Kami pun langsung memesan hotel dulu untuk menginap malam ini. Kamar kami bersebelahan.
"Ini kunci kamarmu, kalau ada apa-apa bilang aku. Kamarku disampingmu", kata kak Pras sambil menyodorkan kunci kamar bertuliskan 415.
Aku hanya mengambil kunci dan langsung menuju kamarku. Kak Pras mengikutiku dari belakang. Baru saja merebahkan badanku ke kasur, tiba-tiba ketokan pintu kamar terdengar jelas di telingaku. Sebenarnya aku tidak ingin membukanya, tapi akhirnya aku membukanya.
"Ayo Za, cari makan!", kata Kak Pras.
"Aku masih kenyang kak", jawabku.
"Makan apa kamu? Makan angin? Ntar masuk angin Azza. Kalau gitu aku pulang ke Surabaya sekarang kalau kamu nggak mau makan", katanya menatap mataku.
"Silakan", kataku sok tega padanya, padahal sebenarnya kalau boleh minta aku ingin selalu bersamanya.
"Kalau begitu aku akan pulang ke Surabaya besok, sekarang aku ingin cari makan dan mencari cewek dulu di Jogja", katanya meninggalkan pintu kamarku.
"Aduhh gimana nih? Kenapa aku jadi sebel gini sih?", gerutuku membanting pintu kamar.
KAK PRAS POV
Setelah beberapa menit lalu aku gagal menawari Azza makan bersama, aku langsung menuju restoran yang tak jauh dari hotel. Aku teringat, aku pernah datang ke sini bersama Azza. Rasanya lumayan kesepian disini apalagi tidak ada seseorang yang bawel dan melirikku dengan sinis. Aku pun memutuskan akan memesan makanan untuk Azza juga.
Ada seseorang yang datang mendekatiku. Aku hanya tersenyum membalas senyumannya itu. Dan aku pun segera mendekatinya.
AZZA POV
Aku tidak tinggal diam setelah kak Pras pergi yang katanya juga akan mencari cewek Jogja. Aku akan membuktikan kalau kak Pras enggak benar-benar cari cewek Jogja, batinku.
Aku langsung mengikuti kemana kak Pras pergi. Dan ternyata kak Pras mendatangi restoran yang pernah kami kunjungi. Kak Pras langsung duduk dan sibuk memilih menu yang sudah disediakan. Beberapa menit kemudian ia langsung tersenyum ke arahku. Aku merasa misiku kali ini gagal untuk mengikutinya. Ia langsung jalan mendekatiku.
"Katanya enggak mau makan?", katanya padaku.
"Emang enggak, bosen di hotel kayaknya gitu-gitu aja pemandangannya, jadi keluar aja terus enggak sengaja ke sini ketemu kak Pras lagi ...", jelasku tiba-tiba terhenti, karena ia sudah menarikku ke meja makan tadi.
"Kamu takut kalau aku sama cewek lain?", tanyanya membuatku semakin bingung di depannya.
"Eee... enggak lah, ngapain juga kayak nggak ada cowok lain", jawabku dengan gaya sombongku.
"Kalau enggak kenapa kamu ngikutin aku?", tanyanya lagi menaikkan satu alis matanya.
"Kan aku tadi udah bilang", jawabku memutarkan bola mataku.
Makanan pun datang dan akhirnya kami pun menyantap makanan kami masing-masing. Ia terus saja menatapku dengan tatapannya yang sangat dingin tanpa senyuman seperti biasanya.
"Hei siapa yang nyuruh kamu pulang?", katanya dengan kejam setelah ia membayar makanan kami.
"Yakan makanan udah dibayar, ntar aku ganti deh kak. Uangku di hotel", jawabku sambil melangkahkan kaki menuju hotel.
"Aku nggak mau diganti dengan uang", kata kak Pras membuat langkahku terhenti.
"Aku mau kamu ganti peluk aku", ucapnya yang tiba-tiba berhenti di depanku dan meninggalkan jarak setengah meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny!
Romance"Jadilah dirimu sendiri. Saat itulah, aku mencintamu apa adanya. Jika kau mampu setia, maka setialah. Kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Disaat aku pergi untuk mengabdi pada negara, ak...