28

2.6K 217 15
                                    

Malam itu kami ada di antara api unggun, ya! Kami hanya satu hari camping di pinggir pantai. Tempatnya sudah tersedia, tinggal persiapan kami saja. Angin berhembus perlahan menyapa dinginnya malam. Mata mulai ingin mengulang mimpi yang terus berangsur hilang.

"Daripada diem-dieman main aja yok?," kata Kak Citra dengan semangat.

"Bener tuh, TOD(truth or dare) aja!," kata Kak Rafly menyetujui usulan Kak Citra.

"Kalau itu, aku enggak ah aku ngantuk," kataku kembali ke camp. Aku langsung tidur karena aku sama sekali tidak bisa begadang. Kalau pun aku begadang esok pagi pasti masuk angin.

"Yaudah kita berenam aja, apalagi kita juga belum begitu mengenal satu sama lain," kata kak Jovan.

Aku hanya mendengar samar-samar suara tertawa mereka. Beberapa menit kemudian aku melihat jam tangan yang ada di sampingku. Sudah pukul 23.00 mereka belum tidur. Ternyata aku merasa lapar, aku segera membuat segelas pop mie.

"Ini pertama aku bermain TOD bersama kalian, pertanyaan kalian apa?," suara kak Pras terdengar jelas dari balik camp.

"Kalau aku lihat Kak Pras nggak pernah sekalipun mengenalkan seorang wanita pada kita, kak Pras nggak ada niatan buat nikah?," tanya Naura dengan suara khas dengan bahasanya yang super tinggi.

"Ada saatnya aku akan memperkenalkan kalian pada sosok cerminan hidupku. Mungkin saat ini aku hanya bisa diam dan menitih karierku dulu, tetapi aku yakin esok Allah akan mempertemukanku dengan sosok yang kelak menjadi istriku," katanya dengan suara tegas kak Pras. Mendengar pernyataannya aku semakin yakin untuk membuka kesempatan untuknya.

"Semangat bang Pras! Doa bareng ya!," kata kak Ridwan dengan teriakannya yang cukup keras mengagetkanku.

Setelah selesai makan mie instant aku langsung tidur lagi. Keesokan harinya akulah yang bangun duluan dan mengajak mereka sholat subuh berjama'ah. Dinginnya hebusan angin yang terasa sampai ke tulang membuat kami mudah mengantuk. Sebenarnya aku ingin jalan-jalan tetapi berhubung mereka memilih untuk melanjutkan mimpinya.

Setiap bibir pantai ku lewati. Terpaan ombak kecil membuatku berdecak kagum atas sun rise indah pagi ini.

"Jadi kamu di sini?," tanya laki-laki yang berjalan mengenakan kaos oblong putih dan kacamata hitam ala tentara di bagian kerah depannya.

"Ya, kak Pras ngapain disini?," tanyaku balik padanya.

"Awalnya sih lari, tadi udh dapet agak jauh, tapi lihat kamu di sini pasti ntar jadinya jalan santai," katanya dengan senyuman mengejek.

"Oh sombong, mentang-mentang sering di laut lihat sun rise aja biasa," jawabku dengan sinis.

"Ye, siapa bilang gitu? Yang bilang malah kamu lho," katanya.

"Maksudnya?," tanyaku sedikit tidak mengerti.

"Yaudah kalau enggak 'dong'(ngerti), kasian ntar nggak nyampe malah capek," katanya membuatku memaksa mataku berkontraksi menatapnya bulat.

"Kak, kamu masih punya utang sama aku," kataku menjulurkan lidah sambil menatap warna langit yang bercampur antara orange dan biru.

"Aku tahu dan aku masih ingat," katanya melipat tangannya kedepan.

"Apa coba?," tanyaku.

"Ya kan janjinya rahasia," jawab kak Pras dengan memasang kacamata hitamnya itu membuat ketampanannya bertambah.

"Aku minta tolong sama kamu," katanya dengan melihatku. Aku langsung menatapnya tanpa sengaja.

"Aku pengen...," katanya dengan nada berkepanjangan.

You Are My Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang