Chapter 23. Rasa Rindu dan Kecewa ?

54.7K 3.2K 104
                                    

Jika kesabaran akan berujung kebahagiaan. Aku akan melakukannya.

• • •



Seperti hari hari yang telah dilewatinya. Dimalam hari gadis ini hanya menghabiskan waktu untuk berdiam diri di balkon kamarnya.

Dia sama sekali tak memperdulikan semilir angin malam yang katanya tidak baik untuk kesehatan.


Huffhh...

Lagi lagi dia harus menghela nafas lelah saat untuk yang kesekian kalinya mengingat seseorang yang empat tahun lalu pernah berbicara kalau 'angin malam engga bagus buat tubuh.' Dan anehnya dia selalu mengingat itu.

Kenapa?




Dia selalu seperti ini.

Dia selalu berdiam diri dengan pikiran menerawang ke masa lalunya. Dia selalu menahan rasa sesak dihatinya. Sampai sampai dia tak meneteskan setetes pun air mata. Karena dia menahannya. Dan pasti kalian tau bukan, gimana sesaknya saat kita menahan air mata yang mendesak ingin keluar?


Jujur


Dia rindu

Rindu akan sosok pria yang tiga tahun lalu barjanji kalau dirinya akan selalu setia dan jaga hati. Lalu, salahkah jika dia masih bertahan dengan kesabarannya? Tidak, bukan? Karena pada malam itu dia pun telah berjanji, kalau dia akan selalu sabar untuk masalah yang akan dihadapinya nanti. Seperti saat ini.

Gadis itu tersenyum miris. Dia berpikir apakah lelaki itu masih mengingat janjinya?

"Prilly"

Seseorang memeluknya dari belakang. Dan Prilly hanya diam tak bergeming.

"Hufhh... loe tuh selalu begini ya." Ucapnya lalu melepas pelukkannya pada Prilly dan memposisikan dirinya disamping kanan Prilly.

"Gue tinggal ke kamar mandi sebentar, loe udah berdiri di balkon aja. Udah malem Prill, anginnya gak baik buat kesehatan." Kata Kinal sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

Prilly melirik kinal sekilas. "Gak papa kok, ujung ujungnya juga gue gak kenapa napa kan?"

"Bukan gak kenapa napa. Tapi belum kenapa napa." Elak Kinal sebal.

Prilly tertawa kecil lalu merangkul Kinal. "Heh. Makasih ya Nal. Makasih untuk loe yang selalu ada buat gue. Dan kayaknya loe tuh gak pernah ada bosen bosennya ya, buat kesini tiap seminggu sekali."

Kesedihan Prilly hanya rindu. Rindu akan sosok lelaki itu. Jadi Prilly tak terlalu memusingkan hal itu. Karena suatu saat nanti pun mereka pasti akan bertemu lagi. Entah itu besok, lusa ataupun beberapa hati kedepan.

Tapi untungnya dia punya Kinal. Kinal yang selalu ada di hari harinya. Jadi dia masih bisa menahan kesedihannya dan menggantinya dengan keceriaan.

"Yaelah Prill santai aja. Untung kita masih sama sama sendiri. Kalau kita udah punya keluarga sendirikan boro-boro kita bisa kaya gini. Iya gak?"

"Iya juga ya. Mending nikmati masa masa sendiri dulu aja. Kalau kita udah punya suami kan belum tentu kita bisa kaya gini." Ucap Prilly sambil melepas rangkulannya pada Kinal.

"Entar loe sibuk sama kak Ali. Gue sibuk sama Rizky. Iya gak?" Ujar Kinal dengan alis yang diturun naikkan.

"Emang kak Ali udah tentu bakal jadi jodoh gue. Terus terus emang Rizky juga udah tentu bakal jadi suami loe kelak?"

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang