Felia memandang ke arah Nenek nya, yang sedang menyesap teh dari gelas cantiknya.
"Nek. Kenapa nama ku Diana? Padahal sebelumnya juga 'kan ada yang namanya Putri Diana." Amelia tersenyum mendengar pertanyaan Cucu perempuan satu-satunya itu.
"Kamu tau Putri Diana?" Felia mengangguk. "Dia memang seorang Putri tapi dia rendah hati dan juga bijaksana. Nenek juga ingin kamu sepeti itu, makanya Nenek memberi kan nama itu ke kamu."
"Oh...gitu toh. Tapi kalau Aku nggak bisa jadi kaya Putri Diana itu gimana?"
"Nenek memang ingin kamu jadi sepeti Putri Diana, tapi Nenek lebih senang lagi kalau kamu jadi diri sendiri. Karena mau bagaimana pun diri sendiri itu lebih baik." Felia menyinggungkan senyum.
"Bicarain apaan sih? Kaya nya kok seru." Alicia dan Adilia datang membawa boneka beruang yang sangat besar.
"Ini buat kamu." Alicia memberikan boneka itu ke Felia.
"Makasih Mommy." Felia menerima nya dengan senang hati, apalagi ukurannya yang besar sangat enak untuk di peluk. Warna beruang itu adalah warna kesukaan Felia. Biru.
"Bakalan tidur nyenyak nanti malam."
"Memang biasanya tidur kamu nggak nyenyak?" Tanya Adilia.
"Tambah nyenyak kalau peluk ini." Felia, mengecup pipi ketiga wanita berbeda usia itu, kemudian berjalan pergi dari tempat itu. Tepat nya menuju ke kamar nya.
"Lembut banget," Felia terus saja memeluk boneka itu. Apalagi dia sekarang sedang berada di kamarnya.
"Berhenti menjerit kaya orang gila Felia." Felia mengalihkan pandangan nya ke arah pintu.
"Eh, tumben, ada apaan?"
"Nggak, memang nggak boleh gue ke sini?"
"Boleh sih, cuma ya....aneh aja." Lean berjalan mendekat ke tempat tidur Felia, tidak lupa menutup pintu.
"Gue cuma lewat, sama gue pengen sekali aja ngerasain gimana rasanya punya Kakak." Felia menaikan satu alisnya.
"Bukan nya yang lain juga kakak elo? Lah kenapa lo malah datang ke gue?"
"Mereka memang kalau gue, tapi nggak ada satu pun dari mereka yang peduli ke gue." Felia tersenyum lalu manggut-manggut.
"Mau peluk?" Felia merentangkan tangan nya.
"Memang bol---" Felia langsung memeluk Lean.
"Akhir nya diantara kalian semua ada yang nerima gue." Felia mengeratkan pelukan nya pada adik nya itu.
Karena Lean tidak juga membalas pelukannya Felia hendak melepaskan pelukan itu, tapi Lean langsung dengan sigap memeluk erat Felia.
"Gue janji nggak akan menjauh lagi, gue bakalan tetap di samping elo 'Kakak'" Felia tersenyum, Dia juga makin mengeratkan pelukan nya.
"Iya, tapi jangan hanya janji. Di buktikan juga."
"Iya. Gue bakalan buktikan."
"Ekhem!"
Karena dehaman seseorang Felia dan Lean melepaskan pelukan mereka.
"Malam-malam di kamar cewek, terus pelukan lagi," laki-laki itu berdecak. "Kalau Nenek tau di penggal kepala lo Lean."
"Lah? Gue 'kan peluk kakak sendiri, bukan kakak orang lain." Ucap Lean masih saja memeluk Felia.
"Iya, tapi itu tetap tidak boleh."
"Bilang aja lo minta di peluk juga." Alex hanya menyengir. Jujur saat Felia memeluknya di perpustakaan dia merasa seperti di butuhkan dia merasa ada yang menganggapnya. Apalagi pelukan sekilas itu terasa hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Teen FictionJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...