29. Fisilia

21.6K 1.3K 6
                                    

Nevan masih saja memeluk Felia, semakin lama pelukan itu semakin mengerat. Felia juga tetap setia menenangkan Nevan.

"Van, jangan peluk terlalu kencang, luka gue belum kering." Felia meringis kecil.

Nevan langsung melepas pelukan mereka. "Maaf." Felia tersenyum.

"Nggak apa-apa kok." Felia mencoba mengambil gelas yang ada di atas narkas, tapi tangan Nevan sudah terulur untuk mengambilnya.

"Makasih." Felia meminum air itu sampai tandas, dan meletakkannya kembali di atas narkas.

"Felia, Gue pengen minta maaf." Nevan menatap Felia.

"Untuk apa? Lo kayanya nggak punya salah ke gue."

"Salah gue banyak Fel, Gue udah jahat sama elo, udah hina lo. Semua hal jahat udah gue lakuin ke elo." Felia menggeleng.

"Kalo lo jahat, nggak mungkin lo bawa gue ke rumah sakit, pasti kalo lo jahat lo udah ninggalin gue gitu aja di sana. Sampai gue ma--"

"Nggak gue nggak bakalan biarin lo mati, lo nggak boleh bilang gitu. Janji sama gue lo jangan lakuin hal yang kaya gitu lagi." Felia mengangguk.

"Tapi lo memang nggak jahat Van."

"Fel, lo maafin gue?"

Felia mengangguk lalu tersenyum. "Iya,"

"Makasih." Nevan tertular senyum Felia.

"Jadi... nama sahabat lo siapa?"
Tanya Felia hati-hati.

"Fisilia, Fisilia Rawnie. Gadis periang yang selalu buat orang lain tersenyum oleh tawa nya. Si annoying yang membuat rindu," Nevan nampak menerawang, lalu tersenyum kecil. "Dia bukan seorang bangsawan, dia hanya rakyat biasa. Tapi saat gue ketemu sama dia, rasanya semua tertuju padanya. Awalnya memang gue merasa risih karena sifat annoying nya, tapi lama kelamaan sifat itu lah yang buat gue nggak bisa jauh dari dia." Nevan menatap Felia sambil tersenyum. "Dan dia adalah cinta pertama gue."

Flashback

Nevan kecil baru saja menginjakan kakinya di istana milik keluarganya, tepatnya milik Nenek nya Amelia. Setelah Bertahun-tahun tinggal di negri orang, mereka kembali ke kota mereka. Keluarga Nevan selama ini tinggal di Rusia, karena perusahaan yang di kerjakan Ayah Nevan.

Amelia meminta semua anak dan cucunya yang berada di tempat jauh, agar tinggal bersama nya di istana keluarga. Semenjak kepergian Kakek nya beberapa bulan lalu.

Nevan memandang sekeliling, tangannya tertaut dengan milik Kakaknya, Lutfi.

"Selamat datang, sayang." Amelia menyambut dengan senyuman lebar. Lalu mengecup pipi Nevan dan Lutfi.

"Kalian naik ke lantai dua, di depan pintu Nenek udah tulis ukiran nama kalian. Kalau yang ukirannya Nevan berarti kamar Nevan kalau ukiran nya Lutfi berarti kamar Lutfi." Amelia tersenyum cerah. "Nenek mau bicara dulu sama Mommy Daddy kalian." Dua anak berbeda umur satu tahun itu mengangguk. Lalu berjalan bersama ke lantai dua istana itu.

Pintu bercat putih milik Nevan sedangkan Lutfi warna Coklat. Kamar mereka bersampingan.

"Hai." Dua anak laki-laki itu menoleh. Seorang anak yang seukuran dengan Nevan menyapa, dengan senyum manis, dengan pipi yang tembam seperti bakpao.

"Hai juga." Balas kedua nya tidak kalah girang."

"Kamar kalian di situ?" Nevan dan Lutfi mengangguk.

"Kamar aku di situ." Tunjuknya ke kamar yang berada agak di sudut ruangan.

"Oh iya, kita belum kenalan. Perkenalkan nama aku...panjang nama aku, tapi Mommy sering panggil aku Lean. Jadi panggil Lean aja." Anak kecil bernama Lean itu mengulurkan tangannya.

The Bad PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang