9. Samsak Tinju

25.3K 1.8K 34
                                    

"Putri anda sekarang harus berdansa dengan Pangeran Leardo." Ucap Goliath.

"Kenapa?" Tanya Felia

"Agar anda lebih mahir lagi."

"Kalau aku tidak mau."

"Anda tetap harus mau."

"Ck, terserah saja. Mau bilang apa pun juga pasti akan tetap sama saja ujungnya." Felia bukannya tidak mau, hanya saja mata milik Leardo sudah menatap tajam dirinya dari tadi.

"Baiklah Pangeran dan Putri silahkan." Felia dan Leardo berdiri di tengah dan mulai berdansa. Selama dansa itu Felia sama sekali tidak melihat ke arah mata Leardo dia malah melihat tembok yang ada di belakang Leardo.

Ternyata penderitaan tidak hanya sampai di situ, Nenek nya memaksa kalau dia harus berdansa dengan semua saudaranya. Sekarang adalah yang terakhir dan orang itu adalah Nevan. Si pedas.

"Mainkan musik nya." Musik mulai mengalun pelan, Felia dan Nevan sudah mulai berdansa. Felia merasa sedikit risih karena pandangan Nevan padahal dia sudah berusaha mengalihkan pandangannya.

"Ck, nggak usah natap gue kaya gitu," Felia bersuara. "Kaya nggak pernah lihat orang aja."

"Lo pake soft lens 'kan?"

Felia tercengang langsung menatap Nevan. Bagaimana dia bisa tau?

"Mata kiri lo kelihatan kaya pakai lensa tapi yang kanan seperti asli." Lanjutnya makin membuat Felia tidak bisa berkata-kata.

"Sekarang beri hormat." Beruntung dansa itu telah selesai, Felia langsung dengan cepat melangkah kan kaki nya keluar dari ruangan itu menuju kamarnya.

Dia mencuci wajahnya di kamar mandi, melepas sanggulan rambutnya kemudian mengganti bajunya. Bagaiman Nevan bisa membedakan mana yang asli atau tidak? Padahal Felia sudah membeli dengan harga mahal untuk lensa itu, pesanan khusus dengan tingkat kemiripan mencapai 90% tapi entah bagaimana Nevan bisa mengetahui nya. Tidak itu tidak boleh sampai terjadi, rahasia yang di sembunyikan nya selama ini tidak ada yang boleh tau.

Rahasia yang hanya sahabat dan orang tua nya yang tau, alasan mengapa semua orang menjauhinya.

Felia melepas soft lens yang ada di mata kirinya dan memasukan nya ke dalam tempat khusus lensa milik nya.

"Ok. Felia rileks, tarik nafas hembuskan." Felia keluar dari kamar mandi dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu, tidak lama matanya pun terasa berat. Dia pun tertidur.

_U16_

Entah sudah berapa lama Felia tertidur, yang pasti saat dia bangun matahari sudah terbenam. Alias sudah malam.

Tok tok tok

"Putri anda di minta untuk ke meja makan." Ucap seorang pelayan perempuan yang mengetuk pintu kamar Felia tadi. Felia hanya menanggapinya dengan anggukan. Felia berdiri dan mengikat rambutnya asal.

Felia turun ke lantai bawah istana itu dengan malas, banyak faktor yang membuatnya menjadi malas. Satu. Dia masih mengantuk, dua. Dia tidak mau melihat wajah semua saudaranya terutama Nevan.

"Sore sayang." Adilia menepuk kursi yang ada di sampingnya, mengisyaratkan Felia untuk duduk di samping nya. Felia duduk di samping Adilia, dia mengangkat wajahnya dan pandangannya langsung bertemu dengan senyum sinis milik Nevan. Uhg. Rasanya Felia sangat ingin mencakar wajah Nevan.

"Sayang, besok temani Mommy jalan-jalan ya." Ucap Alicia pada Felia.

Felia mengangguk. "Iya." Kemudian dia kembali fokus dengan makanan yang baru di letakkan pelayan di atas meja.

The Bad PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang