Extra part (2)

3.2K 114 1
                                    

Sesuai permintaan yg pada komentar ini nih ditmbahin extra partnya :)) keep enjoy! Tolong tulisannya dihargai yaa, jangan copas:)

.

.

.

"Azzaaaaaaa..." sapa seseorang memelukku erat.

"Hahha... kangennn," kataku membalas pelukannya.

"Emang ya kalau cewek udah ketemu semua yang di sampingnya seketika dilupain," kata Kak Jovan yang menggendong seorang anak laki-laki batita.

"Ehh, halloo?" sapaku dengan puppy eyes.

"Huaaaaaaaa... pappapap," tangis anak itu meledak seketika.

"Huh, terlalu ekspresif sih... masih aja alay anak satu ini," kata Kak Jovan.

"Yaudah deh, btw tante ke waiting room dulu yaa sayang... Nanti kalau om udah sampai, kita pesta coklatt yeyy!!" Aku langsung mencium puncak kepala Kenzo, anak pasangan backstreet jaman aku masih SMA dulu hehe.

Dari kaca waiting room terpampang jelas jalur landing pesawat. Terlihat senyuman yang dapat memenuhi kaca bandara Adi Sutjcipto Yogyakarta.

Ayahh, sapa janin yang ada di perutku ini dengan semangat.

Dengan kacamata hitam, tas ransel, dan satu tas yang sudah ku tebak isinya adalah pakaian dinas dan oleh-oleh untukku dengan tegapnya ia berjalan menghampiriku.

Cup, satu kecupan yang saat ini membuat seisi bandara melihat kami berdua dengan romantisnya.

"Assalamualaikum, rindunya dengan wanita satu ini," katanya terus memelukku.

"Satu ini? Emang ada berapa?" tanyaku penuh selidik.

"Satunya kamu, satunya di Surabaya," katanya lalu merangkulku.

"Haha, kenapa mama nggak ikut ke Jogja hm?" aku menikmati sarapan pagi ini dengan Captain kesayanganku ini.

"Mama nggak mau ninggalin Papa, katanya kasihan Papa kalau ditinggal pergi terus,".

Yapp! Mertuaku itu segitunya rindu dengan kekasihnya, hampir setiap hari Mama menjenguk makam Papa. Bahkan, setiap malam selalu menitipkan surat rindunya pada Allah. Romantis bukan?

Gemelap deretan lampu malam Kota Jogja terlihat dari ketinggian Tebing Breksi. Cuaca saat ini sangat mendukung sekali. Sepasang mata jernih menatap wajahku dari samping. Rindu sekali aku dengan suasana berdua kami seperti dulu. Mulai dari saat pertama kali kita bertemu di Artos, bertemu di Jogja atau lebih tepatnya kak Pras mengikuti planning liburanku, dan peristiwa-peristiwa menyenangkan itu hingga akhirnya surat  damai tertulis dalam hati kami masing-masing.

"Kenapa kamu suka menatapku seperti itu?" setelah ia ketahuan mengamatiku ke sekian kalinya. 

"Aku selalu teringat cerita di notes milikmu yang tertinggal di Balairung SMAku dulu," ia tertawa kecil dan merangkulku lembut. Ahh ya! Kak Pras selalu membuatku rindu dengan bau parfumnya dan rangkulannya. 

Aku menghela nafas berat.

"Jangan diingat-ingat, lupain saja!" mungkin wajahku sudah memerah dan tenggelam dalam pelukannya. 

"Jangan dilupain, kalau cerita dilupain  sekarang aku nggak bisa sama kamu disini dengan calon anakku ini sayang," semakin lama kata-kata romantisnya selalu meningkat. 

"Udah gombalan ke berapa? Untuk wanita ke berapa hm?" Tangan ini mencubit pinggangnya.

"Aduh, jangan galak-galak dong... emang ya orang hamil mah bebas... Udah yuk turun, angin malemnya nggak baik buat anakku,"

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang