Annoying Moment

2.6K 147 0
                                    

Udah tau belumm jawabannya siapa? Gak ada yang jawab 😂 okey noprob tetep aku terusin kok😊

Bagaimana dia bisa mengenaliku? Apakah seterkenal itukah aku? Haha otakku penuh tanya, siapakah dia?

Dia langsung mematikan telfon dan memberiku kesempatan untuk mencoba menyimpan nomornya. Dan kebetulan kontakku secara otomatis tersambung dengan line. Dan terdapat satu pemberitahuan teman baru. Aku mencoba membuka foto profil miliknya, namun sepertinya usahaku sia-sia.

Astaghfirullah, gimana mau tahu kalau fotonya sama orang sekampung, batinku.

Haha okey, ini engga beneran sekampung. Tapi sebuah ungkapan, karena sepertinya ia foto bersama satu angkatan sekolahnya saat SMA. Dan aku yakin dia adalah salah satu siswa SMA yang sangat dikenal di seluruh Indonesia yaitu SMA Taruna Nusantara.

Orang itu masih saja bersikukuh untuk tidak memberitahu siapa dirinya sebenarnya.

"Baiklah, aku akan memberitahumu siapa aku", balasnya melalui aplikasi Line.

"Okey, send your photo please!", balas pesanku padanya.

Tiba-tiba foto itu terkirim, akupun langsung mencoba membuka kiriman foto itu. Awalnya tidak tampak jelas, namun akhirnya aku melihat foto itu dengan jelas ia menggunakan seragam biru kebanggaan SMA Taruna Nusantara dengan gagahnya ia juga  mengenakan baret biru miliknya.

"Udah tahu aku siapa?", imbuhnya.

Aku masih sama sekali tidak tahu siapa dia. Dia asing bagiku, aku tak mengenal siapa dirinya sebenarnya. Dia masih mencoba meyakinkanku dengan sebuah foto buku agenda kecil yang aku tahu itu milikku. Aku mendapatkannya dari saudaraku yang beberapa tahun lalu pensiun dari angkatan udara. Aku pun langsung mencari buku itu. Seingatku buku itu aku simpan terakhir di rak buku milikku yang jadi satu dengan koleksi buku-buku Timnas Indonesia yang aku beli beberapa tahu lalu, karena aku juga salah satu pecinta sepakbola dan pernah bertemu dengan Timnas Indonesia serta club-club terkenal seperti Sriwijaya FC, Arema cronous, Persib, Perseru serui, dan club tanah air.

Akhirnya setelah beberapa lama aku mencari buku itu, aku tetap tidak menemukan buku agenda yang aku cari. Aku teringat 2 tahun yang lalu tepatnya saat aku duduk di bangku SMP kelas 9, aku sempat mengikuti olimpiade untuk mendapatkan kursi spesial menjadi siswa SMA Taruna Nusantara. Melalui Olimpiade MSI (Mathematic, Sains, Inggris), banyak siswa yang berambisi untuk menjadi juara agar lebih mudah menjadi siswa SMA yang terkenal ini. Namun takdir berkata lain, aku tidak menjadi siswa SMA Taruna Nusantara. Walau begitu aku tetap bangga, karena aku masih bisa bersekolah di SMA Favorite di kotaku. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi waktu itu.

*FLASHBACK*
"Bunda Ayah, doain ya! Semoga Azza bisa menang dan lebih mudah untuk menjadi siswa SMA TN", kataku berpamitan pada kedua orang tuaku.

"Ngerjainnya hati-hati ya, kalau itu rejekimu InshaAllah akan jadi milikmu", kata Ayah dengan mengusap kepalaku dan tersenyum.

Setelah itu aku langsung berjalan serta bergabung dengan teman-teman untuk daftar ulang. Dan saat acara pembukan aku menyempatkan untuk membaca catatan yang sudah aku ringkas di buku agenda milikku.

"Azza, pinjem dong catatanmu tadi", kata Caca temanku.

Aku langsung memberikan catatan itu padanya. Aku tidak pelit seperti teman-temanku yang lain, yang tidak mau berbagi soal MSI tahun lalu yang ia dapatkan dari kakak kelas SMP kami.

"Ayo-ayo masuk ruangan, mohon semuanya dipersiapkan", kata salah satu siswa SMA TN pembimbing.

Aku langsung mencari ruangan yang kebetulan aku mendapatkan ruangan 15 dan aku mencari kakak pembimbing yang membawa nomor 15 dan akhirnya ketemu. Kami langsung diajak untuk masuk ke ruangan. Dan di ruangan kami diberi soal-soal hebat yang harus kami kerjakan saat itu juga. Dan yang paling membuatku semakin gerogi adalah ketika mengerjakan jam tangan kami dikumpulkan di meja guru.

Dan akhirnya bel pun dibunyikan, kami bisa keluar ruangan. Aku menemui teman-temanku yang sudah berkumpul dan membahas soal yang kami kerjakan tadi. Budaya ini yang sangat aku tidak suka dari teman-temanku keluar dengan membahas soal dan jika salah mereka akan menyalahkan diri mereka sendiri menyesal tak karuan.

"Ca, buku catatanku tadi mana ya?", tanyaku yang teringat pada buku itu.

"Oh ya bentar ya Za", Caca langsung membuka tas miliknya.

"Za! Bukunya gak aku bawa", katanya yang mengagetkanku.

"Bukannya tadi udah aku kembaliin ya, ya ampun Azza pelupa", kata Caca dengan tertawa.

"Seriusan Ca belum kamu kembaliin", kataku dengan sedikit mengingat-ngingat.

"Aduhh Za, maaf yaa ayo kita cari", katanya dengan cemas.

"Gak usah aja Ca, aku cari sendiri", kataku dengan tersenyum.

"Gak, ayo kita cari di tempat tadi", katanya dengan menggandeng tanganku.

Aku langsung mencari namun tidak ada, aku juga sempat bertanya namun sama sekali tidak ada yang mengetahui buku itu. Aku sempat sedih karena sedikit ceritaku ada di buku itu.

Semoga orang itu tidak membaca ceritaku, batinku dalam hati.

"Udah Ca, nggakpapa kok ikhlas aku", kataku dengan sedikit tertawa.

"Ah Azza gak lucu, ayo kita cari! Aku yakin buku itu masih ada di daerah sini", katanya sambil melihat sekitar kami.

"Enggak Ca gapapa, itu Ayah kamu udah jemput", kataku sambil memperlihatkan Ayahnya yang sudah melambaikan tangan di sisi Balairung.

"Maaf ya Za, nanti kalau aku ketemu akan aku minta. Atau aku akan menggantinya", katanya dengan meminta maaf padaku.

"Gapapa Ca", kataku dengan senyuman.

Caca langsung pulang dan aku menunggu Ayah menjemputku. Tiba-tiba ponselku berdering dan itu bukan nomor ayah, langsung saja aku angkat.

"Assalamualaikum?", salamku padanya.

"Waalaikumsalam, Kadziyah buku kamu ada di aku, temuin aja di dekat lapangan upacara, aku akan mengembalikannya", katanya melalui telfon.

"Iya makasih, aku segera ke sana", kataku sambil berjalan dan bertanya dimana letak lapangan itu.

Aku berjalan dan aku sempat bingung dimana aku namun akhirnya aku menemukan lapangan itu. Aku baru ingat bahwa di buku itu aku menulis nomor telfonku. Aku akan sangat berterimakasih padanya jika kami bertemu, karena di dalam buku itu terdapat catatan cerita pendek milikku.

Sesampainya dilapangan aku tak melihat sosok orang sama sekali disana, hanya saja rumput dan terdapat pohon di pinggir lapangan dan aku berteduh di bawahnya.

Maaf, aku mendapat tugas dan aku tadi sempat ke lapangan tapi kamu tidak ada disitu, jadi besok jika mendapat pesiar aku akan mengirimkan buku ini melalui paket, jangan takut aku bukan orang jahat dan semua rahasiamu akan aman bersamaku-08198xxxxxxx

*FLASHBACK OFF*

Aku baru ingat, berarti buku itu masih ada pada orang itu. Jangan-jangan dia sudah membaca semua tulisanku. Aduh, bagaimana ini?

Pikiranku sudah kemana-kemana dan semua rahasiaku sudah diketahui oleh satu orang itu. Akupun tersadar karena mendapat telfon dan segera aku angkat.

"Waalaikumsalam, oh jadi kamu yang bawa buku aku? Mana bukuku? Masih kamu bawa kan? Nggak mau kembaliin? Dasar nyebelin", ucapku yang terus saja berbicara.

"Udah?", tanyanya.

"Belum, sebelum kamu ngembaliin buku itu ke aku", kataku dengan tegas.

"Iya, kita akan bertemu di Magelang. Di Armada Town Square tepatnya di Platinum Cinepex hari Kamis sore pukul 18.00 kamu sudah harus disana, kamu akan mendapatkan bukumu dan satu kejutan gratis untukmu", katanya.

"Terserah, wassalamualaikum", kataku sambil menutup telfon.

Aku memang sudah kesal dan menutup telfon itu agar kemarahanku tidak lebih dari ini.

Astaghfirullah, batinku sambil menggelengkan kepala.

Aku langsung bercerita pada Naura. Naura tertawa melihat ekspresi kekesalanku. Kali ini dia tidak akan menemaniku untuk datang mengambil buku itu, karena lagi-lagi dia akan pergi bersama kak Jovan. Entah apa yang mereka rasakan, tapi aku saja mendengar mereka akan pergi bersama saja sudah bosan.

Penasarann siapa yg ditemuin Azza?? 😆

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang