29

178 19 5
                                    

"Oh iya ya, Mrs. Vanilla." Justin tersenyum kearah Monica.

"And, Mr. Vanilla." Monica tersenyum ke arah Justin.

Mereka teringat dengan sebutan kasih sayang yang di juluki 'Mr.Vanilla dan Mrs. Vanilla' karena keduanya sama-sama menyukai rasa vanilla.

"Mba, mas. Ini pesanannya." Kasir tersebut menyodorkan pesanan mereka dengan ramah.

"Terimakasih" ucap keduanya sambil mengambil kantung plastik berisikan pesanan mereka. Lalu mereka pergi dari tempat itu.

Mereka kembali menuju timezone untuk menyusul Aaron yang sedang bermain sendirian.

Setelah mereka sampai, mereka di kejutkan oleh kehadiran Ethan dan Grayson.

"Udah sampe juga, lama amat sih kalian. Gue udah haus nih," Aaron menyerbu minumannya di tangan Monica.

"Ya wajar aja lah Ron. Kan mereka lagi terbawa suasana nostalgia, iyakan Mon, Tin?" Ethan menatap keduanya.

"Ethan cemburu ni yee," ledek Grayson.

"Shh, udah eh. Kan Justin kakaknya Monica. Pasti ga mungkin mereka masih saling cinta." Lerai Aaron.

'Ron, kata-kata lo itu bagai pedang yang menghunus hati gue. Tapi, memang benar, seharusnya sudah tidak ada lagi kata 'cinta' di antara kami. Karena bagaimanapun, gue sama dia ga akan pernah bisa bersatu. Hanya bisa saling berdampingan. Sama hal nya dengan air dan minyak.' Batin Justin.

'Iya kak, gue sedang mencoba menghilangkan rasa cinta gue ke dia. Dan gue berusaha untuk menerima kenyataan bahwa gue tidak akan pernah bersatu lagi dengannya.' Batin Monica.

"Yaudah, gue sama Grayson duluan." Ucap Ethan singkat lalu langsung berlalu meninggalkan sang saudara kembarnya.

"Ethann! Eh, uhm, guys gue balik dulu ya. Sorry Ethan lagi sensi emang, maaf ya?" Grayson tersenyum canggung kearah Monica, Justin dan Aaron.

"Iya, slow aja." Aaron menyeruput minumnya.

"Iya gapapa," Monica memandang Aaron.

"Iya kak, gue ngerti." Justin menggigit bibir sambil menatap Grayson.

"Yaudah, balik duluan yaa" pamit Grayson.

"Iyaa" ucap mereka serempak yang membuat Grayson berlalu.

* * *

"Thanks guys," ucap Justin setelah ia keluar dari mobil Aaron.

"Yo," Aaron menatap sang calon adik nya.

"Oke," Monica menatap mantan kekasihnya tersebut.

"Yaudah, kita duluan ya?" Pamit Aaron.

"Oke, hati-hati. Kak, Mon," ucap Justin.

"Byee" ucap Monica dan Aaron, mobil Aaron langsung melesat pergi meninggalkan kediaman Justin.

Mobil Aaron melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Monica mulai merasa takut karena kecepatan mobil itu sangat tinggi.

"Kak, jangan kenceng-kenceng ih, gue takut. Kalo kita tabrakan gimana?" Monica mulai berkeringat dingin.

"Tenang aja, gabakal nabrak kok," Aaron santai sambil mengendarai mobil.

"Kak, gue takut kalo kita kecelakaan!" Monica berpegangan erat pada lengan kakaknya.

"Eh.. Eh.. Jangan gelendotan di lengan gue ehhh!!!" Aaron mulai kehilangan konsentrasinya dann..

Mobil mereka menabrak sebuah pembatas jalan yang berada jauh dari rumahnya.

Monica's P.O.V

Gue merasa sekeliling gue gelap. Gelap gulita. Gue tak bisa melihat apa-apa disini.

YaTuhan, apa aku mati? Tolong hampuni dosa hamba, yaTuhan.

Gue mencoba untuk membuka mata gue.

TERNYATA GUE MEREM ANYING.

"Kak Aaron! Ish, gue bilang apa! Kita kecelakaan kan!" Gue memukul bahu Aaron dengan keras.

"Aaww! Sakit." Rintih Aaron.
"Apaansi Mon, orang cuma nyusruk doang elah," Aaron mengusap bahunya.

"Ya abisnya! Udah tau abis hujan juga! Lo mah nyari mati!" Gue masih memukul Aaron.
"Untung kita masih hidup! Bego lo ah!" Gue membuang nafas lega.

_______________
Hai hai, sorry untuk chapter paling paling pendek. Karena aku buanyakk banget pr dan sebentar lagi UTS.

Vommentsnya syg, BTW THANKS FOR 1,13K READERS!🎉

I LOVE YOUU!!

~Malikeh,2017

I Love You More Than All The Stars | E.G.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang