17

2.5K 163 0
                                    

Sebuah kain tebal menempel di badanku membuat suhu semakin hangat, mataku mulai membuka sedikit demi sedikit, rasa gatal tidak terasa seperti tadi malam, bintik merah mulai hilang dari kulitku. Rasanya ingin selalu aku bawa selimut itu kemana pun aku pergi, semalam aku bermimpi bahwa kak Ridwan sebelum pulang pamit padaku dan mengusap kepalaku pelan membuat hangat di kepala. Kali ini mungkin aku hanya berkhayal tentangnya. Aku langsung menuju kamar mandi dan segera menunaikan sholat subuh. Tanpa ku sadari terpampang jelas sebuah kado yang dibungkus kertas kado yang terlihat rapi dan unik itu. Aku penasaran dengan isinya, terdengar suara detikan membuatku sakin deg-degan untuk membukanya.

Aku suka melihat cara pandangmu yang ramah pada seluruh isi bumi ini, mengawali matahari berjalan dengan riangnya. Tampak seisi bumi hanya memfokuskan pandangan padamu, tak satu pun luput dari pandangannya.  Aku tahu kau pasti membacanya saat kau bangun tidur😊 have a nice day!💕

Aku bingung dari siapakah bingkisan itu? Apakah memang sengaja diberikan padaku? Baik sekali orang itu, jam yang indah yang biasanya aku temukan di Toko Jam ternama sesekali dijual di IG dengan harga mahal akankah jadi milikku?

Jam masih menunjuk pukul 6 pagi, namun sudah ada yang mengetuk pintu kamarku yang sunyi karena aku fokus membaca novelku. Aku segera membukakan pintu untuknya. Terlihat dengan rapi lelaki mengenakan celana treining biru rapi dengan t-shirt ketat di tubuhnya yang ditutupi dengan jaket coklat yang tak jauh beda dari yang aku kenakan semalam.

"Hai? Ayahmu yang menyuruhku untuk mendatangimu, aku barusan datang berniat untuk mengantarmu ke Cepu", ujarnya seperti aku sedang upacara.

Aku hanya bingung dan kehabisan kata-kata untuk beralasan semalam aku bohong, Ayah bahkan sebenarnya sudah tahu kalau aku masih mendapat libur panjang. Namun sepertinya Ayah sudah menjebakku dengan sosok kak Ridwan yang memang sengaja datang untukku pagi ini.

"Kenapa kamu tidak siap-siap Za?", tanyanya dengan menaikkan satu alis matanya.

"Aku masih libur panjang", ucapku sambil menunduk menunjukkan rasa salahku padanya.

"Baiklah, sudah aku tebak. Jadi?", katanya dengan polesan senyum sesaat.

"Apa?", tanyaku balik.

"Kamu harus tanggung jawab sudah membuatku datang ke sini, besok aku akan balik ke Jogja untuk mengerjakan tugas dan mengunjungi temanku", jelasnya.

"Baiklah, aku akan mandi dulu lalu baru pergi sama kak Ridwan", kataku sambil mendorongnya keluar ketika sudah sampai di seperempat kamarku.

Kak Ridwan langsung pergi dari kamarku, dia dan kak Rafly lah laki-laki yang sopan dan menuruti perintah orang tuaku, mereka tidak akan ke kamarku kecuali disuruh untuk memastikan aku masih ada di rumah. Berbeda dengan kak Pras yang walaupun sopan tapi masih saja tidak berani datang menemuiku namun malah menelfonku seperti waktu itu ia menyuruhku untuk keluar balkon melihatnya datang dan menyambutnya.

Kok jadi mikir kak Pras ya? Udahlah bosen dengernya, by the way kenapa mama kak Pras telfon aku semalem?, batinku sambil melihat layar handphone.

Aku membiarkannya dan melanjutkan untuk siap-siap pergi bersama kak Ridwan. Setelah itu aku menuju ke ruang tamu untuk menemuinya yang sedang mengobrol bersama kak Rizky yang juga akan mengajak kak Kayla pergi.

"Dek, besok dia balik tuh sabar ya", ejek kak Rizky padaku.

Aku langsung sebal melihatnya mengejekku dan ku kejar dia, rasanya aku ingin memukul calon kakak iparku ini. Namun, baru mengejarnya saja kak Kayla sudah datang menghampiri kami dan melihatku dengan memarahiku karena takut pacarnya bonyok karenaku. Kak Ridwan hanya tertawa dan terus memberi jalan kak Rizky untuk berlari. Aku terdiam setelah melihat tatapan kak Kayla tadi. Aku langsung memutuskan kabur bersama kak Ridwan yang ternyata juga sudah berganti baju dengan pakaian yang tak bosan ia kenakan. Masih saja setiap di dalam mobil, kak Ridwan dan aku selalu terdiam dahulu dan saling tidak memperdulikan satu sama lain.

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang