Arti Kita

3K 196 24
                                    


"Mungkin ada cerita kita yang pernah aku bayangkan, tapi bukan cerita yang aku rasakan sekarang. Aku tidak pernah mau, arti kita jadi semenyakitkan ini."

...

Di saat Keysa dan Ulfa saling bicara di sana, tanpa mereka sadari Ananta sudah berdiri di pintu timur tribun. Sampai pada akhirnya Ulfa dan Shinta pergi, disitulah Ananta mulai mendekatkan langkahnya ke arah Keysa.

Menyadari ada yang datang ke arahnya, Keysa mengangkat tundukannya ke arah suara itu. Dengan diam mata mereka saling bertemu, untuk pertama kalinya Keysa melihat Ananta berjalan ke arahnya dengan tatapan sedalam itu.

"Udah aku bilang, berhenti lakuin hal bodoh."

Kalimat menohok itulah yang pertama kali keluar dari raut wajah dinginnya, Keysa diam hanya menghela napasnya gusar. Lalu Keysa menyahut lagi gagang alat pelnya untuk melanjutkan pekerjaannya, tapi kalimat Ananta menghentikan geraknya lagi.

"Jangan menyalahkan Naura soal masalah ini, tidak ada hubungannya sama dia."

Keysa menatap lagi ke arah Ananta, apa dia tidak tau betapa menyakitkan mendengar nama itu dari mulutnya.

"Ya, emang aku yang salah. Kalo kamu ke sini cuma mau ngomong itu, gak perlu Anant ." ucap Keysa dengan keberanian yang entah muncul dari mana.

Mereka berdua saling menatap, dengan jelas Ananta bisa melihat ada air mata yang tertahan dari tatapan Keysa. Tiba-tiba hati Anant merasa iba, tanpa tau alasannya dia tidak sanggup lagi menatap mata Keysa.

Tanpa mengatakan apapun, Ananta meletakkan sebotol air mineral itu di tribun samping Keysa. Lalu dia berbalik pergi, membiarkan Keysa menjatuhkan air matanya. Dalam tangisan diam itu, Keysa menatap punggung Anant yang semakin jauh darinya. Bahkan Keysa bisa mendengar suara langkah kakinya yang semakin memudar, pada akhirnya pergi dan hilang

"Ngapain tuh kulkas ke sini?" Tiba-tiba suara Roy mengalihkan pandangan Keysa, dengan cepat pula Keysa menyeka air matanya.

"Roy?"

"Ngapain dia!?" Suara Roy meninggi saat dia tau Keysa menangis.

Keysa hanya menggeleng sambil tersenyum, "Tim lo mau latihan ya? Yahhh gue belum selesai."

Keysa mulai melanjutkan menyapunya, tapi Roy menahan lengan Keysa dengan tatapan serius.

"Keyyy."

Keysa diam, dia memberanikan diri menatap Roy. Awalnya Roy ingin ngomel, dia kesal  tapi melihat Keysa sekarang hatinya ikut rapuh.

"Duduk." 

"Gue harus cepet nyelesaiin ini"

"Dudukk." Perintah  Roy pelan.

Keysa menghela napasnya dan duduk diikuti Roy di sampingnya, mata Roy kembali menatap lurus ke arah Keysa.

"Kenapa harus dia?"

"Ya kenapa tidak dia." Keysa malah membalikkan kata.

"Ngapain juga ke loker cowok, mikir gak sih Lo. Untung gak ada cowok, kalau ada gi mana. Iya kalau orangnya baik, kalau enggak?"

Keysa diam, ini bukan pertama kalinya dia dimarahi Roy.

Keysa tertunduk diam, karena itu Roy merangkuhkan tangannya dan memeluk Keysa tanpa sepatah katapun. Roy juga bingung harus marah atau bagaimana, karena sebenarnya perasaannya sekarang ikut berantakan.

Andai saja Keysa tau, bagi Roy dia mencintai orang yang salah. Bagi Roy, perasaannya jauh lebih pasti untuk jaminan kebahagiaannya. Tapi kenapa harus Ananta?

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang