Aliand Praditya. Seorang CEO muda terkenal, yang namanya sudah tidak asing lagi dikalangan pembisnis.
Terlahir dari keluarga yang terpandang karena kebaikan dan keramahannya, yang menurun kepadanya. Selain ramah, dia juga sangat tampan. Tak jarang banyak yang terpesona padanya.
Jangan heran, jika diumur nya yang ke-21 tahun ini, ia belum memiliki seorang kekasih. karena dia berkomitmen, untuk memiliki pasangan sekali dalam hidupnya.
Alya Praditya. Yang duduk dibangku kelas 1 SMP ini adalah Perempuan kedua yang dia sayangi setelah ibunya sendiri. Dia sangat menyayanginya, dia bertekad untuk menjaga dan mendidiknya.
Yudha Praditya dan Marissa Praditya merasa bersyukur diberi anak seistimewa mereka. Didikannya selama ini berhasil membuat mereka tumbuh menjadi anak yang luar biasa.
Langkah kaki Ali berjalan menuruni anak tangga penghubung antara lantai dua dan lantai dasar rumah nya.
"Lagi ngapain Al?" Tanya Ali berjalan menghampiri adiknya.
Alya menghentikan sejenak aktivitasnya itu. Diliriknya Ali yang semakin mendekatinya. "Alya lagi ngerjain tugas sekolah bang."
Tangan kanan Ali mengusap lembut pucuk kepala Alya. Dia ikut duduk disampingnya.
"Abang?" Panggil Alya sambil melirik abangnya.
"Iya?"
"Alyaaa kepilih jadi sekertaris di kelas..." Serunya. "Alya seneng banget bang, dikasih tugas buat bikin struktur organisasi kaya gini."
Bakatnya dibidang seni, membuatnya merasa senang jika dia diberi tugas seperti ini.
"Wow...adek abang emang hebat."
Alya terkekeh "Siapa dulu abangnya!!!" Serunya antusias.
Ali hanya tertawa kecil melihatnya. Dia merasa beruntung diberi adik seperti Alya.
"Mau abang bantu?" Tawarnya
"Kerjaan abang emangnya udah selesai?" Alya balik bertanya.
"Udah lah Al, kalau belum selesai, kenapa abang kesini."
"Hehehe.. yaudah deh bang. Abang bantu guntingin pola ini aja ya." Pinta Alya sambil memberikan sebuah pola yang sudah dibuatnya kepada Ali.
Ali mengambilnya "Guntingnya mana Al?" Alya memberi gunting yang ada didekatnya.
Ali mulai menggunting pola yang sudah dibuat Alya.
"Adek abang ini emang cocok jadi sekertaris kelas deh kayaknya." Ujar Ali sembari menggunting pola.
"Kenapa bang? Karena tulisan Alya bagus? Abang udah sering banget bilang itu."
"Karena kamu kreatif."
Alya tersenyum mendengar pujian abangnya itu.
"Liat deh," Ucap Ali sambil menunjuk hasil kerjaan Alya. "Abang akui itu bagus." Alya terkekeh.
"Makasih bang." Pekiknya girang sambil memeluk abangnya yang Ali balas dengan belaian lembut di kepala adiknya itu.
"Duuuhh...so swett." Ucap pria paruh baya sambil berjalan kearahnya.
Alya melepas pelukannya "Papa!!!" Pekiknya girang sambil berlari memeluk papanya. Dari tempatnya, Ali hanya mampu tersenyum melihat itu. Itulah Alya.
"Pa Alya jadi sekertaris dikelas," Serunya. "Liat deh pah!!" Pinta Alya sambil menunjuk Ali "Abang bantuin Alya bikin struktur organisasi kelas."
Yudha merangkul putrinya Alya untuk berjalan menghampiri Ali. Ali berdiri dan diciumnya tangan kanan Yudha yang baru saja pulang dari kantornya.
"Oh iya!!" Alya menepuk keningnya.
"Alya belum salim." Dengan cepat dia meraih lengan kanan sang ayah dan diciumnya. Yudha mangapit pipi chubby putrinya itu.
"Aww...ishh...papa."Alya hanya mampu mengerucutkan bibirnya kesal.
Yudha dan Ali sedikit tertawa melihat wajah menggemaskan Alya.
"Sudah sana!! Kerjain tugasnya!!" Ujar yudha. "Papa mau mandi dulu." Ucap yudha lalu melangkah meninggalkan kedua anaknya.
Sembari menghentak-hentakan kakinya kesal Alya kembali duduk disamping abangnya.
"Liat deh bang." Pinta Alya sambil menunjukan wajahnya. "Pipi Alya pasti merah ya?" Katanya sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Tangan kanan Ali terulur mengusap lembut pipi chubby Alya. "Entar juga ilang Al." Ucap Ali. "Udah gak usah kesel gitu, mending kamu selesain tugasnya."
Alya menganggukan kepalanya sebagai jawaban Iya. "Papa tuh gak kaya abang. Kenapa papa sering banget cubit pipi Alya? Kenapa gak kaya abang aja? Yang usap pipi Alya?" Gerutunya sedikit kesal.
"Perhatian setiap orang kan gak harus sama Al, setiap orang punya cara sendiri buat kasih perhatian ke orang yang dia sayang." Ujar Ali. "Mungkin cara papa dan cara abang itu berbeda. Tapi Alya harus inget. Kedua laki-laki yang tinggal satu atap dengan Alya ini, sama-sama sayang Alya." Tuturnya yang membuat perasaan Alya menghangat.
"Abang ganteng, abang baik, abang perhatian, abang itu perfect." Ucap Alya dengan antusiasnya. "Alya sayang abang!!!"
Thanks ya buat yang udh baca!! Makash banyak buat votenyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
أدب الهواةSeorang CEO dengan sejuta pesonanya -Aliand Praditya- Garis takdir Prilly membuktikan jika dirinya akan akrab dengan Alya. Dan lewat Alya, Prilly bisa mengagumi sosok lelaki yang dimatanya begitu sempurna. Tapi,, Hukum alam selalu mengatakan jika di...