2. Sahabat

50.7K 2.8K 85
                                    

"Wah, tumbenan ngak telat, bu."
Ucap Kean atau yang lebih tepatnya sindiran halus, dia takjub karena baru pertama kali melihat Felia datang ke sekolah tepat waktu. Jangan heran dia dari kelas X sampai sekarang nggak pernah datang tepat waktu. Kalau lonceng jam 7 dia bakalan datang jam 8, pokoknya dia akan menambahkan waktu satu jam dari waktu yang di tentukan.

"Pak kapten bangunin gue jam 5 pagi." Felia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Ayah lo udah datang?" Tanya Nirmala. Felia hanya berguman.

"Adrian udah masuk sekolah." Ucapan Karel membuat Felia yang tadinya masih mengantuk mendadak segar.

Felia langsung berjalan ke kelas Aldrian yang berada di kawasan IPS, tepatnya XI IPS 1 yang tidak jauh dari kelas nya.

"Mana Aldrian?!" Tanya nya saat masuk ke dalam kelas itu. Setengah berteriak.

Karena tidak ada yang menanggapi dia berjalan ke arah Caca yang terkenal karena kecentilan nya. "Aldrian mana?"

"Mana gue tau, emang gue emaknya." Felia memandang tajam ke Caca. "Jawabnya biasa aja! Ngak usah nyolot!" Ucap Felia sambil menggebrak meja Caca.

"Eh! Lo biasa aja napa sih? Sok berkuasa banget."

Felia melipat tangannya di depan dada dan mengangkat dagunya.
"Ma.sa.lah.bu.at.lo." Ucapnya menekan semua kata yang di ucapnya.

Wajah Caca sudah merah padam. "Lo--"

"Eis! Jangan main tunjuk, gue paling ngak suka di tunjuk tunjuk." Felia menggeser ke samping jari Caca yang tepat berada di depan wajahnya.

"Felia!" Suara dari seseorang yang sedari tadi di tunggu nya.

"Ck. Lo datang lama amat." Cibirnya.

"Lo yang datangnya kecepatan deh?"

"Auh ah. Lo ikut gue ke markas."

Markas yang dimaksud Felia adalah kantin. Kantin yang sekarang masih lumayan ramai karen lonceng jam pelajaran yang belum berbunyi. Tapi tidak ada yang berani duduk di meja yang letaknya paling pinggir sebelah kanan. Karena di situ adalah tempat nongkrong nya anak anak Gang yang di takuti di sekolah itu.

"Traktir ya." Aldrian mendengus, tapi dia mengangguk tanda meng'iya'kan permintaan Felia.

Felia dengan cepat langsung memesan di abang bakso, dua mangkok bakso untuk nya dan Aldrian.

"Lo di keroyok sama siapa? Jawab yang jujur!" Ucap Felia dengan nada menuntut.

"Nggak usah gue bilang lo pasti tau. Tapi gue mohon jangan samperin dia ke sekolah nya." Ucap Aldrian.

"Tenang gue nggak akan samperin tuh cowok songong di sekolah nya."tapi boong, lanjutnya dalam hati.

"Jangan coba-coba lo datangin dia!" Ancam Aldrian.

"Iya, Aldrian ku, sayang." Ucap Felia menggedip-ngedipkan mata nya ke Aldrian, yang langsung Aldrian respon dengan wajah seperti orang yang mau muntah.

"Rafelia!" Suara yang begitu lemah lembut memanggilnya, yang kadar kehalusan suaranya bisa memecahkan kaca jadi berkeping-keping.

"Halo pak! Makin cakep aja makin hari." Bisa di tebak 'kan siapa orang yang memanggil Felia. Yap, Pak Didi guru kesayangan nya Felia saking sayangnya, Felia sampai tidak bisa jauh dari Pak Didi. Pasti dimana ada Felia Pak Didi pasti tiba-tiba nongol.

"Sudah bapak bilang kemarin, rambut kamu di cat warna hitam bukan coklat, Felia!"

"Tapi 'kan pak saya juga bilang sama bapak, kalau saya ngak punya cat rambut yang warna hitam dan satu lagi pak. Kemarin saya sudah bilang kalau saya mau cat rambut saya coklat. Bapak lupa atau ngak ingat sih?"

The Bad PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang