Makanan yang Felia masak sudah jadi, sebelum dia keluar dari dapur dia sempat mengatakan pada koki untuk menyajikan makanan nya juga di meja makan.
Felia baru saja selesai mandi rambutnya masih basah, Dia sedang mengeringkannya menggunakan handuk.
Kaos abu-abu yang terkesan kebesaran di pakai nya, celana jins selutut berwarna senada dengan bajunya membuatnya tampak lebih fresh.
"Halo, coklat." Anjing kecil itu menggoyang-goyangkan ekornya. "Sebentar ya kamu makannya," Felia mengelus bulu anjing itu.
"Anjing mulu." Felia tersentak, Alex bersuara tepat di telinganya.
"Kaget gue." Felia memukul tangan Alex, Alex meringis namun tetap menyengir.
"Rambut aja belum kering udah main sama anjing,"
"Biarin." Felia menyisir rambut panjangnya, air yang berjatuhan dari ujung rambutnya membuat bajunya sedikit basah di bagian punggung.
Mereka telah berdamai jadi, Felia tidak lagi ngambek ke Alex dan Lean.
"Halo coklat." Lean datang, Dia menyambut coklat yang berada di kaki nya. Lean berjongkok dan mengelus bulu anjing itu.
"Selesai makan kita belajar sama-sama, yuk." Ajak Lean ke Alex dan Felia.
"Emang ada apaan, pake acara belajar segala." Felia menggulung rambutnya kemudian menjepitnya denga jepitan yang besar.
"Karena besok ulangan."
"APA?!" Felia berteriak histeris karena ucapan adiknya itu. "Pelajaran apa yang ulangan?"
"Matematika."
"APA?!" Lean dan Alex rasa jika mereka mendengar teriakan Felia yang seperti ini setiap hari, dapat di pastikan mereka akan pergi ke dokter THT.
"Nggak usah teriak juga." Lean menggosok-gosok telinganya.
"Ya, kan...kalian sih nggak ngasih tau gue. Kalau gue tau dari awal gue bisa bikin kertas contekan." Lean dan Alex langung menatap Felia.
"Lo mau nyontek?" Felia mengangguk. "Lo nggak takut ketahuan? Kalau di sekolah lo ketahuan nyontek lo bakalan di skors." Ucap Alex.
"Malah baguslah, kalau gue di skors. Bisa bangun lama." Lean menjitak kepala kakaknya itu.
"Bagus darimana? Enak kalau cuma di skors, kadang juga di kasih tugas. Dan itu tidak sedikit."
"Iya, iya. Nanti gue belajar. Sebenarnya aslinya gue itu pintar, cuma terpendam aja pintar nya." Felia tersenyum bangga.
"Udah, ayo makan. Gue udah lapar." Mereka bertiga pun berjalan menuju ruang makan.
"Kamu kok duduk di situ?" Tanya Adilia karena Felia duduk diapit oleh Lean dan Alex. Felia hanya mengangkat bahu acuh.
"Yah!" Panggil Felia.
"Kenapa, sayang?"
"Felia tadi masak makanan kesukaan Ayah."
"Bener?" Felia mengangguk. "Malam ini Ayah bakalan makan kenyang kalau gitu." Ucap Kalvian.
"Lo bisa masak?" Tanya Alex.
"Bisa lah, masa cewek nggak bisa masak."
"Biasanya, kan gitu."
"Gue 'kan beda." Karena waktu sudah menunjukan waktunya makan malam jadi semua makanan sudah tersaji di atas meja.
"Kamu pintar masak rupanya." Felia hanya tersenyum. "Bisa masak apalagi?" Felia nampak berfikir.
"Apa aja bisa sih, tergantung apa bahan nya." Alicia mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...