucap Nana berusaha mengalihkan pembicaraan

"Maka dari itu, Lita lagi sakit jadi gue bareng bang Varo, alhasil gue harus berangkat se pagi ini"

"Lita sakit apa?"

"Demam. Gantian dia ama bang Varo, semoga aja gue ngga ikut-ikutan sakit juga"

"Alvaro habis sakit?"

"Iya, lo ngga di kabarin sama dia?"

Nana diam, ia teringat saat Alvaro beberapa kali berusaha menelfonnya, dan pesan-pesan Alvaro yang ia abaikan, sedetik kemudian terlihat Abrar memasuki kelas

"Pagi Abrar!" Seru Lina

Abar tersenyum, melirik Nana sebentar "Pagi Lin, Nad"

"Nad!"

"Eum, ya?"

"Lo kenapa deh?"

"Kenapa apanya? Gue baik-baik aja"

"Ngga, ngga biasanya lo kalo makan bakso sampe dingin gini, biasanya lo ngga rela kalo bakso lo sampe dingin, lo melamun terus dari tadi"

"Eum... Masa sih, engga deh"

"Nada... Lo kalo ada apa-apa cerita aja sama gue, lo ngga percaya banget sama gue?"

"Bukan gitu Lin"

"Iyaudah buruan makan bakso lo, keburu bel nih"

Nana tersenyum lalu melanjutkan makan siangnya, baru ingin memasukan bakso ke mulutnya ia melihat Alvaro memasuki kantin bersama Reza dan satu temannya.

"Lin-lin, balik ke kelas yuk!"

"Yakin? Bakso nya masih utuh itu"

"Iyaaa, yuk cepe-oh my god!" Pekik Nana berbarengan dengan suara mangkuk yang pecah, rok nya ketumpahan baksonya yang masih utuh itu, karena tak sengaja tersenggol ketika ia menarik tangan Lina. Ia mengedarkan pandangan, bagus! Sekarang ia menjadi pusat perhatian, termasuk Alvaro! Yang kini sedang berjalan menghampirinya.

"Percuma dibersihin pake tisu segudang juga tetep nggak bakal bersih"
Nana tak meng indahkan suara itu, mendengarnya saja sudah membuatnya ingin menangis, tapi ia harus menahannya, ini didepan umum! Ia terus saja mengusap-usap rok nya dengan tisu, sedang Lina yang tadi membantunya kini sudah berhenti, mungkin setuju dengan perkataan Alvaro.

"Anterin ke toilet biar gue beliin rok di koperasi" perintah Alvaro pada adik tirinya

Lina mengangguk "Nad, yuk ke toilet"

Gadis itu nurut saja, ia berjalan ke luar kantin sambil nunduk terus, mungkin dikira orang-orang ia sedang malu karena rok nya yang kotor, namun faktanya ia sedang mati-matian menyembunyikan dan nahan air matanya karena Alvaro.

Sesampainya didalam toilet Nana tak sanggup menahan lagi, ia tumpahkan semua air matanya, gadis itu menangis terisak dipelukan Lina.

Lalu salah seorang teman Nana datang dan mengetuk pintu sambil membawakan rok baru "Nada, gue disuruh kak Alvaro nganterin ini buat lo" teriaknya setelah mengetuk pintu.

.

Setelah berhari-hari berhasil menghindar dari Alvaro, tiga hari berturut-turut Nana selalu melihat Alvaro, dan kadang berpapasan, namun Alvaro seolah tak mengenalnya, hanya melirik sebentar, lalu membuang muka. Tapi hari ini lain, saat Nana berjalan menuju parkiran, Alvaro sudah memperhatikannya, ia melihat Nana intens sehingga membuat gadis itu gugup, dan tiba-tiba saja tangannya digenggam oleh Farel yang sejak tadi disampingnya, Nana membiarkan laki-laki itu menggenggam tangannya, barangkali bisa menetralkan kegugupannya.

Mobil Farel terpakir tepat disebelah motor Alvaro, kebetulan macam apa coba?

Mata Alvaro sama sekali tak lepas memandang Nana, Nana merasakan nyeri dihatinya, dan pada saat Nana dan Farel sampai ditempat Farel memarkirkan mobilnya, Alvaro membuang muka, seperti pedang yang menusuk tubuhmu lalu dicabut paksa, itulah yang Nana rasakan. Dan kenapa sekarang Alvaro ikut-kutan mendiamkannya juga? Eh? Tapi itu bukannya malah bagus? Sekarang ia dan Alvaro seolah tak mengenal, jadi Nana tak perlu pusing untuk menghindarinya.

Farel membukakan pintu untuk Nana "Ini nggak alay kan?" Ucap Farel sambil tersenyum, membuat Nana ikut tersenyum
"Enggak kok" jawab Nana setelah di dalam mobil.

Farel itu menyenangkan, dia itu orangnya serius, tapi terkadang ia juga humoris, kadang dingin, kadang petakilan.

Kalau kalian pikir Nana dan Farel emang udah janjian buat pulang bareng, kalian salah, Nana seperti biasa menunggu jemputan dari kakaknya dan Farel baru selesai bermain futsal dengan teman-temannya, jadilah Farel menawari Nana untuk pulang bareng.

• • •

Pendek banget? Maafkan yaaa... Ini ide bener-bener mampett pet. Bahkan aku tergoda buat nulis cerita baru lagi, dua judul uda aku simpen di draft😪

Makasih bangettt buat semua yang masih mau baca cerita gaje ku ini, makasih banget buat yang nungguin, makasih buat yang masih inget sama jalan ceritanya😘 makasihhh juga yang mau vote sama comen😘😘 lafyusomach pokona mah💞

Nb : maafkan typonya, kalau ada typo comen aja ya(modus biar dikomen😝) biar aku benerin😙


10 Februari 2017 | 8:50 AM

❤Na.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang