Epilog

34.3K 1.6K 89
                                    

Open photo mulmed.

-

Felia berlari dari kafe itu, air matanya sudah tumpah.

Hingga sampai di tepi pantai, matahari telah bersembunyi menyisakan gelap.

"Hampir 10 tahun, dan akhirnya begini? Janji kamu semua palsu Vier!" Felia menangis, sakit saat melihat orang yang kita sayang melamar orang lain di depan mata kita. Rasanya bagai di tusuk beribu jarum.

Felia memandang cincin yang melingkar di jari nya, dengan cepat di tarik keluar cincin itu dan dilemparkan nya ke laut.

"Felia?"

Mata Felia memicing, "Caca?" Wanita itu tersenyum.

"Apa kabar udah lama nggak ketemu, lo nangis?" Felia menghapus kasar air mata yang mengalir di pipinya.

"Kurang baik, dan iya sudah hampir 10 tahun nggak ketemu. Eh, ini siapa?" Felia berjongkok menyamakan tinggi nya dengan seorang gadis kecil yang di gandeng Caca. Masih ingat Caca? Dia adalah gadis yang waktu itu berdebat dengan Felia saat mencari Aldrian yang katanya di keroyok sama anak permata, alias sekolah lama Vier.

"Aura tante." Felia tersenyum.

"Umur berapa Aura?"

"Umur 6 tahun." Felia mengusap lembut rambut gadis kecil itu.

Felia berdiri, "kalau umurnya enam tahun berarti.."

"Iya, gue nggak kuliah. Lulus Sma langsung di jodohin sama anak teman ayah gue."

Felia mengangguk. "Liburan ke sini?" Caca menggeleng. "Terus?"

"Suami gue itu pemilik hotel dan Vila di sini, jadi ke sini mau ngecek aja semua lancar apa nggak. Sekalian liburan juga sih, eh btw lo gimana udah nikah belum?" Wajah Felia berubah muram.

"Gue nggak mau nikah."

"Kenapa? Bukannya ada Aldrian, Karel, Kean masa nggak ada satupun yang kecantol?"

"Mereka itu udah kaya Kakak bagi gue, dan mereka juga udah nikah duluan dari gue. Al bahkan baru nikah minggu lalu." Caca tertawa.

"Terus dua teman lo yang pernah lo bawa ke acara sekolah itu gimana?"

"Yang satu udah punya anak, yang satu lagi udah mau lahiran."

"Ceritanya tinggal elo doang yang masih jomblo?" Felia mengangguk lesu.

"Jodoh nggak kemana kok Fel, tenang aja Tuhan pasti udah siapin yang terbaik buat elo," ujar Caca. "Dulu gue juga nolak perjodohan itu, gue nggak mau masa muda gue pupus karena berumah tangga. Tapi suami gue pengertian dia masih izinin gue bebas, cuma ada batas nya. Dan gue sadar kalau benci jadi cinta itu ada."

"Benci jadi cinta?"

"Yang di jodohin sama gue itu ternyata musuh gue waktu smp, walau waktu itu dia beda banget udah makin keren tapi kelakuan nya tetap sama. Awalnya pernikahan gue sama dia selalu berantem, tapi waktu itu ada satu kejadian yang buat gue nggak sadar kalau dia udah miliki hati gue." Caca menatap Aura, lalu kembali menatap Felia. "Waktu itu dia lost contact
sama gue, dan gue sadar udah terlalu biasa gue dengar suara dia, cerewet dia dan waktu itu tiga bulan gue sama dia lost contact, sampai dia kembali dan bilang kalau dia kecelakan dan nggak mau buat gue khawatir. Gue terharu saat itu, dan sadar cinta itu datang seiring waktu."

Felia tertegun, apa kisah benci jadi cinta itu memang sering terjadi? Tapi tidak semua nya berakhir bahagia.

"Fel, nggak pulang? Udah malam. Lo ke sini pasti liburan?" Felia mengangguk.

The Bad PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang