RAFLY POV
Baru saja Azza bilang kalau Ridwan berangkat bersama dengan Geisha, adik kelas yang menyukai Ridwan. Bagaimana mungkin? Bahkan aku pun heran dengan sikapnya yang berubah peduli pada Geisha. Azza bercerita tentang sikap Ridwan yang dingin padanya tidak seperti biasa, namun menurutku Ridwan masih tetap sama, dia masih temanku dan tidak berubah sifat sama sekali.
"Za, minta nomor handphonemu", kayaku sambil menyodorkan ponsel dari saku celanaku.
"Sudah kak, oh iya kak Ridwan mana?", tanya Azza padaku.
"Oh Ridwan tadi bilang kalau dia mau nganter Geisha baru mau ketemu kamu", jawabku padanya.
"Kak, bilangin kak Ridwan aku gak jadi minta tolong ke dia ya..", katanya padaku.
"Minta tolong apaan emang dek?", tanyaku pada Azza.
"Bantuin ini kak, memang aku punya kakak tapi kan beda jurusan", jawabnya dengan berjalan pelan menuju keluar gerbang.
"Dek, bareng aku aja.. Aku bantuin ngerjain tugas", kataku.
Dia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya padaku. Aku segera mengambil motor dan menuju ke gerbang sekolah. Banyak adik kelas yang melihatku berboncengan dengan Azza, mereka melihat dengan senyuman sinis dan berbisik pada temannya. Namun, setidaknya aku tidak berperilaku buruk pada mereka dan membuat mereka benci padaku. Tak sedikit adek kelas dan temanku yang melihat dengan senyum kegirangan.
DI RUMAH AZZA
Suara salam lembut terdengar dari samping telingaku. Azza mencoba mengetok pintu rumahnya yang terkunci.
"Waalaikumsalam", teriak sosok wanita berumur sekitar 48 tahun berada di depan pintu rumah.
Aku segera meraih tangannya dan bersalaman dengan Bunda Azza. Tidak lama kemudian kami masuk ke ruang keluarganya. Sambil menonton televisi aku mengirim pesan melalui whatsapp pada Ridwan.
An, Azza ga jadi minta tolong.. tadi aku udah bilang jadinya aku yang nganter Azza sekalian bantuin ngerjain tugasnya, kataku pada Ridwan.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Azza muncul dan mengajakku untuk makan siang. Sebenarnya aku merasa tidak enak, karena belum ngajarin aja sudah disuruh makan.
.
.
.
Dan akhirnya Alhamdulillah aku masih ingat dengan pelajaran yang Azza tanyakan karena beberapa hari lalu aku review pelajaran kelas X. Aku senang bisa membantu Azza.Hari demi hari ku lalui, masih seperti biasa. Namun sejak Ridwan selalu berangkat dan pulang bersama Geisha, aku melihat perubahan sifat Azza yang semakin jauh dari Ridwan. Azza lebih banyak bertemu denganku walaupun hanya sekedar datang ke gramedia ataupun belajar bersama. Aku bahkan baru-baru ini merasakan sikap Ridwan yang berbeda. Aku selalu menyangkut pautkan pembicaraan kami agar mengarah pada Geisha, namun dia tetap saja bersikukuh untuk menghindari semua pertanyaanku. Dan akhirnya aku dipertemukan dengan Azza walaupun itu bersama Ridwan.
"Kak", kata Azza yang berada di depan kami berdua.
"Aku bingung harus gimana ngobrolnya", imbuhnya sambil menatap meja dengan terdiam.
"Pelan-pelan dek", kataku sambil memperlihatkan senyumku padanya.
Ridwan hanya diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya itu. Ridwan terlihat dingin di depan Azza, wajahnya yang acuh tak acuh membuat Azza terdiam dan masih duduk di hadapan kami berdua.
"Klo gak ada yang diomongin aku pulang dulu ya", kata Ridwan ketus.
Aku tidak bisa mencegah Ridwan yang pergi begitu saja. Aku melihat wajah Azza sedih dan itu membuatku merasa tidak enak dengannya. Aku langsung saja mengantar Azza pulang, agar dia bisa istirahat lebih awal. Dan setelah mengantar Azza, aku menyempatkan diri untuk mendatangi rumah Ridwan. Dan aku memberikan saran yang terbaik untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny!
Romansa"Jadilah dirimu sendiri. Saat itulah, aku mencintamu apa adanya. Jika kau mampu setia, maka setialah. Kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Disaat aku pergi untuk mengabdi pada negara, ak...