17. Ada Yang Berubah

21.1K 1.3K 51
                                    

Jam baru saja menunjukan pukul 5 pagi, udara sedang pada titik terdidinginnya.

Hampir 30 orang berada di halaman belakang mansion dengan wajah bantal, dan kedinginan.

Pangeran-pangeran dan putri-putri itu berdiri dalam beberapa barisan.

Tidak lama seorang pria gagah dengan wajah yang sangat datar dan tatapan mengintimidasi datang. Jaket hitam dan celana training.

"Pagi," sapanya tanpa senyum.

"Pagi," jawab pangeran dan putri itu dengan suara yang masih sangat terdengar mengantuk.

"Sepertinya kalian semua masih mengantuk ya," pria itu mengangguk. "Kalau begitu lari 5 kali keliling mansion ini." Ucapnya dengan suara tegas.

"Tapi.."

"Tidak ada tapi-tapian." Tegasnya suara itu membuat pangeran dan putri itu segera berlari.

S

emua orang mulai berlari, awalnya sih biasa saja apalagi udara yang mengemuka membaur rasa lelah mereka hilang. Namun saat putaran ke 3 mereka mulai kehabisan nafas, barulah mereka sadari jika ukuran mansion itu sangat lah besar dan membutuhkan tenaga yang banyak untuk mengajarinya.

"Baik, saya ulangi. Selamat pagi."

"Pagi," jawab pangeran dan putri itu bersamaan dan dalam suara yang tegas, tidak menyiratkan rasa kantuk. Namun nafas mereka masih tersengal karena berlari.

"Baik, kalian atau kenapa saya mengumpul kan kalian semua di sini?"

Kontan semua pangeran dan putri itu menggeleng.

"Saya ingin memperkenalkan diri agar selama seminggu kalian tidak canggih kepada saya," pria itu memberi jeda sebentar. "Perkenalan nama saya Rizal Arif, saya akan menjadi tutor kalian selama seminggu kedepan. Satu hal yang saya tekankan, saya tidak suka ada yang melanggar perintah saya, jika ada saya tidak akan segan-segan untuk menghukumnya. Mau itu perempuan atau laki-laki, dan di sini saya yang berkuasa. Semua gelar pangeran dan putri kalian di tindakan di sini." Mata hitam pekat itu mulai meajam melihat pangeran dan putri yang tengah melihat nya juga.

"Hari ini kalian akan melakukan survei, tapi sebelum itu ada yang ingin saya tanyakan. Apa diantara kalian ada yang bisa memasak?"

Dengan ragu Felia dan Zelena mengangkat tangan.

"Kalian berdua saya tidak untuk memasak pagi ini, usahakan secukupnya. Saya beri keringanan untuk kalian berdua, yang lain jam setengah tujuh sudah harus berada di sini. Dan seorang sudah hampir setengah enam jadi bergegas cepat. Sekarang bubar."

Mulailah semua pangeran dan putri berjalan masuk ke dalam mansion.

Felia dan Zelena serta Lalitha berjalan ke dapur tentunya untuk memasak.

"Jadi kita mau masak apa?" Tanya Zelena.

"Ayam kecap aja." Ucap Lalitha dengan mata berbinar.

"Usul yang bagus." Felia membuka kulkas dua pintu dengan warna hitam mengkilap itu. Isi nya sangat lengkap, sayur, buah, bumbu dan daging ayam dan ikan.

Felia mengambil beberapa potong ayam untuk di cucinya, sedangkan Zelena sudah mulai memotong danramil bumbu.

"Daripada lo cuma ngelihtain aja lebih baik lo buat jus." Ucap Felia ke Lalitha.

Lalitha hanya dengan dekat hati membantu, toh itung-itung membantu sahabat.

Diambilnya buah apel, pisang, pear dan wortel. Lalitha emang sangat menyukai wortel, gadis dia memasukan wortel itu ke dalam jus buatan nya.

Lalitha mencuci lalu memotong buah dan wortel, lalu di masukkan ke dalam blender.

Hanya selang beberapa waktu, jus nyatanya telah jadi. Berhubung akan di bidangnya oleh banyak orang, jadi Lalitha mengulangi hal yang sama beberapa kali.

Felia dan Zelena berencana untuk memasak nasi, mereka sedang berada di indonesia dan makanannya pokok masyarakat indonesia adalah nasi. Jadi di putuskanlah untuk memasak nasi.

Zelena sedang mencuci beras sedangkan Felia sedang mengaduk pelan ayam yang tadi di masak.

Sekitar 30 menit setelah, masakan mereka telah masak. Ayam dan nasi itu telah matang, sedangkan Lalitha sudah siap dengan jus miliknya.

Sepuluh menit kemudian semua makanan dan minuman itu telah tertata rapi di atas meja makan yang ukurannya sangat besar.

Tadi Zelena sempat memasak sayur sawi tumis, dan saat itu juga Lalitha memasukan banyak wortel ke dalamnya. Zelena menatap sahabatnya yang tengah menyengir itu tajam, namun nasi sudah menjadi bubur. Mau bagaimana lagi.

Rizal duduk di kepala meja. Matanya menatap masakan yang di masak oleh dua putri itu. Dia lalu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Selamat makan." Ucap Rizal.

"Tunggu." Suara Nevan menginterupsi.

"Kenapa?" Tanya Rizal.

"Kalian nggak curiga gitu?" Nevan malah balik bertanya. "Kali aja Felia punya niat jahat, dia 'kan benci sama kita." Felia mendelik setajam mungkin ke Nevan yang tengah menyeringai.

"Gue setuju." Wajah Felia menoleh ke Farell. Tatapan Felia berubah menjadi tatapan tidak percaya.

"Apa kalian memasukan sesuatu ke dalam masakan ini?" Tanya Rizal ke Felia dan Zelena.

Dua gadis itu menggeleng.

"Begini saja, kalau kalian tidak mau ya sudah. Masak sendiri." Ucap Rizal dengan nada sakartis

Nevan dan Farell bungkam. Tapi mau tak mau mereka memakan makanan itu.

***

Mereka kini berada di halaman belakang mansion besar itu. Semua telah berkumpul, namun Felia dan Zelena tidak. Mereka baru saja kembali saat pukul tujuh kurang 15 menit.

"Baik, hari inin kalian akan melakukan survei. Saya sudah bagi kalian ke dalam beberapa kelompok. Satu kelompok minimal 6 orang, tetapi ada yang delapan." Rizal memberi jeda sebentar. "Saya hanya akan mengucapkan nama depan kalian, jadi dengar baik-baik. Kelompok pertama, Zelena, Brandon, Leonard dan Vivian, Benedict dan Nea, Flavian dan Bertha. Tugas kalian mensurvei tentang, teh. Dari anak penanaman sampai di pasarkan.

Kelompok 2, Lalitha dan Daniel, Aldrian dan June, Sebastian dan Yunia, Karelino dan Agtha, Keano dan Shae. Kalian saya berti tugas untuk mensurvei tentang kedelai, dari di tanam sampai jadi kecap, dan siap di pasarkan.

Kelompok 3, Diana dan Xavier. Andrea dan Indri, Kelvian dan Earyta, Leardo dan Hera. Kalian saya beri tugas untuk, mensurvei tentang tanaman kopi, dari awal sampai akhir sampai di pasarkan.

Baik, semua alat elektronik Milo kalian letakan di dalam sini dan abangan ada yang membantah." Rizal membawa sebuah kotak dan menyuruh semua pangeran dan putri untuk meletakan bayang elektronik mereka di dalamnya.

Dengan berat hati mereka meletakan semua barang elektronik milik mereka. Apalagi kalau bukan hape.

"Saya akan bagikan ketua kelompok. Kelompok 1 Brandon. Kelompok 2 Daniel, terakhir kelompok 3 Xavier. Semua ketua kelompok harap kaki ke depan, saya akan membagikan kertas dan alat tulis. Tulis semua hasil survei kalian di kertas, dan saya tidak akan terima jika tulisannya tidak tapi ataupun jelas. Setiap regu akan saya berikan peta. Peta itu berisi arahan menuju tempat yang akan kalian lakukan survei." Rizal memberi jeda. "Sekarang udah jam 8 dan saya berikan waktu untuk kalian sampai jam 6 sore. Saya tidak mau ada yang terlambat, jika terlambat akan saya berikan hukuman." Mata elang Rizal menatap semua pangeran dan putri yang sama sekali tidak berani mengangkat kepala.

"Baik, itu saja semoga berhasil." Ucap Rizal dengan senyum.

Semua kelompok itu lalu mengikuti kemana ketua mereka melangkah karena sang petualang yang membawa peta itu.




























. . .

Don't forget vote and comment.

The Bad PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang