Chapter 22. Sebuah Komitmen

53.7K 3.3K 166
                                    

Sebenernya kemaren tuh pengen update. Cuma engga keburu ngetik nya :( Jadi.. Baru bisa update sekarang.

Semoga hasilnya tidak mengecewakan

Happy reading :)






Prilly Pov

"Kak Ali cinta sama kamu."

Hah? Aku salah dengar? Terlalu berharap? Atau.... ini mimpi?

Bukan-bukan, ini bukan mimpi. Ini nyata. Tapi benarkah dia berbicara seperti itu?

"Kak Ali serius?"

"Kak Ali serius. Kak Ali cinta sama kamu. Dan kak Ali baru bisa bilang sekarang."

Jadi maksudnya? Apa dia sudah lama memendam rasa ini?

"Terdengar konyol engga sih, kalau kak Ali baru merasakan cinta pertama diumur 21 tahun? Dan itu karena kamu."

Karena aku? Dan aku cinta pertamanya?

"Kak Ali jujur tentang perasaan ini bukan mau meminta kamu untuk jadi pacarnya kak Ali. Tapi kak Ali cuma mau bilang yang sejujurnya kalau kak Ali cinta sama kamu."

Senyum mengembang diwajahku. Dengan detak jantung yang jauh dari kata normal ini, aku berniat ingin membalas ucapannya kalau aku pun sama sepertinya. Sama-sama memiliki rasa padanya.

"Aku juga cinta sama kak Ali." Balasku pelan sambil menundukkan kepala karena tak berani menatap wajahnya. Aduuhh Prilly.

Kurasakan sebuah jari menempel didaguku. Perlahan jari itu mendongakkan kepalaku agar menatapnya.

"Kamu juga cinta sama kak Ali? Tanyanya dengan nada lembut.

Aku mengangguk

"Sejak kapan?" Tanyanya dengan senyum manisnya.

"Sejak....hmm mungkin sejak kita ke pantai bersama saat itu." Balasku sambil tersenyum.

Kulihat dia tersenyum penuh arti padaku.

"Berarti lebih dulu kak Ali dong."

Aku menatapnya terkejut. Jadi? Sebelum aku mencintainya dia telah mencintaiku lebih dulu, begitu?

"Emangnya kak Ali sejak kapan cinta sama aku?" Tanyaku penasaran.

"Sejaak pertama kali kita ketemu sih. Dan kak Ali baru menyadarinya waktu kita ke pantai saat itu." Jawabnya.

Cinta pada pandangan pertama? Untuk cinta pertama dan itu karena aku? Benarkah?


"Prill, sekarang kita udah tau isi hati kita masing-masing. Jujur kak Ali seneng banget. Itu tandanya kita saling mencintai." Ucapnya.

"Aku juga seneng kak. Ternyata selama ini kita saling mencintai." Kataku tulus dan masih dengan senyum yang mengembang.

"Tapi di sini kak Ali gak mau ngejadiin kamu pacar Prill, apa kamu gak keberatan? Kak Ali bukannya engga mau memperjelas status kita. Tapi, disini kak Ali pegang prinsip untuk engga mau menjalankan apa yang namanya pacaran." Tuturnya dan ternyata pemikiran kak Ali sejalan denganku.

"Aku gak merasa keberatan kak. Karena aku juga engga suka sama status pacaran."

"Kenapa?"

"Karena menurut aku pacaran tuh engga menjamin 100% bakal langgeng kan kak? Kalau putus, jadi mantan. Kalau jadi mantan? Yaa giituu..." Ucapku jujur. "Yaa walaupun ada juga sih yang langgeng sampe nikah."

"Bener juga. Mending sahabat ya. Yang namanya sahabatkan selalu bisa nerima apa adanya. Kalau pacar apa dia menjamin itu? Sahabat gak bakal putus, kalau pacar yaa bisa jadi gitu..."

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang