Chapter 39. (Tak) Ingin Pergi

42.7K 2.6K 102
                                    


Thanks for your vote & comment 😘

Mungkin sebagian wanita yang sedang mengalami kehamilan, akan merasa cemas saat usia kandungan nya sudah menginjak bulan 9. Hal itu jelas dirasakan oleh Prilly.

Prediksi dokter mengatakan bahwa dalam waktu tujuh hari lagi, bayi mereka akan lahir. Benarkah ini? sebentar lagi Prilly akan menjadi seorang ibu?

  Insya Allah...

Yang terpenting saat ini, Prilly hanya menginginkan satu hal saja. Ingin disaat hari menegangkan itu tiba, Ali ada didekatnya.

Diminggu-minggu kemarin, Ali terlihat sangat sibuk. Mulai dari ke Bali untuk turun lapangan langsung melihat lokasi yang akan dijadikan tempat dimana sebuah hotel megah akan berdiri. Hotel yang menjadi kerjasama terbesar antara perusahaan Ali dengan papa mertuanya, Rizal. Dan itu membutuhkan waktu selama tiga hari.

Dan kalian tau, setelah itu apalagi yang disibukkan seorang Aliand Praditya?

Dia pergi ke Lombok untuk mengunjungi langsung cabang perusahaan nya. Mengadakan  meeting besar-besaran di sana dan itu berlangsung selama dua hari. Dua hari Ali meninggalkan Prilly.

Terkadang, Prilly merasa iri pada Yua. Yua yang akan selalu mengikuti Ali-nya itu bekerja. Mau ke Bali ataupun ke Lombok. Eits, Prilly kau tak boleh merasa iri dengan siapapun. Apalagi dengan Yua temanmu.

Sudahlah, biarkan yang itu berlalu dan nikmati apa yang terjadi sekarang.

Saat ini, Prilly tak merasa sendirian. Karena ada Ali disampingnya. Taukah apa yang sedang dilakukan mereka?

Menonton televisi yang menampilkan drama komedi, bukan drama-drama sinetron pada umumnya, ini drama yang akan menguras perut, bukan menguras air mata.

Haha....yang pasti saat ini mereka berdua tengah asik menonton TV.

Sampai saat drama itu bersambung, Ali maupun Prilly menghela nafas kecewa. Kenapa drama itu gantung, seperti kisah hidup nya? Mungkin ingin membuat orang lain merasa penasaran dengan kelanjutannya.

Raut wajah Ali yang tadi ceria, kini berubah menjadi tegang.  "Ada yang mau kak Ali bicarain sama kamu." Ucap Ali serius.

Prilly memasang tampang pura-pura bingung nya. Dia terkekeh pelan dan menjulurkan tangannya untuk mengusap lembut pipi Ali.

"Bicarain apa sih? Serius banget kayaknya."

Ali mengambil uluran tangan Prilly tadi menurunkan nya dan menggenggam nya.  "Ini serius sayang."

"Oke oke, aku akan mendengarnya kakak." Ucap Prilly dan pura-pura memasang ekspresi serius nya, walau akhirnya dia malah cekikikan.

"Besok kak Ali harus ke Singapore."

Kikikan Prilly tiba-tiba terhenti. Ekspresi senangnya berubah menjadi murung. Bagi Prilly ini memang hal yang serius. Ali akan ke Singapore? Dan meninggalkannya disaat hari-hari yang menegangkan seperti ini? Begitu?

"Ini gak akan lama sayang. Insyaallah cuma tiga hari aja, kamu gak usah takut. Di hari persalinan nanti, kak Ali pasti ada di samping kamu. Tenang aja."

Prilly tak bisa mencegah. Selama ini semua keinginan Prilly selalu Ali lakukan. Semua yang dia minta, selalu Ali berikan. Semua yang diidamkannya, kebahagiaannya, selalu bisa Ali beri. Tapi, haruskah Ali meninggalkannya? Bagaimana jika prediksi dokter salah, dan malah Prilly akan melahirkan nya besok, disaat Ali tak ada.

Prilly ingin Ali ada disampingnya saat proses persalinan nanti. Tapi, Prilly tak bisa mencegah Ali.

Lagi, lagi, dan lagiAli harus meninggalkannya.

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang