32

2.3K 176 5
                                    

Tak terasa dua resepsi telah dilaksanakan. Senyuman kelelahan sudah ada di wajah kak Pras. Hingga tak terasa tersisa waktu 3 hari untuk bersiap pindah ke Bangka Belitung.

"Mas, udah mandi?" Tanyaku pada kak Pras yang masih duduk dan sibuk dengan macbook miliknya dengan disuguhkan pemandangan kemacetan kota Surabaya.

"Udah dong, wangi gini masa belum mandi," katanya dengan menarik tanganku.

"Sakit tau nggak, belum lama nikah udah diKDRT(Kekerasan Dalam Rumah Tangga)," kataku dengan kesal.

"Maaf, nggak sengaja... Nih lihat foto kita main bareng," katanya membuatku berada dalam pelukannya.

"Hahaha lihat," katanya menunjuk foto Kak Ridwan dengan tingkahnya yang konyol langsung membuatku tertawa seketika.

"Oh ya bentar," aku langsung teringat untuk mengirimkan foto pernikahanku pada kak Ridwan.

"Nanti kalau Ridwan cemburu gimana Za?" Tanya kak Pras tersenyum di sampingku.

"Cemburu? Kenapa?," tanyaku balik.

"Ada saatnya seseorang rindu dengan masa lalunya, sebelumnya maaf ya sayang," imbuhnya lalu meninggalkanku sendiri di dalam kamar apartemen.

Hmmm, dengungan yg hanya terdengar sebentar dan sebagian menutupi pikiran negatifku.

Apa sebenarnya yang dikatakan kak Pras? Atau dia cemburu? Kenapa kak Pras sama sekali tidak bercerita apapun padaku?, hanya kata ini yang terlintas dan terbayang dalam benakku.

Kapal TNI Angkatan Laut Indonesia hancur terkena bom dari negara tetangga, masih diselidiki penyebabnya... Baru saja ditemukan jasad dari komandan kapal tersebut yg sudah dalam keadaan tewas. Sekian kami kembalikan ke studio.

Kak Pras yang sedang menata dan membereskan pakaiannya sontak menatap layar televisi dengan seserius mungkin. Diambil alih remot dan segera ia mengambil handphone di meja samping televisi. Besok adalah hari keberangkatan kami menuju Bangka Belitung kemungkinan besar dibatalkan apalagi baru saja ia bilang padaku teman satu lettingnya dinyatakan tewas. Aku hanya melamun penuh bayangan di depan kaca balkon apartemen yang kebetulan berhadapan langsung dengan keindahan kota Surabaya.

"Azza, keberangkatan ke Bangka Belitung ditunda 1 hari karena besok kita harus datang ke acara pemakaman saudara asuhku, nggak papa kan?" tanyanya yang tiba-tiba muncul berdiri di sampingku.

"Apa semua tentara terlalu mementingkan negaranya dibanding dirinya sendiri?," tanyaku asal.

"Untuk seorang prajurit negaralah yang menjadi nomor satu dalam kehidupannya, senjata adalah kekasih pertamanya," katanya serius menatapku dalam. Ada rasa yang menggantung tentangnya.

"Lalu untuk apa ia menikah kalau dia tidak percaya dengan seseorang yang dia pilih untuk berlabuh?," tanyaku mengalihkan tatapanku ke luar gedung apartemen ini.

"Apa pikiranmu masih di ucapanku sore tadi?," katanya seolah-olah dia selalu menjadi peramal handal yang selalu menebak apa pikiranku.

"Hmmm... mungkin," jawabku singkat.

"Apa kak Pras tetap nggak mau terbuka sama aku? Apa yang kita bicarain sebelum nikah beda sama sekarang," kataku.

"Ini masa lalu yang nggak perlu dibahas lagi Azza, ngerti?" katanya dengan senyuman dinginnya.

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang