Sudah 4 hari mereka tinggal di Vila itu, dan sudah empat hari mereka melakukan survei.
Pada hari pertama kelompok 1 terkena hukuman, karena mereka lupa menulis penjelasan tentang cara yang benar untuk memetik teh. Dan mereka di beri hukuman untuk memasak makan malam.
Jangan tanya kan bagaimana rasa dari masakan mereka. Jika di deskripsi kan rasanya, amburadul tidak jelas, semua rasa ada di dalamnya bercampur. Ada asin, asam, pahit. Dan ada sedikit rasa yang mengganjal saat memakannya. Padahal mereka hanya memasak nasi goreng, malam itu hanya kelompok 1 lah yang menikmati makanan itu. Atau tepatnya terpaksa.
Hari kedua. Kelompok 2 lupa menulis selama apa kedelai akan di fermentasi dan jenis kedelai apa yang di gunakan. Hukuman nya mereka di suruh pergi ke pasar dan berbelanja bahan yang tidak sedikit, apalagi keadaan pasar itu becek karena hujan. Dan pasar itu adalah pasar tradisional yang artinya hanya biasa saja, tidak ada kemewahan sama sekali. Dengan uang 150 ribu mereka harus dapat membeli macam-macam bahan yang jika tidak pintar menawar yang itu pasti akan kurang. Tapi untung saja mereka pintar menawar jadi mereka tidak terkena hukuman.
Saat itu kelompok 1 mengajukan diri untuk memasak, langsung di tolak oleh semua orang yang ada di situ. Bahkan Rizal sampai hampir muntah jika mengingat rasa nasi goreng yang masih terasa jelas di lidahnya. Walau sudah berlalu sehari.
Hari ke tiga adalah hari kesialan bagi mereka semua, Rizal ternyata tidak menerima semua hal yang mereka tulis. Katanya kurang jelas dan terperinci, dan kata-kata nya seperti anak kecil yang menulis. Mereka semua di hukum berdiri dengan satu kaki dengan tangan yang di angkat tinggi, tidak ada yang boleh bergerak apalagi sampai jatuh. Jika sampai jatuh atau kakinya kedapatan menyentuh tanah, akan di kenakan sangsi lari kelilingi vila sebanyak 7 kali. Siapa coba yang mau, jadi mereka sangat berusaha untuk tetap berusaha pada posisi masing-masing.
Hari ini survei di berhentikan untuk sementara, karena Rizal akan membuat mereka lebih tersiksa lagi.
Mereka akan kemah. Di tengah hutan.
Sekarang mereka sedang berjalan menuju hutan, setiap orang harus membawa barang-barang nya sendiri. Dan Rizal akan mengecek seberapa lengkap mereka membawa barang-barang itu, dan jika tidak lengkap akan ada hukuman.
Bahkan tas itu harus memiliki berat yang sama dengan milik yang lain yaitu hampir sepuluh kilo. Jika belum sampai pada ketentuan akan di tambahkan dan jangan tanya dengan apa dia menambahkan beratnya. Rizal akan memasukan batu ke dalam tas mereka yang beratnya tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Jam baru menunjukan pukul 11 siang, dan mereka masih separuh jalan.
"Baik, kita akan istirahat di sini sebentar." Rizal selaku pemimpin perjalanan, memberikan perintah.
Wajah semua orang nampak lesu dan mengantuk. Bagaiman tidak mengantuk, mereka di bangunkan pukul 3 pagi. Sedangkan mereka baru saja tidur pukul 11 malam.
Felia menyandarkan tubuhnya di pohon yang menjulang tinggi, dia mengambil air mineral yang di bawa nya kemudian meminum nya sampai setengah.
"Bagi," Tanpa persetujuan Felia. Vier langsung mengambil botol itu dan meminumnya.
"It..u tadi kan gue habis minum." Ucap Felia.
"Emang kenapa?"
"Itu kan bekas gue." Felia menunjuk botol yang ada di tangan Vier.
"Nggak pa-pa lah,"
Felia masih memandangi Vier yang meminum air miliknya. "Lo nggak jijik gitu?" Tanya Felia.
"Kenapa? Lo mau yang langsung?"
"Hah?"
"Ini kan sama aja ciuman nggak langsung. Tapi kalo lo mau yang langsung boleh juga." Sontak Felia memundurkan badan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Princess
Novela JuvenilJudul sebelumya: Unexpected Sixteen Rafelia, Nakal dan suka melanggar aturan yang ada. Prinsipnya peraturan ada untuk di langgar bukan di taati. Ruang BK sudah sering ia masuki, selalu terlambat dan berakhir dengan memanjat pagar sekolah. Dari senin...