"Uhuk...uhuk." Felia terbatuk berulang kali.
"Fel, lo nggak pa-pa?" Tanya Farell, hanya tinggal Farell yang berada di rumah. Nevan tentu saja sudah berada di sekolah. Karena jam sudah menunjukan pukul 9 pagi.
"Nggak, gue mau ke kamar dulu." Felia bangkit dari sofa dengan susah payah, rasanya kepalanya serasa berputar hingga dia hampir terjatuh jika saja Farell tidak menahan nya.
"Fel, lo panas!" Farell dengan cepat mengangkat badan Felia dan membawanya ke kamar.
"Gue butuh tidur aja, dan nggak usah panik gitu." Felia terkekeh pelan, Farell sudah seperti orang bingung. Dia mondar mandir sambil memegang hape nya, entah menelfon atau mengirimkan pesan ke siapa.
"Ambilkan kotak obat yang ada di dapur." Ucap Felia. Farell bergegas dengan cepat ke dapur dan mengambil kotak serta segelas air.
"Nih," Felia menerima kotak itu, dia duduk dan mencari keberadaan obat penurun panas di dalam kotak itu. Setelah meminum obat penurun panas dan meletakan kotak itu di atas narkas Felia membaringkan tubuhnya, menarik hingga sedagu selimut nya.
"Gue nggak kenapa-napa," ucap Felia saat melihat kegusaran di wajah Farell. "Sini." Felia menepuk sisi ranjangnya. Farell melangkah ke samping ranjang. "Tiduran." Farell merebahkan badannya di samping Felia, dan ikut menarik selimut hingga setinggi dagunya.
Perlahan tangan Felia mulai memeluk Farell. Farell tersentak, dia menegang. "Rileks, lo nggak lagi peluk kaktus. Lo cuma peluk gue." Felia terkekeh pelan, lalu meringis kecil karena kepalanya yang serasa berdenyut.
Felia dengan erat memeluk Farell yang mematung.
___U16___
Entah berapa lama Felia tertidur, yang pasti sudah sangat siang.
Felia menyibakan selimut dan memutuskan untuk berjalan ke dapur, karena mendengar suara ribut dari sana.
"Nggak ini duluan!"
"Nggak ini duluan!"
"Ini!"
"Ini!"
Felia terkekeh. Nevan dan Farell sedang memasak di dapur, Felia pastikan mereka sedang berargumen bumbu atau daging ayam yang seharusnya masuk duluan di dalam panci.
"Masukan aja dua-dua nya." Felia menyahut, dua orang itu langsung berbalik. Lalu menyengir, kemudian memasukan kedua bahan itu ke dalam panci.
"Nggak perlu pake teriakan, masukin aja." Felia duduk di meja makan. Nevan mendekat dan menempelkan punggung tangannya di dahi Felia.
"Udah turun," guman nya. "Tunggu ini masak, baru makan." Felia tersenyum.
Tidak lama sup itu pun jadi, Farell meletakkannya di atas mangkuk, dan menyajikannya di atas meja.
"Kalian?"
"Nanti." Jawab Farell. Dua laki-laki itu terlihat menunggu Felia memasukan sup itu ke mulut nya. "Gimana rasanya?" Tanya Farell antusias.
"Mau yang jujur atau yang bohong?"
"Jujur lah." Jawab keduanya.
Felia terkekeh, "enak kok."
"Bener?" Felia mengangguk. "rasa aja sendiri." Dua laki-laki itu menyendokan sup itu ke mulut mereka.
"Kok bisa rasanya enak? Pasti karena gue." Ucap Farell.
"Jangan asal ngomong, gue yang buat bumbu nya tadi bukan elo." Ucap Nevan.
"Udah, itu karena kalian berdua." Ucap Felia sebelum terjadi kekacauan karena dua orang itu sama-sama tidak mau mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...