Kemarin Felia dan Lean tidur seharian, entah karena faktor capek, atau apa.
Hari ini mereka kembali bersekolah, Felia pun sudah lebih segar dari kemarin.
Kemarin Lean dan Felia tidur hingga jam 4 sore, itu pun di bangunkan jika tidak di bangunkan kemungkinan mereka akan tertidur sampai pagi berikutnya.
Sekarang Felia sedang menyisir rambut nya yang masih setengah basah. Sebagai pelengkap, dia menyapukan tipis bedak dan lip gloss di bibirnya.
"Pagi." Sapa Felia saat sampai di meja makan. "Lho, Nenek sama yang lain ke mana?" Tanya Felia karena tidak melihat Amelia, dan para orang tua lainnya.
"Katanya mereka pergi liburan ke Rusia, seminggu." Jawab Alex. Felia hanya ber-oh ria.
"Lo udah siap?" Tanya Leardo. Felia menaikan satu alisnya.
"Siap apa?"
"Siap kalah." Alis gadis itu menyatu.
"Hah?"
"Hari ini lomba piano." Felia menyemburkan air yang di minum nya.
"APA?!" Pekik nyaring gadis itu."Gue sama sekali nggak latihan."
"Itu mah DL." Ucap Leardo, sangat terlihat jika dia senang akan wajah gusar Felia.
"Kalo lo nyerah juga nggak pa-pa kok." Leardo tersenyum meremehkan.
"Nggak, gue nggak akan mundur." Ucap Felia tegas. "Tapi kalo lo sampe kalah, jangan nangis, oke?"
"Ck, lo kali yang bakalan nangis bukan gue."
"Lihat aja nanti."
___U16___
Aula sudah di penuhi banyak orang, kursi-kursi sudah dipenuhi oleh murid yang ingin menonton lomba piano.
"Duh gimana nih, gue nggak latihan sama sekali." Felia berjalan mondar mandir.
Zelena dan Lalitha hanya memutar matanya malas. "Biasanya juga nggak latihan lancar aja." Ucap Lalitha cuek.
"Kalau cuma sekedar main biasa sih gue nggak masalah, ini masalahnya gue harus kalahkan Leardo. Dan gue nggak mau sampai kalah."
"Latihan di ruang musik aja." Usul Zelena.
"Tadi aja gue lewat penuh, mau latihan gimana?"
"Lo lebay deh, gue yakin lo pasti menang." Ucap Zelena dan Lalitha mengangguk.
"Lama banget sih." Omel Vier saat melihat Felia dan dua orang lain nya keluar dari toilet perempuan.
"Lho, kok ada ada di sini. Aku tadi kan bilang tunggu di aula." Felia mendekat ke Vier.
"Kangen." Felia berdecak. Setelah mereka resmi berpacaran Vier semakin tidak mau jauh dari Felia. Nempel mulu, semenit nggak ngasih kabar udah uring-uringan telfon sana sini.
"Yuk ke aula." Tiga pasangan itu lalu melangkah menuju aula.
Leardo baru saja menyelesaikan penampilannya di atas panggung. Riuh tepuk tangan terdengar.
Felia sedang duduk gelisah, dia memelintir ujung rok nya.
"Jangan tegang gitu, rileks aja." Vier menggenggam tangan Felia yang mendingin.
"Peserta selanjutnya Diana Scowatis." Felia menarik dan menghembuskan nafasnya.
Dia kemudian melangkah naik ke atas panggung dan duduk di depan piano putih gading.
Tarik, hembuskan.
Mata nya tidak sengaja bertatapan dengan Vier, Vier tersenyum dan memberi tanda jempol pada Felia. Tidak sengaja juga mata nya bertatapan dengan Leardo. Laki-laki itu tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...