Felia sampai di istana megah itu, dia hanya berjalan begitu saja ke kamar nya. Dia sedang benar-benar bad mood.
Felia hanya berjalan lurus ke arah kamarnya.
Dia merebahkan badannya di atas kasur super besarnya itu, tentunya masih dengan seragam lengkap, masih pakai sepatu plus tas yang masih ada di bahunya. Dia tertidur sangat pulas.
_U16_
Felia terbangun dari mimpinya saat jam menunjukan pukul 5 sore. Dia berjalan gontai ke kamar mandi. Setelah berganti baju dengan yang lebih santai, sesuai dengan perjanjian kalau dia bisa menggunakan apa saja kalau sedang di rumah nya atau mungkin istana.
Felia berjalan ke arah ruang makan istana ini, karena sudah hampir jam makan malam. "Kamu kok.... Baju nya gini?" Tanya Adilia.
"Perjanjian." Adilia menghela nafasnya. Felia hanya memakai jins biru selutut dan kaos putih bertuliskan 'I love London'.
"Felia." Panggil Nicholas, Felia hanya berguman." Felia Daddy minta maaf." Mendongak menatap Nicholas.
Dia lalu menghela nafas nya. "Udah di maafin." Nicholas tersenyum. "Makasih sayang." Felia hanya membalas senyum Daddy nya itu.
Mereka semua lalu makan malam. Setelah selesai, Felia tidak langsung kembali ke kamarnya. Dia sedang berniat untuk menelusuri istana itu.
Hanya bisa pada malam hari karena saat siang dia sibuk, sibuk tidur maksudnya. Berjalan di lorong-lorong besar yang entah kemana arah nya. Kaki nya terhenti di depan ruangan yang bertuliskan 'Library'. Ini adalah tempat yang jarang di datangi seorang Felia, karena apa? Karena dia malas hanya menatap ruangan yang isinya hanya buku.
Felia membuka pintu itu dan berjalan masuk. Rak buku tinggi berjejer rapi, bahkan sampai ada tangga untuk menggapai buku di rak paling atas. "Ngapain lo di sini?" Felia hampir terjolak kaget.
"Kaget gue." Felia mengelus dadanya.
"Lo mau apa ke sini?"
"Cuma lewat." Felia menyengir. "Muka lo emang dari sono nya datar atau gimana sih?"
"Bukan urusan lo." Lutfi berjalan, menghiraukan Felia. Tapi kalau nggak tukang ikuti orang bukan Felia namanya.
Lutfi berhenti dan berbalik. "Mau lo apa?"
"Nggak kok. Gue cuma kepo isinya perpustakaan itu apa."
"Perpustakaan ya isinya buku lah." Felia menyengir. "Tau. Kalau isinya makanan, kulkas namanya."
Lutfi memutar bola matanya. "Jangan ganggu gue."
"Yeee... Siapa juga yang mau gangguin elo. Kurang kerjaan banget gue gangguin elo." Felia duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi yang diduduki Lutfi.
"Kalian itu parah banget ya." Felia membuka percakapan, atau lebih tepatnya ingin menyindir.
"Memang kenapa?" Tanya Lutfi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang di bacanya.
"Kalian sampai nggak anggap gue gitu." Kali ini Lutfi mendongak.
"Maksudnya?"
"Ya... Kalian kaya nggak anggapan gue gitu, padahal gue ini kakak kalian." Lutfi mendengus karena Felia mulai membanggakan dirinya sebagai kakak tertua.
"Malah diam, orang nanya kok di kacangin. Padahal kacang mahal lho.""Karena kita semua kaget, gimana bisa tiba-tiba kita punya kakak, perempuan lagi padahal selama ini bahkan tidak ada yang berbicara atau menyinggung tentang kami yang punya kakak. Pasti kaget lah." Kalimat terpanjang dan tidak menyindir pertama dari Lutfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...