Jam 00:13.
Felia sama sekali tidak bisa menutup matanya, bahkan kini rasa jantungnya menguap entah kemana. Setiap kali dia memejamkan matanya pasti bayangan Vier yang menciumnya selalu terbayang begitu saja.
Dengan langkah pelan, dan mengendap-endap Felia berjalan keluar dari tenda.
Angin dingin langsung menerpa wajahnya, dia merapatkan jaket yang di digunakannya. Agar angin malam tidak membuat nya menggigil.
Bahaya bulan masih sangat terang, bintang pun bertaburan dengan indahnya. Cahaya bulan membuat jalan yang di lewati Felia menjadi lebih terang.
Langkahnya terhenti, saat melihat siluet seseorang yang di kenalnya sedang duduk di hamparan rumput luas. Menatap ke arah langit yang bertabur bintang.
Kalo Felia melangkah mendekat, duduk di samping pria itu.
"Hai, Rell." Farell menoleh, menatap Felia yang juga menatap dirinya.
Senyum sinis lah yang terukir XI wajah Farell. "Ngapain lo di sini?"
"Gue nggak bisa tidur, gelisah. Makanya gue ke sini. Lo sendiri?"
"Nggak jauh beda sama elo." Felia ber-oh ria.
"Kenapa lo berubah?" Tanya Felia pelan.
"Berubah? Maksudnya?"
"Ya, lo mendadak berubah. Kaya beberapa hari yang lalu, lo.."
"Oh, itu doang. Emang kenapa?"
"Nggak," Felia kembali memandang ke langit malam.
"Karena gue benci lo." Felia menoleh dan mantap Farell.
"Benci?"
Farell mengangguk. "Gue dari awal cuma pura-pura baik sama elo, dari awal kita ketemu. Dari waktu lo tersesat di sekolah. Dan semua gue cuma akting. Supaya lo percaya sama gue." Mata Felia menatap lekat manik Farell.
"Tapi kenapa?"
"Karena elo adalah sumber kebencian gue, lo adalah orang yang buat orang yang paling gue sayang pergi. Semua itu karena elo!" Ucap Farell dengan intonasi yang tinggi.
"Memang gue salah apa? Gue nggak pernah buat salah sama elo, kenapa lo jadi benci sama gue?!"
"Karena kalo lo nggak lahir, gue pasti bahagia." Nafas Felia tercekat.
"Memang apa yang salah dengan gue?"
"Salah lo itu banyak. Harusnya lo nggak lahir. Gue harap lo bisa mengerti kakak." Farell bangkit dan langsung berjalan begitu saja, namun baru beberapa langkah dia ke bali berhenti dan berbalik ke arah Felia.
"Oh, iya. Kalau lo mau tau, besok datang ke sini tepat jam 12 malam." Kini punggung Farell benar-benar menjauh.
"Kakak?" Felia merenung, menatap lurus ke arah langit.
"Kenapa di sini?" Felia menoleh.
"Ah, itu bintang." Tunjuk nya ke arah langit.
Vier duduk di samping Felia.
"Fel,"
"Hm,"
"Kalau ada cinta di antara kita gimana?" Felia menoleh alisnya mengkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...