Back To Academy

3.1K 163 6
                                    

RIDWAN POV

Aku tahu Azza marah padaku karena Caca. Sejak kapan Azza kenal Caca? Bahkan aku tidak tahu kalau mereka berdua ternyata saling kenal, tapi yang aku ketahui saat ini Caca sama sekali tidak mengenali Azza. Malam itu aku langsung mengantar Caca pulang. Namun ketika aku akan mengambil mobil, aku melihat Azza berjalan bersama seorang taruna AAL yang aku kenali, yaitu bang Pras. Bahkan, aku juga melihat ketika bang Prast menolong Azza saat Azza akan jatuh. Mereka terlihat saling mengenal satu sama lain, tapi Azza terlihat lebih cuek. Btw Azza memang cewek yang cuek dan tidak peduli dengan apapun termasuk jika dia sedang marah, apalagi jika marah denganku.

Malam ini aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah setelah mengantar Caca ke stasiun. Dia sangat cerewet sekali dan membuatku jengkel apalagi saat ia mengenakan hak tinggi di acara tadi. Padahal aku tidak menuntutnya apalagi tidak menyarankan dan berbicara soal pakaian dan sepatu, ia memilihnya dan aku pun tidak tahu ia mengenakan kostum seperti itu.

Azza, soal semalem aku minta maaf.  Aku ingin besok kita ketemuan, jam 10 aku jemput kamu, tulisku dalam sebuah pesan.

Aku tidak tahu apakah Azza masih kesal padaku, tapi dia sama sekali tidak membalas pesanku. Hingga seminggu kemudian sama sekali tidak ada kabar darinya sepertinya dia masih kesal denganku, tapi aku bertemu dengannya bersama Rafly di lapangan tempat kami jogging biasanya. Aza masih terdiam melihat kedatanganku.

"Azza? Marah ya?", tanyaku.

"Enggak", jawabnya singkat.

"Judes banget, nanti jalan ya sama kak Ridwan?", ajakku.

"Ini lagi jalan", jawabnya.

"Buka gini, nanti aku jemput ya kita main", kataku berhenti di depannya dan menuju luar lapangan untuk pulang.

Aku langsung pamit untuk pulang. Dan nanti aku akan menjemput Azza di rumahnya.

DI RUMAH AZZA

"Assalamualaikum", salamku sambil mengetok pintu.

"Waalaikumsalam, masuk dulu An dah lama gak kesini", kata bunda Azza yang membukakan pintu.

"Hehe iya tante", kataku sambil memasuki rumah Azza.

Disana bunda Azza langsung memanggil Azza untuk menemuiku. Biasanya aku menunggunya dengan ditemani Ayahnya, namun sepertinya ayahnya sedang ada proyek di luar kota. Namun ternyata Azza sama sekali tidak turun ke ruang tamu untuk menemuiku. Bundanya menyuruhku untuk menemui Azza di kamarnya. Aku langsung menuju ke kamar Azza yang masih saja tertutup.

"Azza, ini aku Ridwan", kataku.

"Azza, masih marah ya sama aku? Atau kamu cemburu? Kamu suka aku ya?", imbuhku sambil memegang satu bucket bunga yang sengaja aku bawa untuknya.

"Ya udah kalau gitu, aku cuman mau pamit. Besok aku akan balik ke academy, tunggu aku ya sampe pulang lagi", pamitku.

Aku tak langsung pulang, melainkan bunda Azza mengajakku sarapan bersama dengan beliau. Kami mengobrol sangat lama termasuk bercerita tentang Azza dan aku juga bercerita dengan kisahku beberapa bulan lalu saat pendidikan. Dan akhirnya Azza pun keluar dari kamarnya.

"Azza jangan diemin Ridwan dong kasihan tuh", kata Bunda Azza.

"Ngapain sih Bun?", jawab Azza.

"Oh ya, kebetulan ada Ridwan. Tolong anterin Azza beli ini ya", suruh Bunda Azza sambil menyodorkan list yang harus dibeli Azza.

Sebenarnya Azza membantah dan ngeles untuk tidak aku antar, akhirnya ia mengiyakan paksaan dari bundanya. Bunda Azza memang terlihat memberikan kesempatan untuk aku dan Azza berbicara tentang kejadian seminggu lalu sebelum aku balik ke Academy.

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang