"Hahha masih aja kayak dulu ya gak berubah", kata kak Ridwan dengan tertawa lepas.
"Apaan sih", lirikku dengan sinis.
"Cepet banget moodnya ganti nih", kata kak Ridwan yang tiba-tiba datang membawa 2 ice cream corneto oreo baru.
Aku langsung tersenyum dan mengambil ice cream itu dari tangan kak Ridwan.
"Eiitss, emang buat kamu?", katanya sambil memutarkan tangannya dan berhasil membuatku gagal untuk mengambil ice cream itu.
"Yaudah ye, beli sendiri", kataku sambil menjulurkan lidahku tanda mengejeknya.
"Yaya, tapi ada syaratnya juga dong", kata kak Ridwan.
"Apa?", tanyaku cepat.
"Kalau aku cuti ntar ada pestakor nah kamu ikut aku", jawabnya cepat.
"Siap pak", kataku sambil hormat dengan mengejek kak Ridwan.
Kak Ridwan tertawa melihatku, segera dia mengulurkan tangannya untuk memberikan Ice crean yang ada di tangannya.
RIDWAN POV
Untuk tiga hari kedepan aku mendapat lwe(long weekend). Walaupun hanya beberapa hari, aku merasa senang karena sudah lama aku tidak pulang ke rumah. Aku mulai rindu dengan suasana rumah, suasana sekolah, bahkan aku merasa rindu dengan seseorang.
Aku sengaja mengabari Jovan kalau aku ada libur. Aku menyuruh Jovan untuk memberitahu Azza, namun ternyata Jovan dan Naura punya rencana mereka tidak mau memberitahu Azza kalau aku dapat lwe. Dan ternyata Rafly juga mendapatkan lwe, tapi dia sibuk karena saudaranya mengunjungi rumahnya. Kami sempat bertemu walau sekedar makan siang bersama.
Rasanya tidak ingin cepat ganti hari, namun aku sadar bahwa cepat ganti hari aku akan cepat merasakan cuti tahun baru. Aku tahu Azza agak tidak enak jika aku sedang bersamanya dan membicarakan Geisha, adik kelasku yang waktu itu memaksaku untuk bertemu dan menemaninya pergi. Akhirnya hari-hari aku jalani seperti biasa, setiap pagi aku dan Rafly jogging bersama di lapangan yang biasa kami kunjungi ketika latihan untuk test catar waktu itu.
RAFLY POV
Alhamdulillah kami mendapatkann lwe walau hanya tiga hari saja. Aku senang bisa berkesempatan untuk pulang dan bertemu dengan sahabatku sma yaitu Jovan dan Ridwan serta Azza dan temannya, Naura. Kami sempat berbincang-bincang sedikit lama, yang pasti rasa kangenku untuk bertemunya sudah terobati. Tak lama kemudian handphoneku berbunyi, tanda telfon dari ibu. Dan aku meminta izin untuk mengangkat telfon.
"Assalamualaikum, ada apa bu?", tanyaku melalui telfon.
"Rafly dimana? Pulang sekarang ya, ada saudara yang datang", kata ibu.
"Di cafe nih bu, lagi ketemuan sm sahabat-sahabat SMA haha.. siap bu", jawabku.
"Walaalaikumsalam..", imbuhku.
Langsung cepat aku berpamitan pada mereka. Dan aku akhirnya memutuskan untuk naik taksi untuk sampai di rumah.
"Azza, besok jalan ya", tulisku dalam pesan whatsapp.
Azza masih belum menjawab pesanku, mungkin dia belum membuka handphonenya.
Keesokannya aku memutuskan untuk jogging bersama Ridwan di lapangan biasa. Dan Azza kemarin sudah membalas pesanku untuk jalan bersama, walau hanya sekedar pergi ke gramedia seperti dulu aku masih bersyukur bisa jalan dengannya. Aku juga sudah bilang ke Ridwan serta Jovan dan Naura kalau aku pergi bersama Azza.
Masih seperti dulu, saat aku memasuki salah satu pusat perbelanjaan semua mata tertuju pada kami berdua. Aku juga bingung, apakah ada yang salah dari kami? Menurutku tidak. Atau karena pakaian PDHku? Semua taruna diwajibkan untuk mengenakan pakaian taruna ketika pergi kemana saja, untuk mengetahui identitasnya. Termasuk pakaian PDH yang pas dengan lekuk tubuh. Apa karena baju yang memperlihatkan lekuk tubuhku ini mereka menjadikan kami sebagai pusat perhatian. Tidak semua sih, tak sedikitnya mereka memamerkan senyuman pada kami.
"Kak, mau kemana nih?", tanya Azza yang ada di sampingku.
"Gramed yuk, habis itu nonton sebentar", jawabku.
"Ayo!!", katanya dengan semangat.
Setelah kami membeli tiket untuk nonton, kami langsung pergi ke gramedia.
"Masih suka baca buku nih?", tanya Azza yang tiba-tiba muncul.
"Ngagetin aja dek, masih dong. Ini mau aku bawa ke academy. Itung-itung buat refreshing", jawabku.
"Kamu masih suka baca buku kan?", tanyaku.
"Masih, aku mau beli ini", jawabnya sambil memamerkan buku yang ia genggam.
Aku hanya tersenyum dan menuju ke kasir. Setelah membayar buku kami langsung menuju ke bioskop.
Tak terasa film sudah selesai. Dan aku teringat bahwa besok aku akan kembali ke academy.
AZZA POV
Hari ini aku pergi bersama kak Rafly ke toko buku dan kami sempat menonton film bersama di XXI. Besok kak Rafly dan kak Ridwan akan kembali ke academy. Rasanya dunia kembali sepi, haha Alay 😆. Mereka berjanji padaku, jika mereka cuti nanti kita akan bersama-sama menonton film Pasukan Garuda'I Leave My Heart In Lebanon'.
Liburanku kembali sepi, dan masih menunggu beberapa hari lagi untuk menunggu mereka berdua cuti. Sedangkan beberapa hari ini Naura sering meninggalkanku dirumah, karena dia jalan-jalan dengan kak Jovan. Walau sebenarnya aku diajak mereka, namun aku tidak mau karena pasti disana aku akan lebih kurang kerjaan melihat mereka jalan berdua.
Aku memutuskan untuk dirumah dan menyelesaikan bacaan novelku.Assalamualaikum Kadziyah?
Sms itu sempat membuatku berhenti membaca novelku. Aku masih menyimpan satu pesan yang tahun lalu ia kirimkan "Hai", isi pesan itu. Aku bingung, karena awalnya aku kira itu adalah nomor kak Rafly, tapi ternyata malah nomor kak Rafly berbeda. Dan aku sempat berfikir pemilik nomor ini salah kirim, ternyata kali ini dia mengirim pesan dengan memanggil namaku. Ternyata dia benar-benar mengenali nomorku ini.
Aduhh, siapa ini?, batinku.
Aku memutuskan untuk mendiamkan dan tidak aku balas pesannya. Dan aku melanjutkan untuk membaca novelku lagi di depan televisi. Baru mendapat 4 halaman tiba-tiba ponselku berbunyi tanda ada seseorang yabg menelfonku. Nomornya sama dengan nomor yang tadi sms ke nomor telfonku.
"Assalamualaikum", ucap kami yang tak sengaja bersamaan.
"Waalaikumsalam", jawab kami yang lagi-lagi bersamaan.
"Maaf ini siapa ya?", tanyaku pada orang yang menelfonku.
"Ini bener Kadziyah Kafa kan?", tanyanya.
"Ya, maaf ini siapa ya?", tanyaku balik.
"Oh, pantesan.. save dulu nomorku ntar juga tau aku siapa", katanya dengan tertawa.
Aku masih membatin, siapa? Bahkan aku tidak tahu sama sekali pemilik nomor ini. Bagaimana dia bisa mengenaliku? Apakah seterkenal itukah aku? Haha otakku penuh tanya, siapakah dia?
Dia langsung mematikan telfon dan memberiku kesempatan untuk mencoba menyimpan nomornya. Dan kebetulan kontakku secara otomatis tersambung dengan line. Dan terdapat satu pemberitahuan teman baru. Aku mencoba membuka foto profil miliknya, namun sepertinya usahaku sia-sia.
Astaghfirullah, gimana mau tahu kalau fotonya sama orang sekampung, batinku.
Haha okey, ini enggak beneran sekampung. Tapi sebuah ungkapan, karena di foto itu ia berfoto bersama satu angkatan sekolahnya saat SMA.
Orang itu masih saja bersikukuh untuk tidak memberitahu siapa dirinya sebenarnya.
"Baiklah, aku akan memberitahumu siapa aku", balasnya melalui aplikasi Line.
"Okey, send your photo please!", balas pesanku padanya.
Tiba-tiba muncul sebuah foto dann......
Ternyata tidak ada sinyal dan kebetulan mati lampu. Sial, bagaimana ini!
.
.
.
.
Hayoo siapa cobaa tebak 😆😆 jangan lupa vote and comment ya makasih😊😊

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny!
Romance"Jadilah dirimu sendiri. Saat itulah, aku mencintamu apa adanya. Jika kau mampu setia, maka setialah. Kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Disaat aku pergi untuk mengabdi pada negara, ak...