Mungkin bagimu kecerobohan ku begitu fatal. Sampai-sampai kau berubah menjadi aneh seperti ini.* * *
Isak tangis tak henti-hentinya keluar dari mulut Prilly. Tanpa ada seorang pun yang memperdulikan nya. Tak tau kah mereka jika Prilly juga merasa bersalah? Jika Prilly merasa cemas dan takut sesuatu terjadi pada darah dagingnya sendiri?
Kenapa mereka tak ingin tau? KENAPA? Tak adakah yang berniat memeluk tubuh rapuhnya?
Satu orang yang Prilly harapkan akan memeluk tubuh rapuhnya, kini seakan-akan tak ingin mendekatinya. Di kejauhan sana, dia hanya duduk tertunduk meremas rambutnya frustasi. Dia hanya memilih terdiam seperti itu dari pada menenangkan hati istrinya.
Ya Allah, Prilly benar-benar rapuh sekarang.
Dengan gemetar, Prilly menaikkan kedua telapak tangannya. Tangisnya semakin pecah saat melihat telapak tangannya penuh dengan darah Zidan. Bahkan kini bajunya pun sudah hampir penuh dengan noda merah itu.
Tapi apakah ada yang peduli jika Prilly menceritakan, dengan mati-matian dia menahan rasa takutnya saat menggendong tubuh tak berdaya anaknya. Walau tangan nya terus gemetar dia tetap melakukannya.
Dan saat Prilly menghubungi Ali dan memberitahu apa yang terjadi, Prilly kira Ali akan mengatakan kata-kata lembut untuk menenangkan dan meyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja. Tapi, ternyata tidak. Jangankan berkata satu kalimat, sepatah kata pun tak Prilly dengar dari mulut Ali saat itu.
Dan kalian tau harapan Prilly tak putus sampai disitu saja. Karena dia masih berharap ketika bertemu dengan Ali di rumah sakit ini, Ali akan langsung memeluknya untuk memberi ketenangan. Tapi ternyata?
Harapan itu lagi-lagi pupus. Jangankan memeluknya mendekati atau menatapnya pun seperti enggan.
Sekarang Prilly ingin bertanya pada kalian. Apakah Prilly pantas mendapat hal seperti itu dari orang yang dicintai nya? Jika memang pantas, tolong maafkan Prilly.
"Abi maaf." Lirih Prilly walau dia tau ucapan maaf nya tak kan didengar oleh Ali yang berjarak jauh darinya.
Inilah kali pertama dia mengucap maaf pada Ali, saat Ali marah.
* * *
Pintu ruang IGD terbuka, menampilkan seorang dokter dan beberapa perawat lainnya yang keluar dari dalam sana.
Ini lah yang ditunggu-tunggu semuanya. Menunggu hasil dari pemeriksaan dokter tentang kondisi Zidan saat ini. Semoga Zidan tidak kenapa-kenapa.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" Ali langsung berhambur bertanya pada dokter didepannya ini.
Sang dokter itu menghela nafas berat. "Bisa bapak ikut keruangan saya? Ada yang wajib saya jelaskan." Ujar dokter itu.
Perasaan tak enak mulai menghantui Ali, Prilly, Yudha, dan Marissa yang sedari tadi menunggu-nunggu kabar baiknya. Tapi apakah yang akan disampaikan kabar baik? Atau sebaliknya?
Ali mengangguk pasrah.
Langkah Ali berjalan mengikuti dokter itu dari belakang. Karena kebetulan mereka melewati tempat Prilly berdiri, Prilly menggunakan kesempatan itu untuk menyadarkan Ali. Jika ditempat ini ada ISTRINYA.
Dicekalnya pergelangan tangan Ali, membuat langkah kaki Ali terhenti. Isak tangis semakin deras keluar dari mulut Prilly. Dengan sadarnya ali menoleh kearah Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
FanfictionSeorang CEO dengan sejuta pesonanya -Aliand Praditya- Garis takdir Prilly membuktikan jika dirinya akan akrab dengan Alya. Dan lewat Alya, Prilly bisa mengagumi sosok lelaki yang dimatanya begitu sempurna. Tapi,, Hukum alam selalu mengatakan jika di...