Mundur

3K 196 24
                                    

"Bahkan untuk menerima perasaan itu, aku tidak tau apakah sanggup."


Suara gerimis kembali terdengar menembus jendela kaca kamar milik Ananta, menembus tirai navy itu hingga sampai di telinganya. Membuat rekaman diotaknya itu terputar kembali, Ananta teringat lagi pada payung kuningnya. Memory itu terputar lagi, sekilas ingatannya semakin jelas pada Keysa. 

Kemana payung itu? Terbesit seketika payung itu dalam pikirannya, Ananta yang tadinya tiduran menatap langit-langit kamarnya kini terduduk. Sejenak dia lupa dimana meletakkan payungnya, tapi dia ingat betul sudah membawanya pulang.

Kondisi rumah gelap, Ananta keluar kamarnya dan menyalakan beberapa lampu di rumahnya. Jam menunjuk pukul 7 malam, sepertinya mamanya belum pulang.

Ananta mencoba mencari payung kuningnya, tapi tiba-tiba suara knock pintu terbuka.

"Cari apa?" pertanyaan itu keluar dari mulut serang wanita berusia sekitar 45 tahun, dia mama Ananta yang baru datang dari restonya dengan baju dan rambut yang terlihat basah kehujanan.

"Payung," jawab Ananta datar.

Mamanya meletakkan tas kulit hitam di atas meja makan, dan melepas alrojinya.

"Mama datang tadi lampu pada mati baru bangun?" Tanya mamanya lagi, Ananta tidak menjawab dan masih sibuk mencari payung itu di rak kotak yang terdapat beberapa payung lipat.

"Anant, ada yang mama mau omongin." Mamanya kembali mengajaknya bicara, kali ini Ananta berdiri menghadapnya.

"Mama akan pulang ke Kyoto sabtu ini," ucap mamanya yang hanya diterima tatapan datar oleh Ananta, seakan hal itu sudah tertebak olehnya.

Dia akan pergi lagi, itu yang teresit di batin Ananta sekarang.

"Kabari Anant kalau nanti mama butuh bantuan Anant," jawab Ananta yang keudian melanjutkan pencariannya lagi.

"Setelah lulus, mama akan jemput kamu." Kali ini ucapan mamanya membuatnya sedikit kesal.

"Anant ga bilang akan ikut mama," jawabnya.

"Nande?" lirih mamanya terdengar sedih.

"Baru setahun mama tinggal sama Anant, sekarang mama pilih buat pergi lagi kan?"

"Karena itu ikut mama!"

"Mama sama ayah punya pilihan sendiri, begitupun aku Ma."

"Kamu leih memilih ayahmu?"

"Setidaknya ayah ga pernah tinggalin Anant."

"Tapi sekarang dia tinggalin mama dengan perempuan itu, dan kamupun akan diinggal Anant!"

"Aku ga peduli ma siapa yang ditinggal dan ninggalin aku ga peduli, kalian sama aja."

"Ananta..."

"Anant akan tinggal sendiri, tidak perlu kawatir," lanjut Ananta yang kemudian berjalan pergi menuju bawah tangga untuk tetap mencari payungnya.

"Kamu cari payung kuning?" tia-tiba ditengah keheningan yang sempat ada itu, mamanya membuka ucapan lagi.

"Mama yang ambil?"

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang