24

2.5K 195 8
                                    

Keesokan paginya aku langsung membereskan perlengkapanku. Aku akan pulang ke Salatiga hari ini. Sedangkan kak Pras akan pulang pulang ke Surabaya. Jam penerbangan kak Pras pukul 07.00. Aku langsung pamit untuk pulang ke Salatiga. Matahari masih belum menampakkan senyumannya seperti biasa.

"Kamu mau pulang sekarang?", tanyanya yang muncul dari pintu nomor 416 tepat di sebelah kamarku.

"Ya, aku pulang ya kak", kataku.

"Kamu nggak mau nungguin aku? Nganter ke bandara gitu? Biar kayak film-film romantis gitu", ucapnya dengan sedikit tertawa.

"Enggak", jawabku.

"Ayolah za, ini cuti terakhirku sebelum aku fokus pemusatan dinas", katanya memohon padaku dengan muka sok imutnya itu.

Aku sedikit kasihan padanya, ada rasa ingin pulang tetapi separuh rasa ingin masih bersamanya. Yaa, walaupun semalam ia sempat membuatku jengkel karena Caca. Sebenarnya yang aku benci bukan kak Pras tapi Caca.

Jam sudah menunjuk pukul 06.15 kami langsung menuju bandara karena takut terkena macet hari ini. Sesampainya di Bandara kak Pras langsung pamit untuk masuk ke ruang tunggu. Tiba-tiba aku melihat Caca datang menuju ruang tunggu juga. Mereka langsung bersalaman seperti baru saja ketemu. Dengan senyum sinisnya Caca melirikku dengan kejam. Apakah aku diminta untuk melihat adegan ini?, batinku panas.

Tanpa basa-basi aku langsung mencari taksi dan memutuskan untuk kembali ke Salatiga. Aku merasa kesal sekali. Dan setelah beberapa hari di Salatiga aku langsung memutuskan untuk kembali ke Cepu. Kali ini aku akan mentargetkan untuk lebih fokus kuliah, tinggal dua tahun lagi aku lulus aku harus mendapatkan pekerjaan mapan untuk kedua orang tuaku. Selain itu aku masih menjaga komunikasiku dengan kak Rafly dan kak Ridwan. Sedangkan kak Pras lebih sering menjaga pertahanan di Laut, ya itu memang tugasnya sebagai salah satu pasukan TNI Angkatan Laut. Aku tidak pulang hingga Ayah dan Bunda pulang dari Tanah Suci. Sepertinya rasa rindu mulai muncul lagi ketika melihat foto mereka dan mengenang masa kecilku dan kak Kayla. Namun, tugas dan target serta keinginanku untuk membahagian orang tua masih kuat di benakku.

Setiap pesiar kak Rafly, aku, dan kak Ridwan selalu video call. Kami selalu bercerita tentang masa SMA kami dulu.

"Gimana Za? Masih sama yang Angkatan Laut?", tanya kak Rafly dengan menggodaku.

"Aku fokus ke kuliah, masa kuliah mahal-mahal mikirnya cinta mulu", jawabku disusul dengan canda tawa kami bertiga.

Kak Ridwan juga membicarakan tentang Caca yang beberapa hari lalu bertemu dengannya.

"Caca sekarang sering mengikutiku dan menggangguku", ucap kak Ridwan dengan nada jengkel.

"Makanya An punya pacar dong, dari SMA digangguin cewek mulu. Dulu Geisha sekarang Caca, jangan main-main dong sama cewek", kata kak Rafly sebagai orang tertua dari kita bertiga.

"Kalau nggak tipe mau gimana lagi", ucapnya.

Aku sibuk dengan mimpiku yang mulai terbayang diotakku ini. Mereka masih asik mengobrol hingga aku tertidur pulas. Dan itu kebiasaan kami ketika mereka berdua mendapat pesiar malam kecuali salah satunya mendapat tugas untuk piket jaga.

1 tahun kemudian...

"Selamat praspa kakk", ucapku dengan memberikan satu-satu bunga pada mereka berdua.

"Makasih Azza", jawab kak Rafly dengan senyuman.

Kak Ridwan langsung memelukku di depan keluarganya. Aku langsung mematung dan menganggap biasa saja. Walau jantung ini sempat berdebar dua kali lebih kencang dari biasanya aku mencoba biasa saja. Perjuangan mereka selama empat tahun pendidikan tidak sia-sia. Mereka sama-semandapat Adhi Makayasa. Betapa bangganya aku bisa menjadi bagian dari hidup mereka. Kak Citra yang datang ke Istana Merdeka bersamaku terlihat berpelukan romantis bersama kak Rafly. Mereka terlihat baik-baik saja setelah beberapa bulan lalu kak Citra baru mengakui apa maksud statusnya bersama kak Rafly.

*Flashback*

Malam itu terlihat cerah. Bintang bertaburan indah menghiasi langit ditemani oleh bulan. Aku kebetulan sedang libur setelah enam bulan lalu tidak pulang ke Salatiga. Aku tidak mau dicap sebagai anak durhaka yang tidak pernah pulang sejak Ayah dan Bunda pulang Haji. Padahal itu semua karena tugas yang semakin banyak. Aku menenangkan pikiranku di sebuah cafe yang sedikit jauh dari keramaian. Aku diantar kak Rafly yang mendapatkan LWE (Long Weekend) hari Raya Nyepi. Sedangkan kak Ridwan memilih untuk menyelesaikan TA(Tugas Akhir) miliknya itu. Aku memang sengaja mengajaknya kesana apalagi setelah diberitahu Naura bahwa ia berpapasan dengan kak Citra di jalan. Naura bilang bahwa ia melihat kak Citra bersama sosok laki-laki yang sering kita lihat.

"Kak Rafly, apa kakak diam aja lihat kak Citra sama cowok itu?", ucapku tegas melihat ekspresi sedihdi wajahnya.

Aku memutuskan untuk mendatangi kak Citra dan cowok itu. Aku terpaksa sedikit kasar dan menarik kak Citra ke hadapan kak Rafly saat ini.

"Aku memang bukan siapa-siapa kak Rafly dan kak Citra, tapi aku ga suka lihat sifat kalian yang sok saling cuek. Kalian kalau sedang ada masalah selesaiin bareng dong nggak kayak gini caranya, saling lupain aja", ucapku.

"makasih sebelumnya za", jawab kak Rafly dengan tertawanya itu. Kak Rafly menganggap ini hanya candaan. Kak Citra pun begitu. Aku hanya salah paham, kak Citra dan kak rafly saling cinta. Tak seperti pikiran negatifku ini, aku juga sedikit malu mengetahui itu. Tapi aku senang melihat mereka lebih romantis tanpa ada suatu masalah yang mengganjal. Tapi aku masih saja menghawatirkan hubungan mereka.

*Flashback off*

"Azza, makasih ya", kata kak Citra menggandengku setelah berpelukan dengan kak Rafly tadi.

"Untuk?", tanyaku lagi.

"Waktu itu, aku bahkan nggak bakal berani sepertimu", katanya dengan senyuman cantik kak Citra.

Aku hanya berfikir, kenapa segitunya sih? Aku bingung deh jadian. Aku langsung menepis pikiran negatifku, aku cuman nggak mau salah sangka lagi sama orang. Mereka punya privasi sendiri, mereka juga harus belajar sendiri dari kejadian itu, dan sekarang aku akan mencoba mengurus privasiku sendiri.

"Za, za, coba deh kamu lebih terbuka sama cowok, sampai aku mau nikah gini kamu masih bingung dengan perasaanmu, apa kamu nggak mau nyusul aku kayak Naura?", kata kak Kayla yang ada diantara aku dan Naura. Ini acara pernikahan kak Kayla, besok ijab qobul akan berlangsung. Ia terlihat sangat cantik dan spesial malam ini. Hari ini adalah hari terakhir menjadi calon kak Rizky, dan besok sudah menjadi istrinya.

Aku hanya tertawa dengan Naura. Mereka berdua sama-sama suka membullyku tentang laki-laki. Percaya, karena mereka tidak single sepertiku. Walau begitu, aku masih tetap tidak bebas seperti yang lain, karena Kak Pras, Kak Ridwan, dan Kak Rafly sebagai bodyguard pribadiku selalu menjagaku dengan ketat. Tapi hanya ada satu orang bodyguard yang berhasil mencuri hatiku, yaitu kak Pras. Entah apa yang membuatku lebih tertarik dengannya. Dua kakak laki-lakiku sudah tahu kalau aku ada perasaan dengan kak Pras. Tetapi aku tidak tau, apakah kak Pras juga memiliki perasaan yang sama padaku?
.
.
.
.
.
Baru sempat update gapapa ya? Berhubung masih PTS ceritanya pendek aja ya, tapi dua hari lagi inshaAllah ceritanya panjang seperti biasa😊 jangan lupa Vote dan share ya👍👍 terimakasih😄 jangan cuma baca aja ya, kalau kalian suka kasi bintang👍👍 InshaAllah sampai selesai nanti ceritanya😁

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang