Adzan subuh berkumandang, aku segera bangun dan membereskan kamar serta mengambil air wudhu untuk sholat berjamaah bersama keluarga kak Pras. Terlihat keharmonisan dari keluarga ini, namun sayang tidak terlihat sosok kak Pras disini.
Malam ini, aku akan berangkat ke AAL untuk mengikuti acara makrab bersama kak Pras. Hari masih pagi, kak Ayu mengajakku jalan-jalan pagi bersama kak Bram. Namun, aku memilih untuk membantu mama kak Pras membersihkan halaman depan.
Seusai itu, siang hari aku mengantar kak Ayu ke dokter kandungan karena kak Bram ada kerja, kami sekedar menanyakan kondisi kandungan kak Ayu yang katanya akan melahirkan beberapa hari kedepan. Setelah itu aku juga menemani kak Ayu untuk memilih pakaian bayi. Tak terasa jam sudah pukul 14.00 kami segera kembali ke rumah. Dan aku bersiap-siap untuk ke AAL. Aku hanya mengenakan pakaian yang aku beli kemarin, dengan hijab dan flat shoes. Dengan polesan make up yang natural. Tentunya aku tidak pergi sendirian melainkan diantar supir Mama kak Pras dan Kak Ayu yang katanya ingin menjemput suaminya pulang kerja.
Lumayan, di Surabaya aku seperti memiliki keluarga baru. Tak lepas dari pengawasan bunda, ternyata bunda sering menelfon mama kak Pras yang sekedar menanyakan kabarku di Surabaya. Aku merasa senang, apalagi ditemani kak Ayu. Sedangkan akhir-akhir ini tidak ada kabar dari kak Rafly dan kak Ridwan yang katanya sedang fokus dengan ujian untuk naik tingkat.
"Cantik Za, dulu aku juga sempat ikut makrab sama mas Bram. Aku itu dulu kenal mas Bram karena dijodohin, dan kami sama-sama cocok", cerita singkat dari kak Ayu.
"Haha, lucu ya kak. Oh ya, kak Ayu dari Solo kah?", tanyaku pada kak Ayu.
"Lebih tepatnya keturunan orang solo nggak bisa bahasa Jawa", jawabnya dengan tertawa.
Baru terhitung jam kami kenal, aku merasa sudah memiliki saudara baru. Kami saling bertukar cerita dan pendapat. Tak lama kemudian kami sampai di AAL. Aku memilih untuk mengantar kak Ayu menjemput kak Bram dan menjaga kak Ayu karena sedang hamil takutnya kalau tiba-tiba mau ngelahirin kan repot. Dan setelah bertemu dengan kak Bram kami langsung menuju ke tempat yang sudah diberitahu kak Pras, dimana acara itu berlangsung. Setelah itu kak Bram dan kak Ayu pulang ke rumah.
Aku mencari dan kebingungan, karena baru kali ini aku datang ke acara makrab taruna AAL. Perasaan wajah dan penampilan para taruna hampir sama semua. Tak sesekali para rekanita sudah bergandengan bersama kekasihnya masuk satu persatu ke tempat itu.
"Bahkan aku tidak bisa mengenalimu", kata seseorang yang mengenakan pakaian coklat dengan tali kor di dada kanannya dan membawa tongkat berukuran sekitar 30cm di tangannya.
"Nggak usah gitu mukanya, cepetan sini", kata kak Pras sambil menggandengku masuk ke acara tersebut.
Acara ini tidak diadakan disembarang tempat. Namun, berada di tempat kebanggan para Taruna AAL. Aku tidak tahu namanya, tapi tempatnya ada di pinggir pantai. Dihiasi lampu-lampu, ada yang berdansa, ada yang makan bersama, ada yang bernyanyi ada pula yang menyendiri tanpa rekanita mereka. Entah apa yang membuatku senang disini, tapi aku merasa diperlakukan spesial.
"Aku nanti Ibl, jadi bisa pulang bareng sama aku", katanya yang membuyarkan lamunanku kali ini.
"Ya udah pulang aja", kataku.
"Gitu banget, enak kan di Surabaya?", tanyanya.
"Enggak", jawabku singkat.
"Masih aja judes, aku tahu enggak enak karena kemarin aku nggak ada di rumah kan?", tanya kak Pras.
"Yee PD banget sih", kataku sambil menjulurkan lidah mengejeknya.
"Cieee Pras rekanita? Kenalin dong", ucap tiga orang laki-laki yang menemui kak Pras.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny!
Romance"Jadilah dirimu sendiri. Saat itulah, aku mencintamu apa adanya. Jika kau mampu setia, maka setialah. Kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Disaat aku pergi untuk mengabdi pada negara, ak...