Felia sedang dalam perjalanan ke rumah Vier. Sepanjang perjalanan dia hanya mengguman kan lagu favorit nya.
Sampai di rumah Vier, atau tepatnya istana. Dia langsung di arahkan menuju kamar Vier.
"Sini." Panggil Vier. Felia mengikuti.
"Ini apaan?" Tanya Felia, dia memegang salah satu kertas yang berada di kakinya.
"Ini semua daftar hal yang harus di bawa selama perjalanan." Vier masih menulis di atas kertas. Felia berjongkok mengumpulkan kertas-kertas yang jauh dari jangkauan nya.
"Terus gue bawa apaan?" Vier menyerahkan beberapa lembar kertas.
"Selebihnya bawa barang-barang elo, keperluan sehari-hari."
"Kita kemah di sana?" Vier mengangguk. Felia langsung memekik. Dengan sigap Vier menutup mulut Felia.
"Jangan teriak."
"Gue senang tau, udah lama gue nggak kemah." Ucap Felia setelah Vier menjauh kan tangan nya dari mulut Felia.
"Kemah ini beda, kita harus kerja sendiri, semua sendiri."
"Tunggu, bukannya semua yang ikut bangsawan ya."
"Memang, tapi saat kita survei ini, bangsawan jadi orang biasa dan kita juga harus ikut kerja. Oh, satu lagi nggak boleh bawa hape." Felia melotot.
"Kok gitu?!"
"Memang gitu." Vier mencubit pipi Felia. Felia langsung membeku.
"Maaf."
"Ah..ng-nggak pa-pa kok." Felia mengusap bekas cubitan Vier.
"Ini aja, kan?" Vier mengangguk. "Gue balik dulu kalo gitu." Vier sekali lagi hanya mengangguk.
___U16___
Felia tidak langsung pulang, dia memutus kan untuk singgah di kafe yang berada tidak jauh dari istana keluarga Vier.
Sesekali Felia menyesap kopi Latte pesanannya. Dia mengedarkan matanya ke seluruh ruangan, matanya memicing seiring dengan postur seseorang yang dia kenali. Duduk tidak terlalu jauh dari tempat nya.
Samar-samar dia mendengar percakapan kedua orang itu.
"Kapan?"
"Nanti waktu survei kita laksanakan."
Felia menyirngit, suaranya seperti sering di dengar nya. Nampak tidak asing, tapi dia tidak bisa mengingatnya.
Kedua orang itu berdiri, dan langsung melenggang keluar.
Felia masih saja berfikir. Sampai dia tidak sadar kedua orang itu pergi, saat dia mendongak kedua orang itu sudah tidak ada lagi ditempat.
Dia mengacak rambutnya frustasi, dia semakin penasaran dengan kedua orang itu.
"Katanya pulang, kok di sini?" Felia mendongak.
"It..u gue haus jadi gue mampir di sini." Jawab Felia. Vier duduk di kursi yang berada di seberang Felia, mereka duduk saling berhadapan.
"Nggak pesan?" Tanya Felia.
"Udah tadi," Felia mengangguk.
"Vier." Vier hanya berguman.
"Lo beneran nggak bisa move on dari Aulia?" Vier mendengus.
"Iya. Dari tadi pertanyaan nya itu mulu. Ganti dong."
"Kalo beneran nggak bisa move on dari Aulia, berarti. Pftt," Felia menahan tawanya. "Lo pangeran gagal move on." Sekarang tawa Felia pecah. Dia terasa terpingkal-pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...