Aku cukup bosan dengan suasana rumah, aku memutuskan untuk mendatangi tempat favoriteku yaitu Gramedia. Biasanya aku pergi ke sini bersama Naura atau kak Rafly, berhubung Naura masih di Jepang dan kak Rafly sudah pulang ke Academy, aku pergi sendirian.
Kak Pras masih suka menggangguku termasuk barusan ia menelfonku melalui video call. Padahal aku masih berada di Gramedia, aku memutuskam untuk membeli buku dan pergi ke tempat yang biasanya aku datangi bersama Naura untuk wifian gratis disana. Masih saja kak Pras memperlihatkan senyuman di layar handphoneku, ia benar-benar tidak mematikan telfon tadi.
"Udah lama kita nggak ribut", katanya memancing emosiku.
"Mau ribut?", tanyaku sambil menulis pesananku.
"Sejak ulang tahunmu yakan?", tanyanya menggodaku.
Ia mengoceh dan bercerita sisa liburannya yang ia habiskan di Malang untuk menemui teman-temannya. Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Kamu kenal Ridwan?", tanyanya padaku.
"Yapp, dia kakak kelasku SMA dulu", jawabku.
"Deket?", tanyanya.
"Ya bisa dibilang ga banget, tapi aku sering cerita sama temennya. Namanya kak Rafly, yang waktu itu datang ke Pestakor bersamaku. Kak Pras juga kenal kak Rafly?", tanyaku.
"Nggak, aku hanya kenal Ridwan. Aku matikan dulu telfonnya pesiar nanti kita lanjutkan lagi, ingat kamu harus datang ke Surabaya", katanya sambil menutup telfonnya.
Setelah itu aku lanjutkan makanku. Dan aku segera pulang ke rumah, karena sebenarnya aku hanya ijin untuk keluar sebentar saja. Aku menyuruh Kak Kayla menjemputku sekalian ia juga akan mengantar kak Rizky ke Bandara, maklum sudah Tingkat IV kak Rizky akan menyelesaikan studinya tahun ini bersamaan dengan kak Pras namun kak Rizky akan menjadi perwira lulusan dari STTD (Sekolah Tinggi Transportasi Darat) yang ada di Bekasi. Baru berjalan keluar terlihat seseorang dengan langkah tegap menghampiriku berjalan bersama kak Kayla.
"Kamu ke mobil dulu kakak mau beliin roti untuk kak Rizky buat perjalanan", kata kak Kayla yang berpapasan saat itu.
Aku hanya mengangguk dan meneruskan jalanku menuju mobil. Untuk kedua kalinya aku melihat kak Citra berjalan bersama seorang laki-laki, yang pasti bukan kak Rafly. Pawakannya (ciri-ciri) seperti yang aku lihat beberapa hari lalu. Aku ingin sekali mengikutinya, namun aku memutuskan untuk diam disini dan menunggu kak Kayla dan kak Rizky kembali ke mobil.
Beberapa menit kemudian mobil sudah berbunyi menandakan pintu mobil sudah dibuka. Aku segera masuk dan disusul kak Rizky serta kak Kayla yang membawa sekantong plastik yabg tertuliskan merk toko roti langganan kami. Kak Rizky langsung mengendarai mobil menuju ke Bandara, setelah itu kami mengantarkan kak Rizky sampai mendekati jam keberangkatan pesawat Lion Air. Kak Kayla sedikit terharu entah merasakan sedih atau senang, sedih karena beberapa bulan kedepan kak Rizky akan jarang pulang ke Salatiga karena sibuk untuk mempersiapkan kelulusannya termasuk Tugas Akhir dan Wisudanya, dan senang karena tak lama lagi kak Rizky akan lulus pendidikannya. Kak Rizky terlihat so sweet sekali apalagi ketika kak Rizky menghapus air mata kak Kayla. Aku jadi merasakan suasana haru yang menyelimuti petang itu, seperti ada di drama-drama korea yang aku tonton selama ini. (Korban drakor😆😆)
Aku tahu perjuangan mereka hingga sekarang mereka bisa bersama lagi. Dulu mereka saling tidak kenal dan saling acuh satu sama lain. Mereka terlalu sibuk dan mengurusi kekasihnya masing-masing hingga suatu hari SMA kak Rizky salah mengirim foto dan membuat kak Kayla membencinya. Kak Rizky malah memilih untuk sok tidak mau mengakui perasaannya termasuk kak Kayla juga tidak mau memperlihatkan bahwa ternyata mereka saling suka dalam status kakak kelas dan adik kelas. Akhirnya pada saat kak Rizky akan mendaftar ke sekolahnya saat ini ia sempat putus asa dan kak Kayla selalu menyemangatinya hingga dinyatakan lulus dalam seleksi terakhir dan diterima. Kak Kayla sempat sedih juga karena mereka sama sekali tidak bisa berkomunikasi saat itu dikarenakan peraturan disana sangat ketat.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny!
Romance"Jadilah dirimu sendiri. Saat itulah, aku mencintamu apa adanya. Jika kau mampu setia, maka setialah. Kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Disaat aku pergi untuk mengabdi pada negara, ak...