Moment hari raya ini aku tak sempat pergi kemana-mana, dikarenakan Ayah dan Bunda tahun ini InshaAllah akan mendapat panggilan untuk mengunjungi Baitullah yaitu Makkah. Walaupun begitu, liburanku tak sesepi yang kalian kira, saudara-saudaraku lah yang sekarang bergantian untuk berkunjung ke rumahku. Moment inilah yang paling tidak bisa aku lupakan. Banyak makanan dan oleh-oleh bahkan tak ada suara yang berhenti setiap detiknya. Mereka saling bercanda gurau melepas kepenatan dan saling maaf-maafan di hari yang fitri ini. Setiap malam selalu bermain kembang api dan petasan di halaman depan dengan beramai-ramai. Ditambah tamu-tamu Ayah dan ibu yang bergantian datang ke rumah.
Hari ke-5 lebaran saudara-saudaraku memplanningkan untuk berlibur ke Karimun Jawa. Namun aku menolak untuk ikut ke sana karena aku sedang mengumpulkan uang untuk pergi liburan ke Palembang ketika Ayah dan Ibu naik haji nanti. Sebenarnya tidak ada acara penting, tapi aku hanya ingin menonton match klub kesayanganku yaitu Sriwijaya FC di homenya sendiri dan itu menurutku adalah pengalaman pertamaku pergi ke luar Pulau Jawa sendirian.
Akhirnya aku dan keluarga besarku memutuskan untuk merencanakan makan malam bersama di rumah. Mulai dari belanja bersama dan memasak bersama. Siang itu rumah masih ramai dikunjungi teman Ayah yang berasal dari luar kota. Aku yang lagi sibuk mempersiapkan untuk masak pun tiba-tiba dipanggil oleh Bunda. Aku hanya mengiyakan saja perkataan bunda yang terdengar samar di telingaku. Tiba-tiba Thariq, keponaanku yang berumur 3 tahun menggandeng sosok yang sering aku lihat ketika aku berada di Surabaya.
"Haii", sapa orang yang masih menggunakan seragam ketatnya itu.
"Ngapain kak Pras disini?", tanyaku kaget dengan kedatangannya disini.
"Nggak papa, cuman mau mampir aja. Bulan ini aku praspa di Akmil tanggal 27 Juli, kamu dateng ya", katanya sambil memperlihatkan senyumannya padaku.
Naura dan kak Jovan yang juga membantuku mempersiapkan alat untuk masak kaget dengan kedatangan kak Pras kesini. Aku langsung menyenggolnya dan menyadarkannya dari lamunannya itu. Kak Rizky yang beberapa hari lalu sudah bergabung bersama kami pun tertawa bersama kak Kayla karena sikap saudara-saudaraku yang lucu.
"Boleh ikutan? Nanti sore aku ke Magelang kok jadi tenang aja gausah takut keganggu acaranya", katanya dengan tertawa.
Kak Pras langsung membantu mengangkat alat-alat dan membawanya keluar menuju halaman rumah. Langit terlihat cerah dan tak ada tanda-tanda hujan. Baru beberapa jam ia disini, ia sudah akrab dengan saudara-saudaraku.
"Pras itu pacar kamu Za?", tanya seorang pakdheku dengan keras dan nada bercanda di depan saudara-saudaraku yang sedang asyik bermain uno stacko.
"Bukan pakdhe, tapi doain aja ya pakdhe, Azza susah di deketin sih, judes dia", ucap kak Pras membuat suasana menjadi hening dan terkejut dengan jawaban kak Pras baru saja.
Tawaku memecah keheningan kali ini, aku langsung mengalihkan pembicaraan ke kegiatan lain. Seketika kami langsung menyibukkan diri dengan masing-masing kegiatan. Jam tanganku sudah menunjuk pukul 16.00 tak terasa sore begitu cepat berlalu. Kak Pras langsung sadar dan ijin untuk sholat ashar dan menjadi imam sholatku hari ini.
Seusai sholat ia langsung berpamitan pada keluargaku dan menuju mobil rentalannya itu.
"Za, jangan lupa nanti tanggal 27 datang ke Akmil ya!", katanya sambil membuka mobil dengan kunci otomatisnya.
"InshaAllah, kak Pras sukses Praspanya", kataku dengan menyepalkan tangan menyemangatinya.
"Makasih Za, oh ya kita foto yuk? Kapan lagi kamu bisa foto sama aku pakai baju PDH ketat ini", katanya sambil memperlihatkan senyum manisnya.
Kali ini bahkan aku merasa ingin sekali selalu bertemu dengannya. Senyumannya membuatku meleleh dibuatnya. Kali ini juga aku merasakan bahwa aku ingin selalu berada di sampingnya. Aku merasa selama ini dia selalu menjagaku, memperlakukanku spesial seperti kebiasaan Ayah. Walaupun sebenarnya Kak Rafly dan Kak Ridwan selalu menjagaku juga, namun ada rasa yang beda tak seperti biasanya. Ia berhasil membuatku kagum padanya. Setelah beberapa peristiwa sepele membuat kami bertengkar dan lucu, dan juga hanya karena hal sepele kami bisa bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny!
Romance"Jadilah dirimu sendiri. Saat itulah, aku mencintamu apa adanya. Jika kau mampu setia, maka setialah. Kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Disaat aku pergi untuk mengabdi pada negara, ak...